Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 141 - Chapter 53

Chapter 141 - Chapter 53

Saya penasaran. Apakah ada sebagian dari Pembaca yang mulai membaca cerita ini langsung ke volume 3 tanpa membaca volume 1 dan 2 terlebih dahulu? Saran saya, mulai baca dari volume 1 agar memahami ceritanya dari awal.

Ok, selamat membaca!

___________________________________________

"GRAAOOORRH!!!"

*Whoosh... Whoosh... Whoosh...*

Naga itu meneriakkan raungan terakhirnya sebelum benar-benar terbang jauh.

"Woooiii! Tungguuu!!! Guuu... Guuu... Guu..." Gema suara Arka pun semakin lama semakin lirih, seiring dengan lenyapnya bayangan tubuhnya dari pandangan semua orang.

***

"Fyuuhh... Rupanya, aku punya bakat jadi bintang pilem. Harusnya dulu aku sekolah akting aja, nggak usah sekolah kedokteran."

Aku dan Cyane terus mengikuti kemana Death Bone Dragon menuntun. Setelah beberapa lama terbang, Death Bone Dragon mendarat di suatu daerah yang sangat sunyi dan sepi. Di sekitarnya dikelilingi bukit dan tanaman yang rimbun.

Naga itu mematung di tempat mendaratnya. Perlahan, energi magic yang dimilikinya memudar dan terurai ke alam. Monster core di dalam rongga dadanya pun berubah menjadi benda mati yang sama sekali tidak memiliki kekuatan ataupun pancaran sinar energi.

Naga yang sebelumnya terlihat sangat besar, kuat, dan mengintimidasi itu, sekarang hanyalah setara dengan fosil dinosaurus di museum. Hanya meninggalkan kata-kata sejarah, sama sekali tidak membawa harapan akan masa depan.

"Eh?"

Ketika aku mencoba menyentuh fosil kadal raksasa itu, seluruh tubuhnya langsung runtuh menjadi debu dan pasir. Tubuh raksasa itu menjadi sebuah gundukan pasir besar. Sebagian dari debunya hilang tertiup angin. Di saat yang sama, aku mendengar sebuah suara wanita di dalam pikiranku. Suara yang sangat anggun dan tenang namun membawa kekuatan besar, mampu membuat semua makhluk yang mendengarnya menjadi tertunduk dalam takluk.

'Arkanava...'

'Y-Yang Mulia Vioraze...'

'Kamu bisa datang ke ruang singgasanaku sekarang.'

'Baik, Yang Mulia. Hamba mohon izin untuk menggunakan Teleportation Gate.'

'Tidak perlu. Lihat di belakangmu.'

Ketika aku melihat ke belakang, aku tersenyum miris. Kenapa? Karena aku melihat sebuah gerbang teleportasi yang memiliki energi magic jauh lebih kuat daripada yang kumiliki, sudah berdiri terpampang di belakangku. Tidak heran. Karena Vioraze sendirilah yang memberikanku kekuatan untuk membuat Teleportation Gate. Ya, tentu saja, tapi tetap saja aku jadi merasa begitu rendah haha...

"Terima kasih, Yang Mulia..."

Aku dan Cyane memasuki gerbang magic tersebut. Sedetik kemudian, kami berdua telah tiba di ruang singgasana Vioraze. Ruang yang selalu sama setiap kali aku kemari. Dan... Ruang yang sangat nostalgia. Karena di ruangan ini, di hadapan Vioraze, lamaranku diterima oleh Ren dan Syla.

*Brukk!*

"Uhggg..."

Cyane terjatuh di lantai dalam posisi merangkak. Wajahnya pucat, nafasnya terdengar begitu berat dan sesak. Kedua tangan yang menopang tubuhnya mengalami gemetar hebat. Tak lama lagi, tangan itu akan layu dan tak mampu menahan berat tubuhnya lagi.

Bagi Cyane, pasti ini baru yang pertama kalinya ia memasuki ruang singgasana Vioraze. Dia belum pernah merasakan Dragon Aura sehebat ini sebelumnya. Dragon Aura dari seekor Superior Dragon pun sangatlah kerdil di hadapan kehadiran God Dragon yang kekuatannya sudah setara dewa. Akibatnya, Cyane langsung syok, gemetar, lemas, dan merasakan mual yang hebat. Tapi dia berusaha sekuat tenaga menahannya agar tidak muntah di hadapan God Dragon.

Vioraze, sang True Dragon of the Darkness, atau juga sering disebut Darkness God Dragon. Sebuah sosok yang kehadirannya saja sudah membuat semua orang tunduk secara otomatis kepadanya. Tidak heran kenapa Cyane langsung merasakan sensasi sangat buruk seperti sekarang.

Untungnya Arka, Syla, Ruby, dan Ren sudah beberapa kali mengunjungi Vioraze, sehingga mereka sudah bisa menyesuaikan frekuensi mereka dengan Vioraze, sehingga tekanan yang dirasakan Arka saat ini tidak separah Cyane. Masih terasa sangat berat, namun tetap dalam batas maksimum yang bisa dihadapi Arka.

"Yang Mulia, hamba membawa Dagon untuk menemani hamba. Namanya--"

'--Cyane. Aku sudah tahu. Oh, aku tidak akan menahan auraku untuk dia. Jadi, selamat berjuang." Vioraze berbicara dengan nada yang kalem, namun menyiratkan keangkuhan di setiap suku kata yang terucap. Makhluk hebat boleh sombong, bebas...

"Ubbfff... Glek." Mendengar ucapan Vioraze itu, isi perut Cyane hampir keluar dari mulutnya. Tapi ia berhasil menahan dan menelannya kembali. Lebih baik ia menelan muntahnya sendiri daripada mati di tempat karena kelancangannya di hadapan eksistensi yang maha besar.

"Cyane... Tahan, ya..." Aku sedikit berbisik kepada Cyane.

"Ungh..." Cyane mengangguk. Tidak mampu berbicara. Sensasi tekanan seperti ini bahkan membuat Cyane tidak mampu menunjukkan sisi masokis pada dirinya lagi.

'Arkanava. Yang ingin kubicarakan denganmu adalah tentang Cross Sphere dan sebuah peristiwa besar yang akan terjadi sebelumnya.'

"Cross Sphere? Bukankah dulu Yang Mulia pernah mengatakan tentang ini?" Aku ingat kata-kata Cross Sphere seperti yang dulu pernah disampaikan.

'Ya. Ada sedikit masalah. Dari visi yang kudapatkan, aku melihat sesuatu telah terjadi di celah antar dimensi. Telah terjadi pergeseran signifikan akibat ketidakseimbangan kekuatan yang ada di setiap dimensi. Akibatnya, yang awalnya diperkirakan akan terjadi dalam delapan atau sembilan tahun lagi, akan dipercepat menjadi sekitar empat atau lime tahun.'

"Y-Yang Mulia Vioraze... Apakah... Itu berbahaya?"

"Cross Sphere sendiri sudah sangat berbahaya karena pasti akan menelan banyak sekali korban jiwa. Bahkan jika kamu tidak berhati-hati, bisa saja orang terdekatmu yang menjadi salah satu korbannya."

"Aduh... Gawat itu, Yang Mulia... Sebenarnya, Cross Sphere itu apa, Yang Mulia?"

"... Tapi sebelum itu, ada hal yang tidak kalah penting yang harus kamu perhatikan." Vioraze tidak menjawab pertanyaanku, tapi malah mengalihkan pembicaraan ke topik lain. Vioraze kemudian menjelaskan, "Seperti yang kusampaikan tadi, Cross Sphere adalah peristiwa yang merupakan hasil akhir dari pergolakan ruang dan celah antar dimensi. Tapi sebelum sampai di sana, akan ada gangguan pada celah dimensi dan waktu, yang menimbulkan perpindahan makhluk dari suatu ruang dan waktu tertentu kepada ruang dan waktu lainnya. Lebih singkatnya, monster dari dunia lain akan dapat memasuki dunia ini melalu lubang antardimensi. Kejadiannya akan semakin meningkat sampai akhirnya kita mencapai Cross Sphere. Cross Sphere sendiri merupakan sebuah tabrakan antar dimensi. Dan sesuai hukum rimba, yang kuatlah yang akan bertahan dan berkuasa."

"A... Apa... Yang Mulia... Maaf, otak hamba sudah lama tidak beraktivitas jadi agak sulit mencernanya. Bisakah diulangi lagi dengan versi yang jauh lebih mudah hamba pahami, Yang Mulia Vioraze cantik?"

*Gubrak*

*Author jatuh dari kursi*

'Arkanava... Kamu itu... Bodoh, ya?'

Aku ingin mengatakan pada Vioraze, makanya baca dulu sinopsisnya - kan udah jelas di sana, tapi aku tidak berani. Jadi aku hanya nyengir sambil mengernyitkan dahiku.

'Tapi, terima kasih atas pujiannya. Sudah lama sekali aku tidak mendengar ada yang mengatakan aku cantik semenjak si tua bangka itu lenyap dari dunia ini... Ehem. Intinya, bersiaplah karena sekitar dua tahun lagi kalian semua akan kedatangan monster-monster yang lebih kuat daripada yang ada sekarang.'

"Eng... A-apakah Yang Mulia akan ikut membantu?"

'Tidak. Aku harus menyimpan kekuatanku sampai waktunya tiba.'

"Lalu, apa yang harus hamba lakukan, Yang Mulia? Karena hari terjadinya peristiwa bencana ini akan dipercepat, apa yang harus hamba lakukan untuk mempersiapkan dunia ini?"

'Banyak hal rahasia yang harus kubicarakan denganmu. Oleh karena itu, aku akan mengirimkan pet milikmu keluar dari sini untuk sekarang.'

"Baik, Yang Mulia... Cyane, tunggu di luar. Tapi jangan balik ke lokasi Undead Tower."

"U-ungh..." Cyane tidak bisa berbicara karena masih menahan tekanan aura dari Vioraze dengan seluruh nafasnya. Lalu tak lama kemudian, lingkaran sihir muncul di bawah Cyane. Lingkaran itu seakan menelan tubuh Cyane dan mengirimnya ke dimensi lain.

"Teleportation?"

'Oh, kau tahu itu.'

"I-iya, Yang Mulia"

'Itu adalah skill yang akan kuberikan kepadamu sebentar lagi. Selain itu, aku juga akan memberikan ini."

Vioraze mengangkat jari telunjuknya di depan dadanya yang bulat dan boink-boink itu. Belahan dadanya yang memiliki kedalaman sedalam Palung Mariana, membuat aku mulai berpikir yang aneh-aneh. Tapi itu tidak lama. Karena yang terjadi berikutnya sangatlah menakjubkan.

Dari ujung telunjuk Vioraze, muncul butiran-butiran kecil cahaya keunguan. Semakin lama semakin banyak dan rapat. Mereka berkumpul di suatu titik yang berjarak sekitar 10 centimeter dari ujung jari telunjuk Vioraze. Seperti aliran terbalik dari tetesan-tetesan air hujan pada kaca jendela, cahaya keunguan itu mengalir dari bawah ke atas dan membentuk sebuah bola kecil sebesar kelereng yang bersinar ungu.

Setelah selesai, Vioraze menengadahkan telapak tangannya. Bola ungu tersebut melayang lima centimeter di atas telapak tangannya. Dan Vioraze menyodorkannya kepadaku. Aku tidak yakin apakah dia hanya memperlihatkannya padaku atau ingin memberikannya. Tapi, aku tanyakan sajalah.

"Y-Yang Mulia... I-ini..."

'Ambil, dan telan ini.'

Ternyata ia ingin memberikannya kepadaku. Dengan ucapan "Terima kasih", kuterima dan langsung kutelan. Aku sama sekali tidak meragukan Vioraze. Karena, andai kata ia memang ingin membunuhku, dia cukup menjentikkan jemarinya dan aku akan meledak menjadi partikel-partikel yang tak dapat tersaring oleh masker N-95.

Saat bola ungu itu kutelan, sesuatu terasa lucu di tenggorokanku. Yang awalnya terlihat ringan seperti cahaya di udara, berubah menjadi seperti cairan yang mengalir di sepanjang tenggorokanku hingga ke perut. Rasa manis yang sangat nikmat, disertai rasa hangat telah memenuhi esofagus-ku.

Beberapa detik setelah semuanya kutelan, aku merasakan sebuah sensasi yang berbeda di dalam perutku. Hangat... Tidak. Ini bukan hangat, tapi panas. Rasa panas mulai menyebar dari perutku perlahan-lahan merayap ke seluruh tubuhku.

Berikutnya, aku merasakan tulang-tulangku terasa ngilu seperti mengalami keretakan yang berkelanjutan dari dalam hingga luarnya! Otot dan uratku terasa seperti diremas dan diplintir dengan sangat kuat hingga timbul rasa nyeri melilit! Dan kulitku rasanya seperti terbakar! Kulitku seperti baru saja disiram bensin mendidih lalu dibakar!

"Aaaargh! Uuurrggg! Urrrggaaaahhh!!!" Aku hanya bisa mengerang dan berteriak menahan rasa sakit yang luar biasa ini.

'Sudah bereaksi? Cepat. Tidak seperti yang sebelum-sebelumnya.'

Sementara aku kesakitan dan berusaha menahannya, komentar dari Vioraze malah seolah-olah dia senang melihat aku menderita. Jangan-jangan... Vioraze itu adalah sadokis!?

"Ggrrraaaaahhh!!! Huuaaaaaaaarrrgh!!!"

Rasa sakitnya semakin intens. Seluruh tulang-belulang di sekujur tubuhku rasanya remuk menjadi serpihan-serpihan kecil. Kemudian rasanya serpihan tulang itu diremas dengan kuat oleh otot dan tendon yang ada di sekitarnya. Sarafku terasa seperti ditusuk-tusuk oleh serpihan tulang tajam yang diremas oleh otot. Kemudian kulitku yang masih terasa seperti terbakar ini, tiba-tiba mengencang hingga aku dapat merasakan bahwa sebentar lagi kulitku akan robek tercabik-cabik.

Tak tahu lagi harus berbuat apa, aku mengeluarkan seluruh kekuatan dan Mana yang ada di dalam tubuhku. Aku... Berubah menjadi sosok Demon.

"HAAAAAAAAARRRRRGH!!!"

Kupikir, dengan begini akan meringankan rasa nyerinya. Kupikir, dengan berubah menjadi wujud terkuatku, ketahananku menjadi lebih tinggi. Tapi aku salah.

Malah semakin banyak dark magic yang bocor dan menyembur keluar dari tubuhku. Selain rasa sakit yang tadi jadi meningkat pesat, ditambah lagi dengan adanya perasaan seperti seluruh darahku disedot keluar.

'Hmmm... Bagus... Jika kamu dapat mengendalikan seluruh kekuatanmu ini, itu akan mempermudah semuanya...' Wajah tanpa ekspresi dari Vioraze seolah-olah tersenyum culas.

Semua rasa sakit dan tidak nyaman ini semakin menggila. Ambang batasku sudah jauh terlampaui. Dan sekarang, tak ada gunanya lagi aku melawan. Karena semakin aku berusaha melawan, maka semakin hebat siksaan yang kudapatkan. Aku menyerah. Mungkin aku tidak pantas untuk menerima benda berharga pemberian dari Vioraze itu. Bola ungu kecil itu, kuakui memang memiliki kekuatan yang besar. Tapi, apa boleh buat, tubuhku tidak mampu menerimanya.

Aku pasrahkan saja. Mungkin sebentar lagi tubuhku meledak. Aku bisa merasakannya. Sebentar lagi aku akan mati.

***BERSAMBUNG***