Lalu kemudian, setelah semua keputusannya, Yoga kembali mengingat saat-saat awal ia harus memegang perusahaan ini bersama dengan kakeknya. Mengurus perusahaan yang kritis dibarengi dengan memulai lagi dari awal kuliah jurusan yang sesuai dengan perusahaan ini kelak. Bahkan, sudah berapa kali ia menangis, sudah berapa kali ia hancur, dan sudah berapa kali ia meyakinkan diri untuk menyerah. Tapi lagi-lagi, kakeknya terus memberi dukungan, sebab kakeknya yakin, jika dirinya adalah penerus yang tepat untuk perusahaan ini, jika dirinya memang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin yang hebat di kemudian hari.
Sampai pada masa-masa kejayaan, ketika ia mendapatkan tender pertamanya, titik mula ia mulai bangkit. Dan rasa bahagia itu, seolah-olah ia telah berhasil mengenggam dunia ke dalam pelukannya.