Pagi ini Meta agaknya bahagia, dia masuk ke dalam mall sambil melihat gelang yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Senyumnya mereka, tak sedikitpun senyum itu pudar. Dia tidak pernah bisa membayangkan andai cowoknya bukan Yoga. Satu-satunya cowok yang Meta tahu bisa benar-benar mengerti dirinya. Memahami sifat, dan egonya yang aneh. Lagi, Meta tampak mengulum senyum, kemudian dia melangkah ke arah eskalator. Namun, ujung matanya menangkap sosok yang ia kenal. Sosok menjengkelkan yang selama ini selalu mengganggu cowoknya. Sosok yang seolah ingin sekali menjadi pelakor. Ya, sosok itu adalah Vera. Saat Meta berada di dekat Vera dia pun tampak membuka bagian atas kancing kemejanya, sampai leher jenjangnya yang ada tanda merah dari Yoga tampak sempurna. Rambutnya sengaja diikat ke atas, kemudian dia merogoh ponsel yang ada di tangannya.