Ahh... Cuacanya gerimis dan hawanya dingin... Sempurna... Tapi sayangnya... Saya harus tetap kerja.
Selamat membaca!
_____________________________________
B-bagaimana cara untuk 'menggunakan' kedua istriku, Yang Mulia Vioraze?
"Hahh... Arkanava Kardia... Kau... Tinggal meminta seluruh jiwa dan raga mereka untuk diserahkan dan dipasrahkan kepadamu. Lalu cium mereka."
B-begitu saja, Yang Mulia?
"Tidak semudah itu. Karena, kalau ada sedikit saja keraguan ataupun rasa enggan, maka tidak akan terjadi apa-apa."
Semudah... Itu? Te-terima kasih, Yang Mulia! Kalau begitu, hamba akan langsung mencobanya!
***
"Arkaaa! Arkaaa jangan tinggalin akuuu!"
Teriakan Syla adalah yang pertama kudengar bahkan sebelum aku membuka mata setelah jiwaku kembali dari singgasana Vioraze. Jangan tanya kenapa jiwaku bisa sampai sana, karena aku pribadi tidak tahu jawabannya. Tapi yang jelas, aku sudah kembali, dan aku harus bergerak cepat sebelum semuanya terlambat.
"Syl, aku belum mati loh..." Kataku.
"Eh!? Arkaaa! Syukurlaaah!" Respon Syla.
"Btw, kamu udah nganggep aku mati, ya? Kamu mau bawa aku kemana? Mau nguburin aku? Mau kremasi jasadku? Atau... Mau dihanyutin ke samudera?" Aku berkelakar sedikit kepada Syla sambil tersenyum.
Dan jawaban Syla, diluar dugaanku. Dia menjawab dengan nada dan ekspresi serius, namun . "Uhm... Rencananya sih mau aku awetin aja terus aku jadiin patung buat ditaroh di mansion. Biar aku selalu bisa ngeliat Arka tiap hari. Bilang selamat pagi dan selamat malam tiap hari. Nanti aku kasih parfum favorit Arka biar tiap kangen kamu bisa aku peluk dan wanginya jadi kayak kamu... Terus rencananya kalo aku mati suatu hari nanti, aku minta dikuburin bareng jasad Arka yang udah diawetin itu. Aahh... Indahnyaa... Kita bakal selalu bersama dalam hidup dan mati..."
Anjir. Otak istriku kok begini ya? Kayaknya jiwa Syla udah bener-bener terguncang barusan. Ditambah lagi dia memang sedang dalam mode yandere akut.
"Syl, serius kamu udah mikirin sampe sejauh itu? Istriku yandere akut... Kita harus ngobrol empat mata abis ini, Syl."
"E-eh? Yandere? Apa itu yandere?"
"Entaran aja jelasinnya. Sekarang, ada yang lebih penting lagi yang harus kita lakuin."
"Kita?"
"Iya, kita. Aku, kamu, dan Ren."
"NGGAK!!! Arka, aku nggak mau kehilangan kamu lagi walopun cuman beberapa detik! Aku nggak bisa hidup tanpa Arka!" Syla otomatis histeris.
Kalau yang berbicara seperti itu adalah gadis entah siapa, aku akan berpikir bahwa itu adalah gombal bullshit. Tapi setelah melihat sedikit cerminan jiwa Syla barusan, aku sadar. Itu bukanlah omong kosong. Syla bisa gila kalau aku mati. Bahkan, tidak menutup kemungkinan dia bisa bunuh diri karena depresi yang dideritanya akibat kematianku.
"Gimana kalo kubilang kita bakal menyatu?" Kataku, tenang.
"Menyatu? Maksudnya gimana?"
"Nggak ada waktu buat ngejelasinnya. Sekarang, aku minta kamu serahkan dan pasrahkan seluruh jiwa maupun ragamu buat aku. Boleh?"
"Hmmm... Kamu gimana sih. Tanpa kamu bilang gitupun, aku udah nyerahin seluruh jiwa ragaku buat kamu." Syla berbicara seolah dia kesal karena aku tlseperti tidak mempercayainya.
"Ok. Sekarang fokus. Tatap mataku. Di dalam hati dan pikiranmu harus menyerahkan segalanya buat aku."
"Um..." Syla berubah serius. Ia menatap tajam kepada kedua mataku.
Kemudian aku mendekatkan wajahku ke wajah Syla. Tatapan mata kami terkunci, tak berkedip sedikitpun. Aku dapat melihat bayangan wajahku di kornea mata Syla. Dan aku yakin, Syla pun demikian.
Sesaat sebelum kedua bibir kami bersentuhan, aku merasakan dark magic di dalam tubuhku bergejolak dan ditarik ke arah Syla bagaikan magnet. Dari sudut pandangan kedua mataku, aku juga dapat melihat aura keemasan keluar dari tubuh Syla, bagai asap yang tertiup angin perlahan. Alurnya mengarah mendekati tubuhku.
Tanpa kusadari, lengan kiriku telah melingkar ke belakang pinggang Syla. Dan tangan kananku sudah memposisikan dirinya di payudara kiri Syla, meremasnya, semakin lama semakin kuat. Aku merasakan nafas dari mulut Syla yang sedikit terbuka, bersiap untuk sebuah ciuman, semakin lama semakin kasar menghembus wajahku.
Semakin dekat bibirku dengan bibirnya, kesadaranku semakin berkabut. Pandanganku seperti hanya separuh yang tersisa. Dan kulihat tatapan Syla yang awalnya tajam, kini menjadi kosong. Berubah menjadi seperti gelas kristal kosong yang siap menampung minuman anggur merah di dalamnya.
Dan ketika bibir kami bersentuhan, sesuatu yang dahsyat terjadi. Dark magic dari tubuhku dan light magic dari tubuh Syla meledak keluar secara bersamaan, mengeluarkan garis-garis aliran energi yang saling menabrak dan menjadi satu bagaikan garis-garis yang dibentuk oleh medan magnet.

Gambar : ilustrasi medan magnet diambil dari Google.
Untuk sekejap, aku tak tahu apa yang sedang terjadi. Tapi tubuhku serasa ditarik ke arah Syla.
Dan...
*BOOOM!!!*
Suara ledakan terdengar meskipun pandanganku saat ini hanya gelap. Dan kusadari, kedua mataku masih tertutup. Lantas kubuka perlahan kedua mata ini. Di hadapanku hanya terlihat horison yang cerah, yang menjadi garis batas antara hijaunya daratan dengan birunya langit.
Aku tak melihat Syla. Aku menoleh sambil memutar tubuhku untuk mencari keberadaan Syla. Tapi aku tetap tidak menemukannya. Hingga akhirnya aku mendengar suara Syla.
"Arka... Kayaknya... Aku sedang di dalam tubuhmu." Aku mendengar suara Syla di dalam kepalaku.
"Woh, pantes kamu ilang. Kupikir istriku diambil orang, hehe..."
"Ngawur... Hatiku cuman buat Arka." Syla komplen dengan nada jutek. Aku bisa membayangkan wajah cemberutnya yang imut kalau dia sedang di depanku saat ini.
"Hmm... Pantes energi dark magic-ku rasanya agak beda dari biasanya. Kekuatan kita jadi satu, Syl. Auraku juga berubah. Dasarnya warna item, semakin keluar, warnanya jadi gradasi ke warna keemasan."
Selain itu, sekarang aku juga menyadari bahwa sepasang sayap iblis di punggungku sebelumnya, telah ditambah dengan sepasang lagi sayap cahaya berwarna keemasan. Sekarang aku memiliki dua pasang sayap. Sepasang yang di atas adalah sayap cahaya keemasan persis dengan sayap Syla dalam wujud Celestial Wrath, dan sepasang yang di bawahnya adalah sayap iblisku.
"Ar, katanya Ren juga ikut? Kok cuman kita berdua?"
"Oh, iya! Aku hampir lupa! Ayo kita balik! ...... Eh kamu bawa aku terbang kemana tadi? Ren di arah mana? ... Oh! Aku bisa baca pikiranmu juga, Syl! Ayo, kita jemput Ren!"
"Hm. Bagus aku nggak perlu bilang." Nada suara Syla masih jutek. Lalu ia menambahkan, "Arka kok nggak percayaan banget sih sama aku..."
"Hehehe... Becanda aja kok, mbep..." Jawabku santai sambil terbang secepat kilat menuju lokasi pertempuran, terutama dimana Ren berada.
Ya, dengan kecepatan aduhai gila cepatnya seperti ini, beberapa detik saja sudah cukup. Aku sudah melihat posisi Ren yang sedang mati-matian melawan Holy Titan Zeliarus. Uh, maksudku, replika dari Holy Titan Zeliarus. Yang sudah berevolusi lagi menjadi semakin terlihat kuat. Namun kali ini tubuhnya tak lagi menyusut. Hanya menambah aksesoris yang membuatnya semakin mengintimidasi. Kekuatannya juga bertambah.
Tidak heran kenapa Ren yang sudah berubah wujud menjadi monster rubah api violet menjadi semakin kesulitan menghadapinya. Malah, dia sedang berada dalam posisi kalah... Telak.
"Ren!" Aku memanggil Ren dan langsung terbang ke arahnya.
Aku terbang ke arah perutnya dan memeluknya. Kemudian aku angkat dia untuk terbang menjauhi Zeliarus. Kami turun agak jauh dari Zeliarus karena aku membutuhkan waktu untuk melakukan ritual seperti yang kulakukan bersama Syla.
Kalau menurut perkiraanku, kekuatan gabungan aku dan Syla sudah dapat mengimbangi kekuatan Zeliarus. Tapi aku tidak ingin mengambil resiko. Karena jika dua kekuatan seimbang bertarung, kemungkinan yang akan menjadi pemenang adalah 50-50. Aku tidak suka kesempatan 50%. Aku ingin 100% kepastian untuk menang. Jadi, alih-alih mengkonfrontasi Zeliarus sekarang, aku harus melakukan penggabungan jiwa raga dengan Ren terlebih dahulu.
Setelah cukup jauh, aku menurunkan Ren ke daratan. Dan tak lama kemudian, Ren berubah kembali ke wujud humanoid seperti biasanya. Ren langsung memelukku dan menyerahkan seluruh berat tubuhnya kepadaku.
"A-Arka..." Suara Ren terdengar lemah. Tubuhnya pun lemah. Luka-luka lecet dan sayatan ada di sana-sini.
"Ugh... Brengsek! Monster laknat itu kan yang ngelukain kamu gini? Ren, bertahan sebentar. Aku minta kamu ngelakuin sesuatu buat aku. Aku pengen kamu serahkan dan pasrahkan seluruh--"
"--Selalu... Arka..." Ren memotong ucapanku sambil membelai lemah pipiku. Ia tersenyum simpul sambil menatap kedua mataku penuh kelembutan. Tanpa aku selesaikan ucapanku, dan bahkan sebelum aku memintanya, Ren sudah menyerahkan seluruh jiwa raganya untukku. Serupa halnya dengan Syla. "Aku... Jiwaku... Ragaku... Semuanya... Hanya milik Arka..."
"Ren, tatap mataku!" Kali ini, aku tidak membuang-buang waktu untuk basa-basi lagi. Aku langsung mengecup bibir Ren sambil memeluknya erat. Tak ada waktu lgi karena Zeliarus bisa muncul di hadapan kami kapanpun.
Fenomena yang sama pun terjadi.
Namun perbedaannya, kini kekuatan kami bertiga bercampur menjadi satu. Meningkatkan sinergi dari 3 elemen energi magic menjadi satu. Kekuatan yang sangat besar dapat kurasakan bergejolak di dalam tubuhku.
Yang awalnya tubuhku memiliki aura hitam yang bergradasi menjadi keemasan, kini ditambah dengan aura api violet di bagian terluarnya. Seakan aku menjadi seperti sedang terbakar api yang sangat panas. Api violet yang membara dan gelisah tak terkendali. Dan ada sebuah fitur baru yang muncul di tubuhku. Terutama di bagian bokongku.
Ya, apa lagi kalau bukan ekor rubah! Ekor rubah yang tidak terbentuk dari bulu, melainkan api violet yang padat energi. Berayun perlahan dan anggun, ke kanan dan ke kiri. Setiap ayunannya meninggalkan kobaran api violet.
Dan setelah fusi selesai, tepat saat itu pula Zeliarus menampakkan wujudnya di hadapan kami. Dia mengejar kami dengan sangat cepat meskipun aku sudah berusaha bergerak secepat mungkin.
Zeliarus bukan monster yang berbelas kasihan. Saat menemukan kami, saat itu pula dia mepancarkan serangannya yang sangat cepat.
"Hai, Ren!" Sapa Syla kepada Ren yang kini sama-sama berada di dalam tubuhku.
"E-eh? Syla? Kamu juga di dalam tubuh Arka, ya?" Ren sedikit kaget setelah mendengar suara Syla.
"Iya, dong! Hehe... Ayo, Ar, sekarang waktunya kita tendang bokongnya monster jelek itu!" Kata Syla.
"Kekuatanku, semuanya milikmu, Arka!" Ujar Ren, menambahkan ucapan Syla.
"Fufufu... Sekarang kita bertiga udah jadi satu... Saatnya kita musnahkan bajingat tengik ini!" Ucapku sambil tersenyum kejam.
Serangan light magic Zeliarus yang ditembakkannya kepada kami, jauh lebih kuat daripada serangan-serangannya sebelum ini. Setiap perubahan wujudnya memberikannya peningkatan kekuatan di segala aspek sebanyak sekian kali lipat. Dan serangan ini mampu mengubahku yang sebelumnya untuk menjadi debu tak berarti apabila aku terkena dengan telak. Tapi, itu kalau aku yang sebelumnya...
Aku yang sekarang tentu berbeda! Setelah menggabungkan kekuatanku dengan Syla dan Ren, kekuatanku sudah jauh melampaui kekuatan Zeliarus ini. Bisa dikatakan, pertarungan kami yang sekarang adalah pertarungan antara cacing tanah melawan singa! Perbedaan kekuatan kami bagai langit dan bumi!
Serangan Zeliarus pun cukup kutahan dengan satu tangan saja.
*DHUAAAARRR!!!*
***BERSAMBUNG***