"Gue dipenjara, lo juga, Bi! Asal lo tau, selama ini kita sekongkol!" marah Becca.
Mendengar hal itu Fabian tampak tersenyum kecut, kemudian dia memandang Becca lagi yang sudah hilang sabar.
"Gue nggak peduli. Gue nggak peduli di penjara asalnya gue bisa nyelametin harga diri Meta. Inget, Bec, sekali lagi lo sakitin Meta, urusan elo bukan ama Yoga lagi. Tapi ama gue, camkan itu!" marahnya. Dia tidak peduli, jika mungkin dirinya sendiri akan hancur lebur. Tapi, tidak untuk Meta. Dia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana jahat orang-orang bisa menghancurkan Meta dengan tak manusiawi. Dan sekarang tidak lagi, dengan cara apa pun dia harus melindungi Meta, meski dia harus mengorbankan dirinya sendiri.
"Ah!" teriak Fabian untuk kesekian kali, mengingat kejadian tadi benar-benar membuat emosinya membuncah. Di mana sekarang dia harus mencari keberadaan Meta? Bahkan ponselnya tak aktif, dia sudah berusaha mencari ke mana-mana, tapi Meta tidak ada.