Setelah menampar Oca, Meta tampak berjongkok lagi menarik tangan Sisi hendak dipapah. Tapi, dihalangi oleh Yoga karena tahu, itu pasti akan menyusahkannya terlebih dia sedang hamil. Untuk kemudian, Yoga memandang ke arah Pak Cipto yang sedari tadi mondar-mandir dengan perasaan cemasnya.
"Pak Cipto, bisa bawa Sisi ke klinik kantor?" suruh Yoga. Sisi yang agaknya dipapah Yoga, dan juga Meta sekarang pun memandang Yoga tak percaya. Rasa sakitnya, tiba-tiba terasa hilang semua. Berakhir dengan rasa bahagia luar biasa.
"Tapi, Pak… itu, Pak. Tapi…."
"Apa Pak Cipto mau aku yang membopong Sisi?" kata Yoga dengan nada sedikit marah.
Hingga akhirnya, Pak Cipto tampak bingung bukan main. Sementara Yoga memandangnya dengan tatapan dingin.
"Duh, Si! Kamu pendarahan! Entar kalau kamu mati kehabisan darah gimana? Yang salah Pak Cipto, karena nggak mau bawa kamu ke klinik segera!" kompor Meta. Padahal luka yang didapatkan Sisi hanyalah luka cakaran dengan rambut yang acak-acakan saja.