Pagi ini Meta mengerjapkan mata. Ada sesuatu berat yang menindih dadanya. Saat ia sadar jika sesuatu itu adalah tangan Yoga, dia menahan napas. Kemudian berteriak histeris.
Yoga menyipitkan matanya, memandang Meta yang masih berteriak sehisteris itu sepagi ini. Apa perempuan itu sedang mimpi buruk? Batinnya.
"K.... kurang ajar!" teriak Meta, kemudian melempar tangan Yoga. Lalu dia memeluk dadanya dengan kedua tangannya. "Pak Yoga sengaja, ya, pegang-pegang dada saya? Iya? Pak Yoga tidak tahu apa? Bagaimana berharga, dan mahalnya asset saya ini!" marah Meta, memeluk tubuhnya sendiri sembari berangsut mundur.
Yoga pun mengabaikan amarah Meta, dia mengambil posisi duduk. Berjalan ke arah meja depan ranjangnya, kemudian meneguk air mineral yang baru saja ia tuang di gelas. Lagi, Yoga membalikkan badannya. Memandang Meta dengan tatapan anehnya. Padahal semalam, saat Meta sedang mabuk, Meta tampak begitu menyenangkan. Tapi setelah kesadarannya kembali, wanita yang masih duduk di ranjangnya ini, berubah menjadi wanita sok polos dan jual mahal.
"Ohya? Dadamu mahal? Buktinya aku telah mendapatkannya secara cuma-cuma," ejeknya, sembari meneguk air mineral yang ada di gelasnya. Duduk dengan santai, menarik sebelah alisnya memandang ke arah Meta.
Mata Meta semakin melotot, dia benar-benar merasa diinjak-injak harga dirinya oleh Yoga. Lelaki yang ada di depannya ini benar-benar menyebalkan. Bagaimana bisa Yoga mengatakan hal itu? berkata jika dadanya murahan?
"Sekarang katakan kepada saya, apa benar malam itu Pak Yoga telah memperkosa saya?" selidik Meta, memicingkan matanya seolah menyelidik. Dia tidak akan melepaskan Yoga kali ini. Terlebih, ini adalah kali kedua.
Sialan, memang. Kenapa dia harus minum semalam? Seharusnya dia tidak minum minuman beralkohol! Dia itu tidak bisa minum, tapi sok-sokkan minum dan malah membuat dirinya berakhir seperti ini.
"Bahkan aku merekam dari awal sampai selesai," jawab Yoga lagi. Seringaiannya terlihat nyata, seolah mengejek Meta dengan begitu nyata.
Meta hanya bisa mangap-mangap mendengar ucapan Yoga. Tubuhnya benar-benar terasa ringan sekarang. Tenang-tenang, Meta berusaha menenangkan diri. Mengatur napasnya yang tak karuan untuk bisa lebih rileks dan tenang. Dia harus mengingat kejadian semalam, dia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi semalam. Semalam, apa yang telah ia dan Yoga lakukan? Sampai dia harus berakhir dengan cara tragis seperti ini. Tuhan, Meta menjadi merasa berdosa sekarang. Meta merasa menjadi perempuan paling jalang sedunia.
"Saya akan melaporkan Anda ke kantor polisi!" teriak Meta pada akhirnya. Setelah berusaha sekuat tenaga untuk mengingat kejadian semalam, tapi dia malah tak bisa mengingatnya sama sekali.
"Silakan, toh polisi lebih percaya kepadaku. Seorang perempuan datang ke apartemen seorang bos yang kaya raya, menyerahkan tubuhnya dengan cuma-cuma, dan setelah itu digunakan sebagai alat untuk memeras sang bos. Kamu pikir, polisi lebih percaya dengan siapa?"
Meta langsung diam, dia tak bisa lagi berkata apa-apa selain ingin menangis. Bagaimana bisa dia akan berakhir seperti ini? Meta tampak memejamkan matanya, sembari mengacak rambutnya frustasi. Tiba-tiba slebetan kejadian-kejadian tadi malam mulai melintas di otaknya secara acak, dan sekilas. Mata Meta melotot tatkalan ingat jika dialah yang merayu Yoga di atas ranjang, dia bahkan tampak begitu menikmati cumbuan panas Yoga. Wajah Meta langsung memerah, sebab setelah itu dia tidak ingat apa pun kejadian lagi. Jelas, jelas sudah jika semalam telah terjadi sesuatu antara dia dan bosnya! Sesuatu yang tidak benar!
"Jadi, biarkan aku memberi satu pilihan kepadamu,"
"Apa?" tanya Meta setengah frustasi.
"Pindahlah ke apartemenku. Tinggal di sini. Maka aku tidak akan menyebarkan vidio kita," kata Yoga.
Meta kembali memekik. Gila! Bagaimana bisa bosnya mempunyai ide seperti itu? Apakah bosnya ingin menjadikannya sebagai budak seks? Sampai dia merasa menyerah dan tak sanggup memenuhi hasrat bosnya. Kepala Meta terasa berkunang-kunang, dia terasa telah mendapatkan karma dari apa yang diperbuat dulu. Seharusnya, dia tak perlu menonton film-film porno. Hingga akhirnya dia malah berakhir seperti ini.
"Aku akan membayarmu seratus juta sebulannya jika kamu mau," tawar Yoga, menaik turunkan alisnya sembari tersenyum. Seolah, dia yakin kalau Meta akan menerima tawarannya.
"Apa? Bapak gila, ya? Bapak pikir saya apa? Perempuan murahan yang bisa Bapak ancam-ancam dan bayar begitu? Saya ini adalah mahasiswa lulusan terbaik dari Universitas Negeri bergensi di Indonesia, Pak. Dan mendapatkan beasiswa melanjutkan S2 di luar negeri. Dan Bapak memperlakukan saya seperti ini? Oke, saya mau," kata Meta yang berhasil membuat Yoga ingin tertawa.
Sebenarnya, tujuan Yoga memaksa Meta pindah ke apartemennya adalah, karena dia bisa tidur tanpa bantuan obat lagi jika ada Meta di sisinya. Dia sendiri juga tak tahu, bagaimana itu bisa terjadi. Yang jelas, yang dia inginkan hanyalah agar dia bisa beristirahat. Itu saja. Dan untuk urusan yang terjadi semalam, Yoga benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana dia bisa lepas kendali seperti ini. Padahal sebelumnya, Yoga tak pernah sekalipun mengalami itu.
"Tapi, saya tidak mau setiap hari di sini. Saya juga mau tidur di kontrakan saya," kata Meta pada akhirnya.
Seratus juta, adalah uang yang sangat banyak baginya. Dan dia bisa membantu bundanya untuk melunasi hutang yang diakibatkan oleh ayahnya. Akan tetapi Meta pun juga sadar ini benar-benar tidak baik. Di malam pertama saja dia diperkosa oleh Yoga, kemudian semalam dia dicium oleh Yoga, dan berakhir entah bagaimana. Lantas malam-malam berikutnya apa yang akan dia alami dengan Yoga.
Meta menelan ludahnya dengan susah, kedua tangannya mencengkeram kuat-kuat selimut yang menutup tubuhnya. Jika dia menolak maka hasilnya akan seperti apa? Toh Yoga memiliki vidio itu.
"Aku hanya ingin kamu membantuku untuk bisa tidur," jelas Yoga pada akhirnya. Saat ia menangkap gurat khawatir di wajah Meta.
Yoga juga sadar jika ini salah, Meta tak memiliki hubungan apa pun dengannya. Dan Meta adalah perempuan baik-baik. Bagaimana bisa, perempuan seperti Meta akan ia rusak begitu saja.
"Tapi, hanya jika kamu bersedia ke sini. Aku tidak akan memaksa untuk setiap hari," lanjutnya, kemudian ia memilih masuk ke dalam kamar mandi.
Baik Yoga, dan Meta saat ini tampak canggung. Keduanya saling diam, dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Meta masih tak beranjak dari ranjang, sementara pikirannya melalang buana entah ke mana. Sementara Yoga, agaknya menyesal telah mengatakan hal itu. Dia merasa bersalah, dan seperti telah memperalat orang agar tetap berada di sisinya. Andai biasa, Yoga rasanya ingin mengulang waktu tadi, dan mengurungkan niatnya mengatakan perjanjian bodoh itu. Namun bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Yang dia lakukan harus tetap tenang, apa pun yang terjadi.
"Berengsek!" umpat Yoga pada dirinya sendiri. Untuk kemudian dia membiarkan seluruh tubuhnya basah oleh shower yang ada di atasnya.
*****
"Met, elo kenapa?" tanya Kinan hati-hati.
Semenjak kepulangannya ke kontrakan, Meta tampak tak seperti biasanya. Dia langsung masuk ke dalam kamar, dan tak keluar-keluar sama sekali. Bahkan, ini sudah terlalu siang jika Meta nanti hendak berangkat kerja.
Sementara yang Kinan lihat, Meta tampak belum siap sama sekali. Ia masih mengenakan gaun mahal yang ia kenakan semalam. Sesekali Meta menghela napas beratnya, tatapannya menerawang ke awang-awang, dan keceriaan wajahnya tampak pudar.
Kini, pandangan Meta teralih kepada Kinan. Dia takut ingin mengatakan ini. Karena telah merasa melanggar apa yang telah Kinan peringatkan padanya kemarin. Bagaimana jika Kinan tahu? Apa yang akan terjadi jika Kinan mengetahuinya?
"Entahlah, Kin, kenapa ya hari ini gue ngerasa kalau gue jadi cewek yang bener-bener rendah di dunia," kata Meta dengan nada putus asanya. Menelungkupkan wajahnya, sembari menutupnya dengan kedua telapak tangan.