Yoga tampak terburu pulang ke rumah, apa yang diucapkan oleh salah satu direktur itu benar-benar mempengaruhinya. Senyumnya sumringah, dia tak pernah menyangka jika mungkin Meta tengah mengidam. Itu sebabnya dia menjadi terdengar marah-marah dan manja. Sementara Hardi hanya bisa melirik dari arah kaca mobil, kemudian dia menggeleng kepalanya. Hal yang benar-benar membuat seorang jenius menjadi gila ternyata tak lain adalah cinta.
"Jadi, saya tunggu di sini atau ikut naik, Pak?" tanya Hardi setelah keduanya sampai di parkiran apartemen. Yoga hanya meliriknya sekilas, tak membalas ucapan dari Hardi.
Akhirnya Hardi memiliki inisiatif sendiri untuk ikut ke atas. Dia tidak mau menjadi kambing congek di sini, berdiam diri sendiri tanpa harus melakukan apa pun. Setidaknya, dia bisa ikut masuk ke apartemen, dia bisa mencari makanan, minuman, atau nonton TV dan berusaha menjadi makhluk goib yang tak dianggap oleh dua insan yang sedang jatuh cinta.
