Saya terlalu fokus menikmati Genshin Impact, jadi jarang mengetik kelanjutan cerita ini. Harap maklum ya hahaha...
Satu lagi. Banyak yang meminta saya untuk menuliskan PoV (Point of View) setiap ada pergantian PoV. Jawaban saya... Tidak akan. Pembaca harus mencari tahu sendiri PoV siapa yang sedang berlangsung dari isi ceritanya tersebut. Sedikit tantangan bagi para pembaca :)
Selamat membaca!
_________________________________________
Udara sudah tercemar dengan bau anyir yang sangat memuakkan. Membuat lambung bergolak serasa ingin muntah. Selain bau busuk dari para Undead, bau darah dari Tentara dan Petualang yang mati terbunuh juga melayang-layang di udara.
"Pertahankan barisan! Sudah tidak ada lagi Undead yang keluar dari Undead Tower! Kita habisi semua yang tersisa!"
"Jangan sampai Undead-Undead yang lain mengganggu dan menyulitkan tim Tuan Rogard yang sedang bertarung melawan Rotten Dragon!"
Di antara kerumunan yang berisi campuran antara manusia dan undead, salah satu monster undead terlihat menonjol karena ukurannya yang besar. Itu adalah Rotten Dragon. Monster naga dengan daging dan kulit yang sudah terlihat membusuk. Bisa dikatakan bahwa ini adalah naga zombie. Di dalam Undead Tower, monster ini sangat sulit dikalahkan. Namun di luar sini, pertarungan bisa menjadi lebih seimbang karena berbeda dengan di dalam Undead Tower dimana jumlah maksimal party adalah lima orang, sedangkan di luar sini puluhan orang bisa mengeroyoknya sekaligus dengan Rogard sebagai pemimpin serangan.
Meski demikian, Rotten Dragon bukanlah monster yang mudah ditaklukkan. Monster dengan kekuatan setara Common dragon namun memiliki fisik undead yang membuatnya sangat sulit dikalahkan.
Selain itu, beberapa Undead Troll King juga tersebar di antara para Undead. Perang di medan pertempuran antara manusia dan undead kali ini sudah berlangsung beberapa hari. Gelombang demi gelombang serangan undead berdatangan bagai ombak di tepi pantai. Peluh dan lelah sudah hampir membuat putus asa para Petualang dan Tentara yang menghadang serangan undead.
Para siswa yang juga ikut bertarung pun tidak luput dari rasa lelah yang meremukkan sekujur tubuh mereka. Luka dan lecet yang mereka dapat dari pertarungan kini hanya bisa ditahan sendiri. Anvily, sang malaikat penyelamat mereka, telah menghabiskan banyak Mana untuk memberikan Heal dan Recovery. Oleh karena keterbatasan dari jumlah healer yang ada di sana, hanya luka mayor saja yang disembuhkan dengan light magic.
"Anvi, tolong sembuhin paman ini!"
Di tenda perawatan dimana Anvily berada, pintu tenda dibuka oleh Logavi yang membopong seorang Petualang Plat Gold yang lengan kanannya nyaris putus. Hanya sedikit kulit dan seuntai daging yang menggantungkan lengan bawahnya.
"Letakkan dia di sana, aku segera kesana setelah ini!"
Anvily yang masih mengambil waktu istirahatnya yang hanya sejenak, segera meminun segelas air dan beranjak menuju lokasi korban tadi.
Pelatih Arka... Apakah dia baik-baik saja? Anvi mencemaskan Arka di dalam hatinya. Karena terakhir kali ia melihat Arka adalah ketika Arka sedang mengejar sosok Bone Dragon yang sangat besar. Tapi Anvi tidak bisa terlalu memikirkan hal itu. Karena saat ini, ada hal yang lebih penting dan membutuhkan perhatiannya.
"Anvi, tolong ya! Aku kembali ke Undead Tower!" Logavi berkata sambil berlari keluar dari tenda perawatan darurat.
"Um! Makasih, Logavi!"
***
Sementara di Undead Tower, para siswa sedang berusaha menaklukkan Zombie Troll King.
"Revon, awas! Phoenix Flame!"
"Oi! Tu-tunggu Alex!"
"Iya! Ini sedang kutahan! Cepat mundur!"
"Huup!" Revon melompat berguling ke samping beberapa kali setelah melepaskan greatsword-nya yang tadi sedang menahan pentungan berduri milik Zombie Troll King. Setelah dirasanya cukup aman, Revon memberikan aba-aba. "Sekarang!"
*Whooossh!*
*Blaaarrr!*
Zombie Troll King terbakar oleh fire magic yang ditembakkan Alex. Lalu monster itu terhuyung-huyung mundur beberapa langkah akibat api yang membakar tubuhnya, sambil berusaha mengibarkan tangan ke seluruh tubuhnya yang terbakar untuk mematikan api itu, namun terlihat seperti sia-sia. Karena Undead memiliki kelemahan sampai derajat tertentu terhadap elemen api, selain elemen cahaya tentunya.
"HOAAARRRH !!!" Undead Troll King meraung kesakitan. Namun meskipun serangan Alex memberikan damage yang cukup besar, tentu saja tidak akan semudah itu untuk melakukan Zombie Troll King yang memiliki tubuh sebesar itu.
"Revon!" Teriak Alex.
"Ha! Aku tahu!" Revon memotong teriakan Alex. Ia langsung berlari kembali mendekati Zombie Troll King, mengarahkan Sarcova, greatsword miliknya, dan langsung mengeluarkan skill. "Shadowless Dance!"
*Shash! Shash! Shash! Shash! Shash!*
Tubuh Revon sekilas berubah menjadi garis-garis kilatan lurus yang kabur, dengan bercak cahaya merah menghiasinya. Cahaya merah itu adalah aura yang dikeluarkan oleh pedangnya saat mengeluarkan energi untuk menyerang. Bersamaan dengan garis-garis yang menyebar di sekujur tubuh Zombie Troll King, bermunculan pula sayatan-sayatan dalam pada kulit yang sudah terlihat membusuk itu.
Setelah beberapa detik skill itu berlangsung, Revon melanjutkan dengan mengeluarkan skill berikutnya.
"Sword Wrath!"
Kali ini, Revon berdiri di atas tanah, tepat di hadapan Zombie Troll King yang sudah tampak semakin melemah akibat luka-luka dari skill Revon sebelumnya. Namun, karena perbedaan tinggi tubuh yang sangat jauh, Revon hanya menghadap ke lutut Zombie Troll King.
*Crass! Crass! Crass! Crass! Crass!*
Sambil memasang kuda-kuda mantap dengan posisi kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang, Revon mulai mengayunkan greatsword miliknya menggunakan kedua tangan dengan brutal dan sangat cepat. Dalam sekejap, tungkai kanan Zombie Troll King pun hancur tercincang. Kulitnya robek, daging teriris putus, dan tulangnya remuk. Bagaimana tidak, puluhan tebasan kuat diarahkan hanya kepada satu titik di tungkai kanannya.
Kini, akibat dari putusnya salah satu kaki Zombie Troll King, monster itupun tumbang. Ketika ia berusaha bangkit lagi, ia hanya mampu terduduk, tak lagi memiliki kemampuan untuk berdiri. Akan tetapi, bukan berarti Zombie Troll King akan kalah begitu saja. Dia masih bisa menyeret tubuhnya dan menyerang dengan pentungan raksasa berduri yang ada di tangannya.
Revon pun dipaksa menghentikan combo serangannya untuk melompat mundur menghindari serangan membabi-buta dari Zombie Troll King.
"Revon!"
Seseorang berteriak dari kejauhan. Revon mendengarnya dan menoleh ke arah suara tersebut, menemukan Logavi telah kembali ke medan pertempuran setelah mengantarkan korban ke tenda perawatan. Logavi sudah berada di posisi siap menembak menggunakan panahnya.
"Ha!" Revon merespon dengan anggukan dan menyingkir dari trayek tembakan Logavi.
Tanpa menunggu lebih lama sepersekian detikpun, Logavi langsung melepaskan sebuah anak panah yang telah diimbuhkan energi magic membawa hawa dingin pada arrow tersebut.
*Syush!*
*Jleb*
*Shriiink!*
"HUAAAARRGH !!!" Undead Troll King menjerit kesakitan.
Arrow (anak panah) tersebut mengenai lengan Zombie Troll King yang sedang mengibas-ngibaskan pentungan. Dengan akurasi yang tinggi, arrow tertancap setengahnya di lengan bawah dekat dengan siku, dan secara instan membekukan lengan tersebut hingga ujung jarinya dan hingga sejengkal sebelum bahunya.
Namun, Logavi tidak hanya menembakkan sebuah arrow saja. Dia melanjutkannya dengan beberapa arrow lagi hingga seluruh anggota gerak Zombie Troll King sudah tak dapat bergerak lagi.
Melihat monster itu sudah tak memiliki daya serang lagi, Alex langsung menggunakan skill Wind Dash dan melesat ke langit, tepat di atas tubuh Zombie Troll King. Magic wand di tangannya sudah dalam posisi menunjuk Zombie Troll King. Alex langsung memulai mantra untuk skill yang berikutnya.
"Salamander Inferno!"
Ia melayang di udara untuk beberapa detik sambil mengumpulkan fire magic di ujung magic wand miliknya.
Akan tetapi, beberapa detik sebelum Alex melepaskan Salamander Inferno, mereka mendengar teriakan peringatan dari party lain di kejauhan. Dan itu berasal dari party yang sedang menghadang Rotten Dragon.
"Awaaaas! Rotten Dragon akan mengeluarkan Breath Attack ke arah kaliaaan!" Seorang Petualang Plat Silver berteriak ke arah Revon dkk.
Tanpa mereka ketahui sebelumnya, Rotten Dragon tersebut ternyata juga dapat merasakan bahwa salah satu temannya sedang dalam bahaya. Salah satu Zombie Troll King memang sedang dalam posisi yang terancam. Oleh sebab itu, Rotten Dragon berusaha 'menolong' dengan menembakkan Poison Breath ke arah orang-orang yang berhasil menaklukkan Zombie Troll King.
*Bhumm!*
Sebuah bola magic berwarna hijau dengan corak-corak hitam ditembakkan ke arah Zombie Troll King. Saking besarnya, semua orang yang ada di dalam radius 5 meter dari Zombie Troll King juga akan menerima damage yang fatal dari kekuatan Poison Breath. Dan dalam radius 10 meter, orang-orang juga akan terkena racun dari Poison Breath. Jika seperti ini, baik Zombie Troll King maupun semua orang yang menyerangnya, termasuk Revon juga akan mati di tempat. Tidak menutup kemungkinan bahwa Logavi dan Alex juga akan terkena racunnya.
***
Naga... Naga brengsek... Semua naga memang benar-benar brengsek!
Emosiku benar-benar kembali meledak seperti saat pertama kali aku mendapat kabar bahwa kedua orangtuaku meninggal dunia akibat serangan naga. Saat bola besar berwarna hijau dengan corak hitam meluncur ke arah Revon, saat itu waktu seolah terhenti. Flashback yang berisikan gambaran wajah kedua orangtuaku dan adik perempuanku terlintas di benakku. Kesedihan kembali mengisi hatiku. Dan buah dari kesedihanku adalah... Amarah.
Amarah yang tak terbendung. Tapi amarah itu diselimuti oleh rasa putus asa. Aku merasakan putus asa karena diriku masih belum cukup kuat untuk dapat membalaskan dendamku terhadap semua naga yang ada di dunia ini. Namun, kali ini rasa amarah dapat mengalahkan rasa putus asa di dalam benakku.
Tanpa mempertimbangkan apapun dengan logika, aku mengalihkan targetku dari Undead Troll King kepada Poison Breath yang ditembakkan oleh Rotten Dragon. Energi magic untuk melepaskan Salamander Inferno yang tadinya kutujukan kepada Zombie Troll King, kini kuarahkan untuk menghadang Poison Breath secara frontal. Adu kambing antara Salamander Inferno-ku dengan Poison Breath dari Rotten Dragon, siapakah yang lebih kuat? Kita lihat saja... Heheh...
Aku tersenyum penuh amarah sesaat, lalu kulepaskan seluruh magic yang telah kukumpulkan di ujung magic wand-ku.
"Heeyaaaaahhh!!!"
*ZHUOOSSSH !!!*
Seluruh kekuatanku. Kekuatan maksimalku. Semaksimal yang mampu kukerahkan. Kutembakkan dengan teriakan dari lubuk hatiku. Untuk sesaat, aku sadar bahwa ini adalah momen hidup dan mati. Tapi aku sudah melupakan pertimbangan logis maupun rasional sejak aku putuskan untuk mengadu skill ini.
Semburan api sekuat api milik Salamander kutembakkan. Aku memang belum pernah melihat langsung Salamander, apalagi Breath Attack milik Salamander. Tapi, ini adalah skill Salamander Inferno terkuat dan terbesar yang pernah kukerahkan.
Dan...
*DHUAARRR !!!*
Salamander Inferno-ku meledak. Menghasilkan ledakan megah yang bahkan membuat mataku terpejam, dan sekujur tubuhku terasa panas. Rasa panas dari uap tebal yang terbentuk akibat dua energi magic besar yang beradu.
!?
Tunggu. Uap tebal yang panas? Uap? Dari mana? Bukankah ini adalah skill fire magic yang bertabrakan dengan Poison Breath? Uap... Bukankah uap tercipta dari air?
Dan aku juga tidak dapat melihat ledakan racun dari Poison Breath yang menyebar di udara... Sebentar, aku bingung. Apa yang terjadi selama aku memejamkan mata beberapa saat tadi!?
Kemudian, aku mendengar seseorang berteriak kepadaku. Teriakan itu, bagaimanapun aku mengartikannya, telah menjelaskan semuanya.
"Eeeee... Si goblok dongo tolol koplak blangsak! Kau nggak mikir apa!? Kalo ngadu skill kayak gitu malah bisa nimbulin lebih banyak korban! Sumpah emang nggak ada otaknya!"
Ya... Suara teriakan marah-marah barusan adalah suara orang itu. Si brengsek Arkanava Kardia!
Setelah kabur menipis, aku dapat melihat adanya dinding air besar berdiri menghadang di depanku. Dan sebuah bola besar berwarna hitam pekat melayang statis di udara. Lalu di atas semua itu, dua sosok sedang menatapku tajam. Yang satu berwarna hitam, melayang di udara dengan sepasang sayap burung hitam. Dan satu lagi sosok berwarna biru, berdiri di atas dinding air besar sambil melipat kedua tangannya di bawah payudara besarnya, membuat Gunung Everest kembar di dadanya semakin terlihat menjulang tinggi.
***BERSAMBUNG***