Mipan... Zuzuzu... Nyam nyam nyam...
Di otakku terngiang-ngiang lagu itu! Aaaaaa!
Selamat membaca!
____________________________________
Setelah pertandingan Tim Halea sebelumnya yang dikejutkan oleh pertunjukan menakjubkan dari Anvily, semua pertandingan lain menuju semifinal menjadi terkesan biasa saja. Karena, tidak ada hal mengejutkan lain yang terjadi. Semuanya masih dalam batas ekspektasi penonton.
Dan akhirnya, telah didapatkan empat tim yang akan melaju ke babak semifinal. Tim Quinta, Tim Halea, Tim Liviara, dan Tim Revon.
Aristo, Kepala Knight Academy Arvena, kembali menaiki mimbar dan mulai berpidato lagi.
"Selamat siang, bapak-bapak dan ibu-ibu yang saya hormati. Dengan selesainya pertandingan barusan, maka kita akan memasuki babak semifinal dan grandfinal dari turnamen ini setelah jeda istirahat 1 jam berikutnya. Saya, sebagai Kepala Knight Academy Arvena, sangat berterima kasih karena acara ini dapat terselenggara atas dukungan dari bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Dan perlu saya sampaikan bahwasanya empat tim yang akan melaju ke babak final ini adalah tim-tim yang akan mewakili Knight Academy Arvena di ajang turnamen yang lebih besar, yaitu Turnamen Antar Akademi Erith. Dimana mereka akan berkompetisi dengan peserta-peserta yang merupakan perwakilan dari akademi lainnya di Benua Erith. Untuk itu, mari kita berikan tepuk tangan yang meriah bagi keempat tim ini!"
***Prok prok prok prok...***
Tepuk tangan dan siul-siulan yang disertai teriakan pujian menggema di tenda-tenda yang ada di sekitar arena turnamen.
"Supaya tidak memperpanjang basa-basi ini... Langsung kita mulai saja, Semifinal Turnamen KAA!"
*GOOONNNGGGG!!!*
***
Hmm... Kekuatan kami jauh di atas rata-rata kekuatan siswa di sini. Kalau bahkan, situasi yang sangat tidak menguntungkan seperti yang dialami Tim Halea tadi, bisa dibalikkan dalam sekejap. Oleh Anvily, seorang Healer!
Sepertinya aku bisa berkembang di sini. Di Kerajaan Krauzer, semua orang menundukkan kepala kepadaku. Aku diagungkan. Semua musuh takut dengan summon magic yang kumiliki. Bahkan aku tidak menemukan monster yang dapat dijadikan target latihan semenjak aku berhasil mendapatkan Blood Contract dengan Leyra, seekor Common Water Dragon.
Kejadiannya sekitar setengah tahun yang lalu. Selama sebulan, aku berusaha keras untuk mendapatkan kontrak dengan Leyra. Setelah mendapatkan informasi bahwa terdapat sarang dari gerombolan Water Dragon di sebuah pulau tak bernama yang berada di Samudera Songer. Samudera Songer sendiri terletak di arah Timur Laut dari Kerajaan Krauzer dan Kerajaan Elysium.
Saat itu, aku dan Tim Pengawal Hero dari Kerajaan Krauzer segera mempersiapkan diri untuk misi penaklukan. Kami terlalu naif, berpikir bahwa kekuatanku akan dapat menaklukkan Segerombolan Water Dragon dengan mudah. Kenaifan itu berujung kepada pembantaian massal. Seluruh anggota Tim Pengawal Hero habis dibunuh dan dijadikan santapan oleh para Minor Water Dragon.
Bagaimana tidak? Jumlah mereka ternyata sangat banyak! Ditambah lagi, kami berada di habitat mereka. Di tengah samudera! Water Dragon memiliki kemampuan untuk bernafas di udara maupun di dalam air. Dari situlah bencana bermula.
Kami kesulitan untuk menyerang mereka ketika sedang berada di dalam air. Tapi mereka dapat membombardir kapal kami dari atas dan bawah. Dalam waktu singkat, kapal perang kami hancur. Semua awak kapal berusaha melarikan diri dengan berenang menuju pulau terdekat.
Tapi semua itu sia-sia. Pergerakan Water Dragon ketika sedang berada di dalam air lebih cepat daripada ketika mereka terbang di udara. Alhasil, bercak-bercak merah menghiasi air samudera yang awalnya berwarna biru gelap. Tanpa sempat berteriak minta tolong, satu batalyon dihabisi. Tidak ada belas kasihan.
Apa yang kulakukan selama kejadian itu? Tentu saja aku tidak hanya diam dan menyaksikan. Dengan seluruh kemampuan, kukerahkan pasukan summoned monsterku untuk menyerang para Water Dragon.
Awalnya, aku mencoba summon ratusan Turqorex untuk menyerang Minor Water Dragon liar yang berada di dalam air. Dan juga ratusan Flaren untuk menyerang yang berada di udara. Akan tetapi, semua itu sia-sia belaka. Ibarat dandelion yang berhamburan tertiup angin, monster-monster yang ku-summon pun dapat dikalahkan dengan mudah oleh segerombolan Minor Water Dragon.
Menilik dari situ, aku dapat menilai bahwa kekuatan Minor Water Dragon liar jauh lebih besar daripada yang kuperhitungkan sebelumnya. Oleh karena itu, tanpa pikir panjang lagi, kukeluarkan skill ultimate yang kumiliki.
Evocation Portal.
Skill summon magic dimana aku bisa menciptakan sebuah portal untuk summon monster secara terus-menerus. Tapi konsumsi Mana untuk skill ini sangat besar. Aku tidak bisa mempertahankan portal dalam jangka waktu yang lama ketika memanggil monster-monster tingkat atas yang dapat ku-summon.
Dari Evocation Portal, keluarlah puluhan Minor Dragon dan Wyvern. Semua monster yang ku-summon itu langsung menyerang gerombolan Minor Water Dragon liar.
Saat itu, hal yang tak kuduga terjadi. Semua Minor Water Dragon langsung menceburkan diri mereka ke dalam samudera seolah mendapatkan satu komando. Wyvern serta semua Minor Dragon berelemen fire, wind, dan earth yang ku-summon tidak bisa bernafas di dalam air. Mereka hanya bisa bertahan sebentar menahan nafas. Dan pergerakan mereka di dalam air sangat lambat. Hanya Minor Water Dragon yang ku-summon yang dapat memberikan perlawanan.
Kemudian aku langsung menghentikan summon monster lain selain Minor Water Dragon. Tapi sungguh disayangkan, Mana yang kumiliki sudah hampir habis. Tapi setidaknya aku sudah memanggil Minor Water Dragon dengan jumlah sekitar dua kali lipat dari Water Dragon liar itu.
Awalnya, aku merasa cukup puas dan ada sedikit keyakinan bahwa aku akan menang. Namun takdir berkata lain. Minor Water Dragon liar terbukti lebih kuat daripada yang aku summon. Hasilnya, pertempuran seimbang. Ya, pertempuran seimbang meskipun jumlahnya tidak seimbang. Tapi pertempuran seimbang itu hanya bertahan sebentar.
Karena, tiba-tiba muncul sosok kadal biru donker yang ukurannya jauh lebih besar. Jika Minor Water Dragon berukuran panjang sekitar 15 meter, maka Water Dragon ini berukuran sekitar 80 meter. Aku tak tahu pasti berapa ukurannya. Yang pasti, dia sangat besar.
Dengan sekali raungannya, semua Minor Dragon liar langsung berkumpul di sekitarnya dengan sangat cepat, meninggalkan aku dan semua naga yang ku-summon. Kemudian dengan raungan kedua, ia menembakkan Breath Attack ke arah kami. Breath Attack elemen air yang menembakkan magic berenergi tinggi ke arah kami.
Tentunya, aku melindungi diriku dengan All Barrier. Sayangnya, semua naga yang ku-summon berubah menjadi serpihan Mana setelah terkena Breath Attack tersebut karena tak mampu melindungi diri mereka.
Dan penggunaan skill All Barrier itu telah membuat Mana-ku yang hanya tersisa sedikit menjadi hampir habis. Aku mengalami Hypomana dan pingsan. Saat berikutnya aku terbangun, aku sudah berada di dalam gua yang gelap, basah, dan mencekam.
Saat itulah perkenalan kami dimulai. Water Dragon yang besar itu adalah Leyra. Dia adalah seekor Common Water Dragon yang menguasai Samudera Songer. Dia berbicara kepadaku melalui telepati. Dengan puluhan Minor Water Dragon sebagai pengikutnya, mereka mendiami sebuah pulau yang memiliki gua besar di bawah permukaan air.
Di sana, selama sebulan aku berusaha mendapatkan Blood Contract. Segala cara sudah kulakukan. Mulai dari memohon dan memelas, sampai pada cara licik dengan diam-diam berusaha mendapatkan setetes darahnya. Yang semuanya berujung tanpa hasil. Selama di dalam gua itu, Leyra memberiku makanan berupa ikan mentah. Memang, yang mencarikan makanan adalah para Minor Dragon. Tapi itu atas perintah dari Leyra.
Sepertinya, Leyra tertarik untuk mengamatiku. Sering kali ia menyuruhku bertarung dengan Minor Dragon-nya. Aku hanya diperbolehkan menggunakan summon satu monster di satu waktu. Bukan pertarungan hidup-mati, memang. Karena, Leyra akan menyuruh kami berhenti bertarung ketika sudah mulai membahayakan.
Setelah sebulan aku berusaha mendapatkan Blood Contract disertai usaha bertahan agar tetap hidup, akhirnya Leyra menyetujuinya. Saat itu, alasan dia adalah karena ingin refreshing. Dia bosan karena sudah 200 tahun mendiami gua ini tanpa ada hal menarik di sekitarnya. Tapi, jujur, aku tidak tahu apa alasan Leyra sampai dia mau memberikan darahnya untuk Blood Contract.
Semenjak itu, aku sering berlatih bersama Leyra. Untuk meningkatkan sinergi kami dalam bertempur, tentu kami harus menyesuaikan banyak hal di antara kami berdua.
Berbulan-bulan berlangsung seperti itu, hingga aku sampai pada titik dimana kami sudah tidak bisa berkembang untuk jadi lebih kuat lagi. Di saat-saat seperti itu, aku mendengar berita bahwa beberapa pelatih baru yang sangat kuat mulai mengajar di Knight Academy Arvena.
Setelah berdiskusi dengan Raja Vemarn, raja dari Kerajaan Krauzer, kami memutuskan agar aku mencoba berlatih di KAA. Apabila rumor tidak sehebat realita, maka aku akan kembali ke Kerajaan Krauzer.
Untuk menyamarkan titelku sebagai Hero Kerajaan Krauzer, dimana kerajaan ini tidak begitu akur dengan Kerajaan Balvara dan Elysium yang memiliki aliansi erat, maka aku menyamar sebagai anak seorang pedagang kaya dari Benua Zegga.
Aku menaiki karavan bersama Relvi, maid pribadiku. Uhm... Sebenarnya, dia sudah kuanggap lebih dari maid. Karena, ada rasa sayang di hatiku terhadapnya. Tapi itu urusan lain. Kami berangkat menuju Kota Arvena dengan menggunakan karavan yang disewa dari Kota Merinoc. Dan di perjalanan, kami melihat kekacauan dari kejauhan.
Ada monster pasir raksasa yang mengamuk. Di sana, aku bertemu sosok demon yang persis dengan yang mengalahkanku dan pasukan Kerajaan Krauzer ketika terjadi perang dengan Kerajaan Elysium sebelumnya. Yang ternyata, adalah salah satu Pelatih di Akademi Arvena.
*GOOONNNGGG!!!*
Bunyi pukulan gong menyadarkanku dari lamunan. Sepertinya, pertandingan berikutnya akan segera dimulai. Semifinal. Dan... Lawan kami adalah... Tim Halea.
Hehe... Lumayan. Ini bisa kuanggap sebagai latihan. Halea dengan naganya, akan menjadi teman latihan yang pas bagiku untuk berlatih mengontrol naga yang akan ku-summon! Yaa meskipun bukan Leyra yang akan kuturunkan, karena Leyra adalah partner pamungkasku dalam pertempuran. Dan aku tidak akan semudah itu memberikan orang-orang tontonan gratis dengan mengungkap kekuatan Leyra di depan umum. Cukup waktu pertarungan melawan Geodam itu saja.
"Fazar, udah siap?" Quinta bertanya kepadaku.
"Iya, aku udah siap, Quin." Jawabku sambil tersenyum simpul.
"Ok. Felsy gimana?" Quinta menoleh ke Felsy.
"Aku selalu siap! Hehehee..." Dengan senyum nyengir yang lebar, Felsy, Manusia Kucing itu menjawab Quinta sambil berpose memberikan tanda 'V' dengan tangannya
"Oh, ya. Quin, Fel, kita ganti strategi, ya... Karena nanti aku mau summon..."
***BERSAMBUNG***