Kalau suka dengan ceritanya, bisa bantu vote juga semua chapter sebelum dan sesudah ini dan juga share ke kenalan yang menyukai novel fantasi. Sebar kebahagiaan seluas-luasnya! Hahaha... Lagipula, novel ini tidak akan saya komersilkan. Hanya sekedar kesenangan pribadi saja untuk mengisi waktu senggang di setiap klinik sedang santai.
Selamat membaca!
_______________________________________
*BLEGAAAAAAAARRRRRRRRR!!!*
Aku syok. Benar-benar syok hingga tak mampu menggerakkan telapak kakiku untuk bergeser. Apalagi berlari dan melompat untuk menghindari serangan Holy Titan Zeliarus barusan. Energi yang begitu besar, bahkan aku belum pernah melihat Arka mengeluarkan kekuatan sebesar ini. Separuhnya pun tidak.
"SYLAAAA!!!"
Aku mendengar Ren memanggil namaku dan menyuruhku menghindar. Tapi... Tidak mungkin! Aku terlalu syok hingga ragaku mematung! Dan sepersekian detik setelah itu, sebuah ledakan besar terjadi...
Aku memejamkan mataku sekuat-kuatnya. Di dalam hati, aku sedang berusaha menguatkan diriku untuk menerima kematianku yang sudah di depan mata. Vibrasi dan radiasi dari ledakannya menerpa sekujur tubuhku. Wujud Celestial Wrath-ku ini tidak mungkin dapat menahan serangan light magic sebesar itu meskipun memiliki elemen yang sama.
Berarti, aku akan hancur sebelum sempat mengucapkan 'selamat tinggal' kepada Arka. Semoga Arka bisa melanjutkan hidupnya tanpaku. Oh, ya. Kan masih ada Ren dan yang lainnya. Arka kan mesum. Pasti yang lainnya bisa memenuhi kebutuhan mesumnya Arka. Aku lega sudah mengizinkan Arka untuk memiliki harem. Karena, jika aku mati, masih ada yang akan menghiburnya dan dia jadi bisa dengan cepat melupakanku.
Eh...
Melupakanku?
Kenapa... Kenapa dadaku sesak ketika memikirkan bahwa Arka akan melupakanku? Kenapa rasanya berat menerimanya? Kenapa sekarang aku yang jadi merasa ini sulit? Bukankah... Aku akan mati dan meninggalkan dunia ini?
Tapi Arka... Arka tidak akan melupakanku, bukan? Arka... Akan selalu mengingatku meskipun aku sudah tiada, bukan?
Um. Aku yakin. Arka pasti tidak akan melupakanku.
Eh, sudah berapa lama berlalu semenjak aku membatin ini? Apa aku sudah bisa membuka mataku? Pasti aku sudah berada di alam lain. Malaikat dan peri yang cantik pasti sudah hadir untuk menjemputku saat aku membuka mata.
"Ungh..." Ketika kubuka mataku, aku sedikit melenguh karena agak silau. Dan yang kulihat adalah...
Sisa ledakan yang tertutup debu, dan dua buah mentari berwarna oranye sedang menyinari wajahku dari sudut kemiringan yang landai. Yang aku ketahui, sekarang aku masih berada di lokasiku semula. Apakah surga tidak seindah yang kubayangkan? Atau...
Pasti. Pastilah ini hanya jiwaku yang tersisa. Tubuhku pasti sudah lenyap. Lihat saja, tidak mungkin tubuhku masih ter...sisa...
Loh?
Tubuhku masih utuh? Aku juga tidak merasakan ada yang terluka... Berarti aku masih hidup!?
Dan sesaat kemudian, aku kembali mendengar suara teriakan yang sangat familiar.
"Arkaaaaa!"
Tidak salah lagi. Itu suara Ren yang memanggil Arka.
Aku menoleh ke arah Ren, yang ternyata sedang berlari keluar dari balik bukit batu tempatnya bersembunyi. Dia lari menuju ke suatu runtuhan bebatuan.
Arka, katanya? Apakah Arka sudah datang?
***
"Teleportation Gate!"
Setelah mengeluarkan skill itu, aku langsung melangkah ke dalamnya. Melintasi ruang melewati dimensi. Tapakan kakiku yang berikutnya sudah mendarat di tanah kering gersang, sedang kakiku yang satu lagi masih di atas rumput pada lapangan Desa Kardia. Dan tubuhku, sedang berada di spasi antar dimensi.
Di belakangku, para Demihuman dan Perampok yang kini telah berada di bawah kuasaku, juga mengikutiku masuk ke portal magic ini. Mereka sudah memperlengkapi tubuh mereka dengan senjata dan armor. Tapi aku juga sudah memberikan Fallen Exoskeleton kepada masing-masing mereka, yang membuatku membutuhkan waktu lumayan lama. Karena mereka semua berjumlah sekitar 60 personil, yang berisi petarung. Anak-anak dan wanita Demihuman yang tidak dapat bertarung kularang ikut.
Dan... Sekarang di sinilah aku. Di area tanah gersang dimana turnamen diselenggarakan beberapa jam yang lalu. Dan alangkah terkejutnya aku melihat yang sedang terjadi!
Bos dari replika Tentara Langit itu sedang mengumpulkan energi yang sangat besar di atas telapak tangannya yang sedang berada di atas kepalanya! Energi light magic yang tak pernah kulihat sebelumnya!
Dan... Dia menembakkan energi itu ke arah... Ke arah Syla dan murid-muridku! Kurang ajar! Apa dia mau membunuh istriku!?
"WOY!!! HIIYYYAAAAAAAAHHHH!!!"
Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung mengepakkan sayapku sekaligus menendang tanah yang kutapak sekuat tenaga. Tubuhku meluncur dengan sangat cepat, hingga semua yang aku lihat selain titik tujuanku hanya berupa garis-garis kabur.
Aku tak memikirkan itu. Satu-satunya yangbterpikir olehku adalah... MENGHADANG SERANGAN ITU APAPUN RESIKONYA!
Aku akan memotong arah serangan light magic monster itu. Kalau tidak salah, namanya adalah... Anus... Anus... Geli Anus? Ah terserah!
Untungnya, aku bereaksi dengan cepat dan sempat menghalau tembakan si Anus itu. Kini aku sudah berada di antara tembakan energi light magic si Anus dan Syla. Masih ada waktu sepersekian detik lagi sebelum serangan si Anus mengenai tubuhku. Apa yang harus kulakukan untuk menahannya?
Tubuhku memang sangat kuat. Tapi... Serangan itu, sudah pasti berelemen light. Tubuhku terbuat dari elemen yang merupakan musuh abadi dari light. Apa yang harus kulakukan!?
Semua terasa seperti bergerak dalam slow motion. Termasuk tubuhku. Hanya saja, otakku sedang berpikir dengan sangat cepat sehingga mengalahkan kecepatan apapun di sekelilingku. Namun, aku masih belum menemukan solusi untuk menahan serangan monster Anus itu...
Uggh...
Percuma INT-ku setinggi langit kalau otakku sendiri jarang kugunakan untuk berpikir.
Ah! Terserah madafakinsyit! Aku keluarkan saja semaksimal mungkin segala kekuatan dark magic yang bisa kukeluarkan!
"HAAAAAAARRRRRRRGGHH!!!"
Maka kukerahkan kekuatan dark magic maksimalku. Sekuat tenaga, dengan seluruh sisa waktu yang kupunya. Ke arah depan tubuhku, menantang serangan monster Anus.
Energi dark magic yang sangat besar keluar dari seluruh tubuhku, menembak ke arah depan. Aku berdiri tegak di awang-awang sambil merentangkan kedua tanganku dan merapatkan kedua kakiku lurus. Entah skill apa ini, aku tidak tahu. Aku hanya berusaha menahan serangan itu dengan memberikan counterattack menggunakan segenap kekuatan yang kumiliki. Bahkan, kalau kalian tanya si Author, dia juga belum memikirkan apa nama skill ini.
*BLEEGAAAAAAAAAAARRRRRRR!!!*
A/N: Saya sudah 3x mengetik momen "blegaaaarrr" ini karena di satu kejadian ada beberapa sudut pandang orang-orang yang berbeda. Jadi para pembaca disabar-sabarkan saja ya. Memang sengaja saya buat agak bertele-tele di sini seperti ciri khas light novel pada umumnya. Ngehehe.
Hanya beberapa meter dari tubuhku, tubrukan dua buah energi yang maha dahsyat antara dua elemen yang saling bertolak belakang terjadi. Lalu, bagaimana dengan tubuhku?
Kalian pernah melihat ledakan nuklir? Mungkin tidak di kehidupan nyata. Tapi pasti pernah lihat di TV, kan? Ok, ok, kalau tidak pernah menontonnya di TV, sekarang kalian nonton aja Youtube! Jangan manja!
Nah, ledakan yang kuterima, masih dua kali lipat lebih dahsyat rasanya. Ya, rasanya. Karena aku tidak melihat ledakannya dari jauh. Aku berada di DALAM ledakan. Apalagi aku hanya beberapa meter dari inti ledakan.
*Wiiiiiiiiiiinnngggg~*
*Jedaaaaarrr!!!*
Tubuhku, yang sudah tidak begitu utuh lagi, terlempar jauh dan menabrak sebuah bukit yang lumayan jauh dari lokasiku semula. Bukit itu hancur dan aku tertimbun di bawah tumpukan bongkahan batu pecahan dari bukit itu.
"Uhh... Argh!"
Sekujur tubuhku sakit. Jika dibandingkan dengan kecelakaan yang kualami dulu ketika ditabrak mobil, yang menjadi awal mula aku dikirim ke dunia ini, rasanya masih jauuuuhh lebih menyakitkan. Bedanya, dengan tubuh ini aku tidak mati. Belum sekarat juga. Hanya saja, rasa sakitnya memang tidak bisa bohong. Seperti perasaan cinta yang tidak pernah bisa bohong, sampai rela merebut bini orang hanya karena rasa cintanya terhadap bini orang itu... Eh, mungkin yang terakhir itu beda.
Dan saat ini, aku hanya terbaring di bawah tumpukan bebatuan. Untuk bergerak saja sulit... Dan sakit.
Namun, rasa sakit ini tidak akan sebanding dengan rasa sakit yang akan kurasakan apabila serangan monster itu mengenai Syla. Aku bisa kehilangan Syla. Bahkan aku tidak akan bisa menguburkan jasadnya karena pasti hancur tak bersisa. Setidaknya, aku sudah melindungi orang yang kucintai. Dan aku harus segera menyelesaikan ini. Aku harus menghancurkan monster itu sebelum dia melancarkan serangan berikutnya! Tapi, tubuhku...
"(Aaaaa...)"
Aku mendengar selintas suara yang sangat kecil, sayup-sayup, dan sangat jauh. Suara itu milik salah satu dari dua istriku. Aku tidak mungkin salah dengar, kan? Atau karena aku sedang mengalami gegar otak? Hahaha...
Gegar otak, atau dalam medis disebut Concussion. Adalah cedera ringan pada otak yang disebabkan oleh benturan pada kepala. Biasanya juga disebut Cedera Kepala Ringan. Tidak ada kerusakan permanen. Gejala yang sering muncul adalah sakit kepala, jadi kebingungan, pingsan, gangguan ingatan, gangguan koordinasi tubuh, mual muntah, gangguan keseimbangan tubuh, atau gangguan konsentrasi.
Gejala-gejalanya bisa langsung muncul, bisa juga beberapa jam setelah benturan terjadi. Namun, karena tidak ada kerusakan permanen pada otak, gejala tersebut biasanya akan membaik dengan sendirinya. Obat-obatan yang perlu diberikan hanya antinyeri saja. Tapi untuk lebih memastikan kondisi bagian dalam kepala, sebaiknya diperiksa dengan CT-Scan.
Well, mungkin aku sedang mengalami gejala kebingungan? Bingung dengan apa yang kudengar barusan hahaha... Entahlah. Aku juga tidak begitu banyak mempelajari tentang cedera kepala semasa kuliah dulu. Aku lebih mementingkan game MMORPG yang kumainkan daripada materi kuliah. Calon dokter pemalas aku ini hahaha...
Ok, sekarang bagaimana caranya agar bisa cepat menyembuhkan diriku dan bangkit lagi untuk melawan monster Geli Anus itu?
***
"Arkaaaa!" Aku berlari ke lokasi dimana Arka mendarat. Setelah melihat yang terjadi pada Arka barusan, di dalam dadaku jadi seperti ikut merasakan sakitnya.
Air mataku mengalir dengan deras selagi aku berlari. Aku tak memikirkan untuk mengusapnya lagi. Di dalam kepalaku hanya memikirkan 'bagaimana kondisi Arka? Apakah dia baik-baik saja?'
"AAAAAAARRRRGGH!!!"
Monster itu! Dia berteriak lagi! Dan ketika aku melirik ke arahnya, ternyata dia sudah bersiap untuk mengirimkan serangan berikutnya ke arah lokasi Arka tertimbun batu!
Apa yang bisa kulakukan untuk melindungi Arka!?!? Benci! Aku benar-benar membenci diriku yang tak dapat berbuat apa-apa! Nyawa orang yang kucintai sedang terancam! Dan aku... Aku hanya bisa... Menangis???
Tidak berguna!
Aku benar-benar tidak berguna!
Tidak, aku tidak ingin seperti ini terus! Aku ingin melakukan sesuatu untuk melindungi Arka! Aku tidak ingin menjadi sesuatu yang selalu dilindungi! Sesuatu yang lemah dan rapuh, yang membutuhkan orang lain untuk melindungiku, aku tidak mau!
Aku akan menyelamatkan Arka! Apapun akan kulakukan untuk Arka! Aku rela meskipun harus mencampakkan diriku ke dalam neraka jika itu mampu mengurangi rasa sakit Arka!
Aku ingin...
Aku ingin...
Aku... Ingin...
Aku ingin kekuatan untuk melindungi Arka! Aku ingin kekuatan untuk bisa bertarung bersama di sisi Arka! Aku lebih baik mati daripada menjadi beban selamanya!
"AAAAAHHH!!! ARKAAAAA!!!" Aku berteriak sekuat hatiku.
*DEGG!!!*
Tiba-tiba jantungku menghentak keras! Dan waktupun berhenti bergulir! Semua yang kulihat di sekelilingku membeku dalam waktu yang terhenti! Termasuk Holy Titan Zeliarus pun mematung dengan energi light magic masif di tangannya yang siap ditembakkan ke Arka! Waktu benar-benar terhenti!
Wahai keturunanku...
Hah? Suara siapa itu? Aku mendengar sesuatu di dalam kepalaku...
Engkau menginginkan kekuatan?
Dia bertanya kepadaku? Apakah aku menginginkan kekuatan?
"Ya! Aku menginginkan kekuatan!" Jawabku tanpa meragukan apapun.
Untuk apa?
"Tentu saja, untuk melindungi Arka-ku! Orang yang kucintai!"
Hoo... Lantas, apakah engkau bersedia memberikan jiwamu kepadaku untuk kekuatan itu?
"Si-siapa kamu!?"
Kutanya sekali lagi, apakah engkau bersedia memberikan jiwamu kepadaku untuk kekuatan yang engkau inginkan hanya demi menyelamatkan makhluk yang tak layak itu?
Siapa dia? Permintaannya sungguh bukan main-main. Jiwaku? Berarti... Argh! Aku tidak punya waktu untuk ragu-ragu seperti ini. Dan Arka, sangat layak!
"Baiklah! Siapapun kamu, aku akan memberikan jiwaku kepadamu demi mendapatkan kekuatan untuk melindungi Arka!" Dengan satu tarikan nafas, kuucapkan kata-kata itu.
Muwahahahaha! Menarik! Menarik sekali!
Dia tertawa? Apa maksudnya? Namun, setelah ia selesai tertawa, aku merasakan sekujur tubuhku bergejolak!
Seluruh denyut nadiku di seluruh tubuhku seperti alunan bara api yang semakin panas dan semakin panas lagi. Kemudian, aku merasakan sesuatu...
*Krraakk!!!*
"Uwwaaaaahhhh!!!" Aku menjerit spontan.
Sesuatu di dalam jiwaku seperti retak dan hancur! Seperti rantai yang melilit jantungku sebelumnya terputus. Selayaknya sumbatan yang membendung aliran sumber Mana di aliran darahku telah dicabut.
Aku... Merasa seperti... Terbebas!
Sesuatu, entah apa itu, yang selama ini mengekang jiwa ragaku telah lepas! Dan aku merasakan derasnya aliran Mana di setiap tulang, nadi, dan ototku!
Aku seperti terlahir kembali menjadi sesuatu yang berbeda!
Renia Misha...
He? Dia tahu namaku?
Mengamuklah... FufufuhahaHAHAHA!!!
***BERSAMBUNG***