Halo semuanya! Bagaimana ceritanya sampai di chapter ini? Saya masih belum memutuskan endingnya mau bagaimana. Saya mau cerita ini sesimpel mungkin, untuk jadi bacaan ringan saja. Tapi makin kesini saya menjadi semakin kehabisan ide hahaha... Dan mulai bosan juga mengetik cerita. Mungkin setelah volume ini, saya puasa mengetik cerita dulu untuk waktu yang lama.
Tapi sekarang, silahkan dibaca dulu. Jangan lupa vote dan komentar ya...
______________________________________
*Ssshhiiiinn!*
Cahaya terang berintensitas tinggi menyinari lokasi peperangan. Syla dan yang lainnya dipaksa untuk menutup mata mereka karena cahaya tersebut begitu terang dan menyilaukan. Bukan. Menyilaukan bukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan intensitas cahaya tersebut.
Cahaya tersebut sunggu menyakitkan bagi mata. Seperti seratus kali sengatan terik matahari kepada mata telanjang. Untuk beberapa detik, Syla dan pasukannya hanya bisa melindungi mata menggunakan kedua tangan mereka. Karena kelopak mata tak sanggup menghalau jatuh sinaran tersebut pada makula retina mata mereka. (Makula adalah sebuah area di retina mata, tempat menangkap gambar dari penglihatan pusat yang dilihat manusia)
"Aaarrgh! Cahaya apa ini!?"
"Silauu! Jauh lebih menyilaukan daripada skill Anvily!"
"Tutup mata kalian! Cahaya sekuat ini dapat merusak mata kalian!"
"Gaaaahhh! Mataku sakiiit!"
Mereka yang terlambat menutup mata, mulai merasakan pedihnya akibat tersinari oleh cahaya itu.
Beberapa detik berlalu tanpa mereka dapat berbuat apapun. Dan setelah cahayanya meredup kemudian hilang, barulah mereka dapat membuka mata secara perlahan. Namun, betapa kagetnya mereka ketika membuka mata.
Karena yang mereka lihat adalah...
Semua Holy Shuja sudah kembali dalam kondisi sempurna seperti di awal sebelum bertempur. Armor yang lecet dan bengkok sudah kembali seperti semula, mulus dan berkilau. Termasuk beberapa yang sudah dibunuh, mereka hidup kembali dan siap mepanjutkan pertarungan. Hal tersebut, membuat mereka menyimpulkan satu hal...
"Monster itu bisa memberikan Heal kepada semua pasukannya! Bahkan yang sudah kita bunuhpun bisa dihidupkan kembali! Berhati-hati semuanya!" Syla meneriakkan pendapatnya.
Sia-sia. Semua yang mereka lakukan dari awal hingga membahayakan nyawa mereka sendiri, berujung sia-sia. Seperti berusaha memecahkan ombak yang pada akhirnya akan selalu muncul ombak baru. Seperti kembali ke titik nol setelah memeras otak mati-matian mengerjakan soal kalkulus karena salah menggunakan rumus. Seperti usaha keras untuk mendekati seorang wanita yang hanya diakhiri dengan kata-kata "kita temenan aja". Dan lebih parah lagi, apabila wanita itu mengatakan "aku sudah menganggapmu sebagai kakakku sendiri".
Pedih.
Syok.
Putus asa.
Dan kini, mereka harus bertarung melawan musuh mereka dari awal lagi. Dimana mereka sudah mulai lelah dan energi mereka tidak sebanyak di awal. Malah, beberapa siswa kelas Z yang tidak memiliki banyak Mana dari awalnya, sudah mulai kehilangan genggaman atas Mana Sheath mereka. Terlihat Mana Sheath yang menyelubungi tubuh mereka dengan energi magic sudah mulai meredup, tidak secerah di awal. Bahkan, Mana Sheath Androa dan Revon sesekali berkedip.
"Kalian semuaaa!!! Mana semangat juang kalian!!! Sebentar lagi Arka akan kembali dengan membawa bala bantuan!!! Tugas kita adalah menahan mereka sampai Arka tiba!!!" Syla mencoba mengembalikan semangat juang pasukannya yang sudah luluh lantak akibat fenomena yang terjadi barusan. Ia menambahkan, "kalau monster itu bisa menyembuhkan bahkan menghidupkan kembali pasukannya, KITA TINGGAL BUNUH MEREKA LAGI DAN LAGI!!!"
Semua Pasukan Khusus Penjaga Raja dan siswa kelas Z yang berada di bawah komando Syla langsung merinding dan gemetar sampai ke tulang punggung mereka. Karena ternyata aura membunuh dari seseorang yang memimpin mereka jauh lebih menyeramkan daripada para Holy Shuja yang mereka lawan.
***
"OKE! KALIAN SEMUA UDAH DI BAWAH KEKUASAANKU!" Aku sebenarnya masih merasa geli untuk mengatakan hal seperti ini. Terlalu Chuunibyou. Apalagi dengan suara parau tubuh demon-ku ini. Tapi, sepertinya mereka terlihat bangga setelah aku berkata demikian. Mungkin karena mereka sudah merasakan efek menakjubkan dari Dark Vassal, mereka menjadi senang. Terlebih lagi para kaum Demihuman dari berbagai ras. Sebab, dari awal mereka sudah menganggapku sebagai Dewa Kematian, atau Demon Lord, atau apalah aku tak begitu memikirkannya. Ya, dewa yang mereka agungkan.
"""...""" Respon mereka, langsung berlutut dan diam menunduk menghadapku.
Aku melanjutkan ucapanku. "KALIAN SEMUA, IKUT AKU. KITA AKAN MEMBUNUH DAN MEMBUNUH SEMUA TENTARA LANGIT!!!"
"""AAAAAAAAAAARRRGGH!!!""" Demihuman dan Perampok yang berlutut kepadaku, langsung berteriak kuat. Mereka mengangkat senjata di tangan mereka sambil meledakkan semangat mereka.
"TELEPORTATION GATE!" Aku langsung memanggil sebuah gerbang magic di depanku.
Teleportation Gate. Skill ini, merupakan hadiah pemberian dari Vioraze, True Dragon of the Darkness. Selama hidupku di dunia ini, skill ini sudah sangat banyak membantu mempermudah urusanku. Bahkan, perjalanan ribuan kilometer dapat kutempuh hanya dalam waktu tak sampai 3 detik. Syaratnya hanya satu saja. Yaitu, aku harus mengetahui dimana aku berada dan kemana aku akan pergi. Selama aku tahu lokasinya, aku bisa pergi kemanapun dan kapanpun aku mau.
Terutama untuk momen-momen genting seperti ini. Bayangkan saja kalau tidak ada Teleportation Gate. Secepat apapun aku terbang, pasti akan memakan waktu untuk bepergian ke lokasi yang sangat jauh. Apalagi kali ini aku harus mengunjungi dua tempat yang jaraknya cukup jauh. Yaitu sarang perampok di Hutan Zurg dan Desa Kardia di Hutan Goturg. Dari Kota Arvena saja, yang satu ke arah Barat Laut, satu lagi ke arah Tenggara.
Sepertinya setelah ini selesai, aku akan mengunjungi Vioraze lagi di Undead Tower untuk berterima kasih.
Tapi untuk saat ini, ada monster yang harus kukalahkan terlebih dahulu. Dan ini tidak akan mudah.
"SEMUANYA, MASUK!!!"
Aku masuk duluan. Dan merekapun ikut masuk ke gerbang teleportasi yang telah kubuat.
***
"Ren! Bow dan Dagger-ku!" Syla meminta Arcane Dragon Bow dan Dagger-nya kepadaku.
Aku langsung mengeluarkannya dari Trans-Dimensional Storage. Lalu melemparkannya kepada Syla yang tidak terlalu jauh dariku. "Tangkap, Syl! Ini arrow-mu!"
Sepertinya, kali ini Syla akan memasuki mode super sangat serius. Jarang-jarang ia menggunakan senjata kesayangannya ini untuk melawan monster sebelumnya. Pertama dan terakhir kali ia gunakan ini adalah ketika ia penasaran dengan kekuatannya. Syla menggunakan kekuatan penuhnya untuk membunuh seekor Wyvern dalam sebuah misi.
Hasilnya? Seluruh tubuh Wyvern meledak pecah menjadi aerosol yang tak dapat dikenali lagi setelah menerima tembakan panah dengan kekuatan penuh dari Syla. Tah hanya itu, Syla juga berhasil membuat jalan setapak menembus hutan menghancurkan gundukan dan pepohonan karena tembakan panahnya masih melesat jauh setelah menghancurkan tubuh Wyvern. Dan waktu itu, misi kami dianggap gagal karena tidak membawa bukti berupa bagian tubuh Wyvern tersebut.
Saat itu, meskipun tak mendapat hadiah dari misinya, Syla sangat bahagia dengan kekuatan senjata yang merupakan hadiah mas kawin dari Arka. Karena Syla terlihat bahagia, kami semua jadi tidak merasa kecewa.
Ini, adalah kedua kalinya Syla menggunakan senjata itu. Setelah menerimanya dariku, Syla langsung menyelempangkan quiver yang berisi puluhan arrow di punggungnya. Lalu ia memasukkan Arcane Dragon Dagger ke dalam slot yang ada pada Arcane Dragon Bow. Kemudian energi pada kedua senjata itu beresonansi dan menjadi satu. Mengeluarkan cahaya merah yang cukup terang di sore hari ini.
"Makasih, Ren! Kamu berlindung aja dulu!" Teriak Syla kepadaku. Aku hanya mengangguk dan langsung melangkah ke tempat yang relatif aman di balik bukit batu.
Kadang, aku merasa kesal. Kesal karena aku tidak memiliki kemampuan untuk ikut bertarung. Aku merasa bahwa diriku hanya beban bagi Arka dan lainnya. Malah aku pernah merasa bahwa aku hanya menjadi tukang angkut barang saja. Tapi Arka menenangkanku dan mengatakan kalau ia sangat membutuhkan kehadiranku di sisinya. Rasa kesalku mereda, tapi tetap saja hatiku merasa kurang nyaman.
Di medan pertempuran, aku melihat semua orang sedang bertarung mempertaruhkan nyawa mereka. Bahkan para siswa pun sama.
Di sana, aku melihat bahwa kerjasama para siswa sudah semakin baik. Mereka tidak bertarung sendiri-sendiri. Koordinasi serangan mereka sangat baik. Satu per satu Holy Shuja mereka kalahkan, sambil menghindari cedera pada teman-temannya. Para Tentara dari Kerajaan Balvara juga cukup baik dalam menahan serangan Holy Shuja, walau tak sehebat para siswa.
Cyane dapat mengalahkan Holy Shuja dengan cukup mudah jika satu lawan satu, sebenarnya. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa faktanya kami kalah jumlah dan Cyane terpaksa menangani lima atau lebih Holy Shuja sekaligus. Semakin lama, semakin banyak yang mengeroyoknya dan Cyane tampak semakin keteteran.
Sedangkan Syla, yaa seperti Syla yang biasanya saat dalam wujud Celestial Wrath, atau wujud malaikatnya. Syla mengamuk selayaknya iblis yang penuh dendam. Syla terbang dan bergerak dengan cepat. Menembakkan panah dengan kekuatan penuh. Segala elemen dikeluarkannya. Tapi anehnya, damage yang diberikan Syla kepada Holy Shuja tidak begitu besar. Apakah bermacam-macam elemen yang ditembakkan Syla masih dianggap sebagai elemen light karena seluruh Mana di tubuhnya saat ini adalah elemen light?
Memang, semua serangan elemental Syla tampak terbungkus oleh light magic berwarna keemasan. Oh, aku paham... Energi magic yang dilepaskan Syla saat dalam wujud Celestial Wrath adalah energi light magic yang "berbentuk menyerupai" 4 elemen lain. Jadi, meskipun terlihat seperti fire magic, sebenarnya itu tetaplah light magic. Itu sebabnya damage yang diberikan Syla tidak begitu besar. Karena musuhnya memiliki elemen light juga! Berarti... Ini tidak bagus!
Lebih buruknya lagi, Holy Titan Zeliarus itu terus-menerus memberikan Heal dan Revive kepada Holy Shuja secara berkala. Jika begini terus, mau sampai kapan!?
"GRRRAAAAAAAOOOOOOORRRR!!!"
Tiba-tiba Holy Titan Zeliarus meraung kuat! Aku terkejut mendengarnya. Apa yang akan dilakukan monster raksasa itu!? Apakah dia sudah bosan menunggu dan akhirnya memilih untuk ikut bertempur? Kalau begitu, berarti kondisinya semakin gawat! Arka belum kembali! Bagaimana Syla dan lainnya bisa melawan Zeliarus jika saat ini saja mereka sudah kerepotan!?
"Eh... Apa yang dilakukan monster itu?" Aku bertanya kepada diri sendiri, masih bersembunyi di balik bukit batu.
Setelah selesai mengaum, Zeliarus mengangkat kedua tangannya ke atas. Lalu, muncul setitik cahaya terang kecil di atas kedua telapak tangannya. Cahaya kecil itu tak bertahan lama di ukurannya. Dia bertambah semakin besar dan semakin besar lagi dalam waktu singkat.
Dalam beberapa detik saja, cahaya kecil tadi sudah menjadi segumpal besar energi light magic yang tidak stabil seakan mengamuk, dan menyilaukan! Lalu Zeliarus mengayunkan kedua tangannya dari atas ke arah depan! Ke arah Syla dan yang lainnya!
"SYLAAA!!! PERGI DARI SANAA!!! CEPAT MENJAUUUHH!!!" Aku berteriak sekuat tenaga kepada Syla yang sepertinya masih syok dengan keberadaan energi light magic yang kekuatannya tak terukur dan tak terbandingkan lagi.
Entah teriakanku berfaedah atau tidak, setidaknya hanya itu yang dapat kulakukan agar Syla bisa selamat dari serangan maut Zeliarus. Aku benci diriku yang tak berguna ini!
Seiring dengan makianku terhadap diriku sendiri yang tak dapat berbuat apa-apa ini, serangan maut Zeliarus pun terus berjalan.
Tangan yang diayunkannya dari atas ke depan itu membawa serta energi light magic yang bergejolak liar ke arah depannya! Kemudian ia menembakkan energi mengerikan itu ke arah dimana Syla, Cyane, para siswa kelas Z, dan Tentara Kerajaan Balvara berada!
*ZZZZZZIIIIIIIIIIINNNNNNN!!!*
Energi itu ditembakkan dengan kecepatan cahaya! Tidak! Nyawa Syla dan yang lainnya terancam! Serangan itu begitu kuat dan berskala besar! Bukan hanya mereka, bahkan daratan ratusan kilometer di arah serangannya pun bisa ikut hancur lebur! Dan Syla tidak akan sempat menghindarinya!
"SYLAA!!! TIDAAAAAKKK!!!" Aku berteriak lagi. Teriakan putus asa disertai air mata. Syla, yang sudah menjadi keluargaku sendiri...
*BLEGAAAAAAAAARRRRRRRR!!!*
***BERSAMBUNG***