Besok weekend lagi. Santai lagi. Push rank lagi. Bergulat dengan istri di kasur sepanjang hari. Menikmati indahnya hidup. Membiarkan anjing-anjing menggonggong, tak menghiraukan hingar-bingar kekacauan di luar sana. Enjoying my life.
Yak, selamat membaca!
_____________________________________
*DEBLAAAARRRRRR!!!*
Serangan light magic berskala maha dahsyat yang telah ditembakkan oleh Holy Titan Zeliarus kepadaku, meledak setelah menabrak barrier pelindung yang baru saja kuciptakan pada jarak 1 inci dari telapak tanganku. Sekilas seperti aku menahan serangan maha dahsyat itu hanya dengan satu tangan. Faktanya, menyentuh kulitkupun tidak.
Ledakan itu menghancurkan segala sesuatu yang ditelannya. Tanah, pohon, batu, semuanya. Kecuali satu, aku. Mungkin lebih tepat kalau aku menyebutnya 'kami'. Karena tubuh yang kukendalikan sekarang ini bukanlah milikku seorang. Tapi juga milik Syla dan Ren. Kami telah melebur menjadi satu. Jiwa, raga, dan juga kekuatan kami.
Kulit demon-ku yang awalnya terbuat dari dark magic murni sehingga berwarna hitam pekat, kini telah tergradasi menjadi berwarna abu-abu gelap kecoklatan. Dengan siluet-siluet berwarna ungu violet yang menghiasi monotonnya warna tubuhku sehingga terlihat lebih indah.
"Hehehehe..."
Kami tak kuat menahan tawa ini. Rasa angkuh dan sombong di dalam hati kami terasa begitu geli menggelitik. Apalagi setelah mengetahui bahwa ternyata kekuatan Zeliarus hanya segini jika dibandingkan dengan kekuatan kami sekarang. Kekuatannya hanya setara cacing kremi yang menggeliat-geliat di atas telapak tangan seekor singa. Begitu lemah dan tak berdaya. Sungguh tak berarti.
Zeliarus sendiri, tidak berhenti menyerang. Setelah gagal melukai kami dengan serangannya barusan, dia melanjutkan serangan-serangan berikutnya. Seluruh kekuatan ia kerahkan. Segenap energi light magic yang ada pada dirinya dia lepaskan untuk membunuh kami.
*DEBAAAAMMM!!!*
*BLEGAAARRR!!!*
*DAARRR DAAARRRR DHUAAARRR!!!*
Namun, meski ledakan dari serangannya sangat besar, kami hanya terus melayang santai sambil bergerak mendekatinya. Kami hanya melayang dan bergerak perlahan di tengah-tengah ledakan yang tak kunjung usai ini. Satu meter, dua meter, semakin lama semakin mendekati Zeliarus. Dan semakin kami mendekat, semakin mati-matian pula Zeliarus menyerang kami.
Menggelikan...
Sungguh, menggelikan...
"Fufufufu..."
Kami hanya menahan aliran udara tertawa geli yang keluar dari paru-paru kami. Paru-paru ini rasanya geli sekali, tak sanggup menahan tekanan rasa ingin tertawa terbahak-bahak yang memberontak keluar. Membuat otot-otot perutku berkedutan karena ikut merasakan geli.
Bagaimana tidak? Melihat monster agung di hadapan kami sedang berusaha keras mati-matian dan hampir putus asa untuk menyerang, namun serangannya sama sekali tidak terasa. Rasa seperti colekan gadis genit saja tidak ada. Terasa gelipun tidak!
"FufufufuhahahahaHAHAHAHA!!!"
Setelah berjarak kurang lebih 10 meter dari monster raksasa ini, aku benar-benar tak kuasa lagi menahan tawa. Aku tertawa terbahak-bahak hingga suara tawaku mengalahkan kuatnya bunyi ledakan-ledakan dari serangan Zeliarus yang seharusnya mengenai kami dengan telak. Apalagi hanya berjarak 10 meter seperti ini.
Lalu kami mencoba menciptakan kembali pedang kesayanganku menggunakan energi magic yang kami miliki sekarang.
"Kuroshi..."
*Zapp!*
Dalam sekejap, langsung tercipta sebuah pedang besar yang sedikit melengkung. Kuroshi tak lagi dapat disebut sebagai katana karena bentuknya sudah berubah total meskipun tetap mempertahankan sedikit lengkungan dari bentuk katana.
Karena yang ada di tangan kanan kami saat ini adalah sebuah pedang besar dan lebar, dengan ornamen ukiran berupa naga, iblis, dan malaikat pada bagian tumpulnya. Dengan ketajaman yang tak perlu dipertanyakan lagi. Bahkan, apabila diadu tebas dengan Kuroshi model lama, bisa dipastikan Kuroshi model lama akan patah terpotong dengan mudah seperti entengnya mengiris mentega.
Pedang ini memiliki bahan dasar yang berwarna emas, dengan garis-garis hitam yang berkedip-kedip seolah melenyapkan cahaya yang ada di sekitarnya dan membuatnya menjadi gelap. Mengeluarkan api ungu pada bagian ujung gagangnya serta dari setiap ornamennya.
Segala imajinasi liar kami tentang pedang khayalan tertumpahkan pada wujud baru Kuroshi ini. Mungkin, kami bisa memberinya nama...
Kuroshi - Cursed Holy Flame.
Hahaha... Terserah kami mau memberi nama apa. Karena pedang ini hanya kami yang bisa membuatnya, hanya kami yang memilikinya, dan hanya kami yang dapat menggunakannya.
Melihat pedang yang tercipta dari gabungan ketiga kekuatan kami, Zeliarus mulai tampak semakin gelisah. Kami yakin, bahwa ia tau seberapa kekuatan dari pedang ini. Pedang yang merupakan perwujudan dari energi magic kami bertiga.
Zeliarus mulai berusaha melompat untuk menghindari kami, atau menjauhi kami. Kecepatan Zeliarus yang sangat tinggi membuatnya mampu bergerak dengan benar-benar cepat. Manusia manapun tak akan dapat mengikuti pergerakannya ataupun merasakan perpindahan tubuhnya. Semua karena dia memang bergerak dengan luar biasa cepat. Sebanding dengan energi light magic yang dimilikinya, yang luar biasa besar.
Namun, di mata kami, Zeliarus hanya bergerak dalam kecepatan yang tidak jauh berbeda dengan keong berlari dalam slow motion. Lamban. Sangat lamban. Begitu lamban sampai kami muak melihatnya.
Mungkin, ini waktunya memberi Zeliarus hukuman karena telah melukaiku dan Ren.
*Shashh!*
Sebuah tebasan horizontal pada tungkai kiri Zeliarus tepat sebelum ia berhasil lepas landas.
Hasilnya, ketika tubuhnya melompat mundur, sebagian tungkai kirinya tertinggal karena sudah putus.
"MUWAHAHAHAHAHAHA!!!"
Kami tertawa geli menyaksikan itu. Tidak ada lagi kata 'menyeramkan'. Yang ada hanyalah kata 'lucu'.
Kami mulai melakukan mutilasi hidup-hidup terhadap Zeliarus. Satu demi satu anggota gerak tubuhnya kami lepaskan dari tubuhnya. Hingga yang tersisa hanya seonggok badan tak berdaya. Dan serangan terakhir, kami mengeluarkan serangan mirip Demonic Canon.
*Zzziiiiinnnnn!!!*
Tembakan energi magic tiga warna yang berbentuk spiral, yaitu warna hitam, emas, dan violet, kami arahkan ke badan Zeliarus.
*BLEGAAAAARRRRR!!!*
Hal itu menyebabkan badan Zeliarus hancur tak bersisa. Terurai menjadi wujud atomnya. Dan akibat ledakan itu, bagian tubuh yang tersisa jadi terlempar cukup jauh. Seperti bola yang ditendang dengan liar ke arah tribun penonton.
Dan bagian itu adalah kepalanya.
Kedua bola matanya sudah terputar ke atas dan kaku. Di bagian leher terdapat bekas robekan yang tidak wajar karena dipaksa putus oleh ledakan dari serangan kami barusan. Sepotong kepala yang sudah tak bernyawa dan tak berenergi lagi. Hanya sebongkah benda mati tak berharga. Secara perlahan, sebongkah kepala besar itu terurai menjadi butiran-butiran cahaya dan menguap hingga akhirnya lenyap.
"Heheheh... Sampah tetep sampah. Sekarang, kita obliterasi semua remahan-remahan sampah sisanya."
Kami terbang ke arah gerombolan Holy Shuja yang sudah tinggal sedikit karena dikalahkan oleh Cyane, Revon dkk., para perampok bawahanku, para demihuman, dan juga para tentara kerajaan yang beruntung karena telah mendapatkan buff dari blessing-ku.
Kami mengerahkan sebagian energi magic kami ke tiap-tiap Holy Shuja yang tersisa. Lalu kami membuka telapak tangan kanan, kemudian mencengkramkannya perlahan-lahan hingga mengepal. Di saat yang sama dengan mengepalnya tangan kami, tubuh para Holy Shuja yang tersisa langsung pecah terburai. Ya, semuanya mati dalam sekedipan mata.
Kemudian kami berjalan ke arah Wagos, si ketua perampok yang cukup berfaedah bagiku.
"Wagos, jadi bener ya, dalang di balik semua ini tuh adalah para petinggi di organisasi Gaean?" Tanya kami bertiga yang masih berada dalam satu wujud. Semua orang memperhatikan kami dari ujung kepala sampai ujung kaki. Terkesima. Fufufu... Tubuh dan aura kami memang menakjubkan saat ini.
"Woy, Wagos!" Kami membentaknya karena tidak menjawab pertanyaan kami, tapi malah terpana melihat kami.
"Waa! Ma-maaf, Tuan... Tuan Arka?" Jawab Wagos, kaget.
"Bukan! Tapi bener... Tapi... Ah ya udahlah ga usah dipikirin. Jawab dulu pertanyaanku! Siapa dalang di balik semua ini!?"
"B-b-benar, Tuan! Dan yang paling bertanggungjawab adalah Xerzo! Dia adalah pemimpin tertinggi organisasi Gaean! Informasi terakhir yang kami dapatkan adalah dia sedang berada di Kota Syndas! Tepatnya di Katedral Arvena!" Jawab Wagos dengan panik dan takut.
"Ok... Syndas, ya... Grrh..." Emosi kami seketika meledak setelah mengetahui hal tersebut. Kami tidak menyangka, bahwa organisasi religi terbesar di Benua Erith lah yang memanggil monster-monster sekuat itu. Sungguh tidak masuk akal. Apa mereka sudah gila?
"Kalian semua! Lakukan apa yang harus kalian lakukan! Aku pergi dulu!" Ucap kami dengan suara nyaring. Lalu kami terbang dengan kecepatan yang melebihi kecepatan cahaya.
Kami akan menyisir semua desa dan kota yang ada di Benua Erith! Kami akan menghancurkan dan membunuh semua anggota organisasi Gaean karena telah membuat kami terluka!
Kami akan mulai menyisir dari bagian paling selatan.
Kota pelabuhan, Merinoc. Gedung organisasi Gaean...
*Blegaaarrrr!*
Kami hancurkan dalam sekejap, beserta semua orang yang ada di dalamnya. Semua pedesaan di sekitarnya juga. Seluruh bangunan milik organisasi itu kami hancurkan tanpa sisa. Kami tak peduli lagi. Emosi amarah ini benar-benar tak terkontrol. Perasaan kami seperti meledak-ledak. Amplifikasi emosi negatif pada tubuh ini benar-benar tak terkendali. Tapi, kami tidak mempermasalahkannya dan terus mengikutinya. Karena memang kami ingin menghancurkan seluruh organisasi Gaean sampai ke akarnya. Mencabut semua keburukan di dalam organisasi itu.
Kami terus menyusuri seluruh bagian Benua Erith dari selatan ke utara. Kami hancurkan semua bangunan milik organisasi Gaean. Kami tak peduli seberapa bencinya semua orang atas tindakan kami ini. Yang kami pedulikan adalah terpuaskannya amarah ini.
Kota Dranz, pedesaan di sekitarnya, Kota Arvena dan sekitarnya. Tidak luput dari sisiran kami. Karena kecepatan terbang kami sangat cepat, semua berlangsung dalam waktu singkat juga. Termasuk kota dan desa yang ada di kerajaan Goliath, Kerajaan Krauzer, dan Kerajaan Elysium. Namun, Katedral Gaean di Kota Syndas adalah yang terakhir.
Dan akhirnya, setelah semua bangunan Gaean beserta orang-orang di dalamnya musnah, barulah kami pergi ke Katedral Utama Gaean yang terletak di kota Syndas. Kali ini, aku akan menghancurkannya secara perlahan.
"Gaes, kita mendarat aja. Kita hancurin akarnya pelan-pelan dan kita bikin ini keliatan mengerikan. Biar semua orang menyaksikan. Kita nggak main-main dengan orang-orang yang ngeganggu kita."
Kamipun mendarat di depan pintu utama Gedung Organisasi Gaean. Setelah beberapa langkah, kami berteriak...
"WOI! XERZO! KELUAR KAU BANGSAT!!!"
Tak lama kemudian, seluruh anggota organisasi Gaean selain Xerzo keluar. Mereka membawa senjata dan mengenakan perlengkapan perang lengkap. Ada yang membawa tombak, pedang, tongkat sihir, dan juga kitab suci. Ekspresi mereka bertolak belakang dari kata 'ramah'. Sepertinya mereka sudah mengantisipasi ini. Cepat juga informasi yang mereka terima. Padahal, belum ada sejam sejak pertama kali aku ngancurin gedung dan bangunan Gaean di seluruh penjuru Benua Erith.
Kami tak suka basa basi. Dan sekarang juga bukan waktunya basa-basi. Hal serupa dengan yang kulakukan terhadap Holy Shuja sebelumnya, kini kulakukan juga kepada mereka. Sambil mencengkramkan tangan, kami berkata, "MATI KALIAN SEMUA, ANJING GAEAN!!!"
*Jrettt*
*Crettt*
*Splatt*
Seketika, tubuh mereka semua hancur menjadi bubur. Haha... Jangankan mereka, Holy Shuja saja tidak ada apa-apanya.
"KELUAR KAU XERZO!!!"
Setelah teriakan terakhir kami, semua hening. Orang-orang yang awalnya menonton dari kejauhan langsung pergi menjauh, masuk ke rumah mereka dan mengunci semua pintu dan jendela.
Dan beberapa detik kemudian, kami mendengar suara derap langkah beberapa orang. Salah satunya mengenakan jubah merah dengan hiasan berupa bordiran emas yang menjadi lambang organisasi itu. Dia memegang dua buah kristal bercahaya di masing-masing tangannya. Enam orang lainnya yang menemaninya mengenakan jubah putih dengan bordiran biru, seragam.
"Kau yang bernama Xerzo!?" Kami bertanya untuk sekedar memastikan lagi, walaupun insting kami sudah yakin bahwa dialah Xerzo, dalang dari semua masalah yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.
"Benar! Aku Xerzo! Apa maumu wahai iblis jahanam???" Pria berusia sekitar 60 tahun yang berjubah merah itu menanggapi pertanyaan kami dengan wajah yang sama sekali tidak terlihat gentar.
***BERSAMBUNG***