Saya jarang mengetik cerita lagi karena sedang asyik memainkan game Genshin Impact. Setelah reroll, saya mendapatkan 2 character bintang 5 (Keqing dan Mona). Pas! Siapa yang butuh Diluc dan Venti!? Saya tidak! Hahaha...
Selamat membaca!
__________________________________________
*Peng!*
Rogard menyerang Cyane dengam sedikit menahan diri. Greatsword miliknya ditebaskan ke arah wanita berambut biru itu. Rogard sengaja tidak menggunakan kekuatan penuh untuk melumpuhkan wanita itu. Dia tak ingin menyakiti seorang wanita lebih dari yang diperlukan. Karena dia hanya perlu menangkap seseorang yang sudah membuat onar.
Semua Petualang yang menonton sudah berekspektasi bahwa Rogard dapat membungkam wanita sombong dan angkuh itu. Sebentar lagi, wanita itu akan merengek memohon maaf kepada Rogard dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan serupa. Semua orang tersenyum menantikan pertunjukan gratis itu.
Namun, realita telah mengkhianati ekspektasi mereka. Ayunan pedang Rogard ditepis dengan sebuah trident yang muncul entah dari mana. Trident, yaitu tombak dengan ujung yang bercabang tiga, dengan sangat mudah menangkis dan membelokkan arah serangan greatsword Rogard.
"Hah! Lumayan juga! Huah! Heyah!"
Semakin lama, Rogard tidak bisa lagi menahan kekuatannya. Ia menggunakan seluruh kekuatannya untuk melawan Cyane.
*Ding trang peng peng pang dang!*
Keringat dingin mulai bermunculan di dahi Rogard. Ia tak menyangka bahwa ia belum pernah mengenal wanita sekuat ini selama ia hidup. Kekuatannya jelas jauh melebihi kekuatan Rogard. Tubuh seindah itu, ternyat menyembunyikan kekuatan monster.
Rogard tidak tahu kalau dia sekarang sedang melawan monster kelas B yang berwujud seperti manusia.
Setiap serangan Rogard disambut dengan sempurna dan santai oleh wanita yang dilawannya. Bahkan, wanita tersebut hanya menggunakan satu tangan untuk memegang trident-nya.
Kuat sekali dia! Sebesar apapun tenaga yang kugunakan, tetap saja dia terlihat seperti tidak menganggap serius semua seranganku. Rogard berpikir sambil melancarkan serangan demi serangan.
Rogard mencoba menyerang dari berbagai arah. Dari samping, depan, belakang, hanya untuk menemukan dirinya semakin terlihat lemah. Karena wanita yang diserangnya dari tadi hanya berdiri di tempatnya, menangkis semua serangannya dengan sempurna, dan terlihat sama sekali tidak tertarik serta bosan melawan Rogard.
"Itu... Tuan Rogard?"
"Apa Tuan Rogard sedang kurang enak badan?"
"Pasti! Pasti dia sedang meriang atau masuk angin!"
"Pantas saja... Makanya dia tidak bisa bertarung secara maksimal!"
"Andai saja itu benar... Tapi, Tuan Rogard sudah memberikan seluruh kekuatannya. Dia hanya belum menggunakan skill saja. Tapi, melihat serangannya tidak berarti apa-apa bagi wanita dari ras Manusia Ikan itu, apakah kekuatan wanita itu berada jauh di atas Tuan Rogard sendiri?"
"Kau bercanda, kan? Mana mungkin Tuan Rogard selemah itu!"
"Gunakan matamu baik-baik! Lihat pergerakan Tuan Rogard, lihat tatapan matanya! Apa itu terlihat seperti sedang tidak serius?"
"Uhh... Kalau diperhatikan lagi... Memang bukan Tuan Rogard yang lemah, tapi wanita itu yang kuat sekali..."
Semua yang menonton saling berkomentar, mengungkapkan kebingungan mereka atas yang sedang terjadi. Rogard yang mereka tinggikan, ternyata kuwalahan untuk menaklukkan seorang wanita ikan. Malah bisa dikatakan bahwa Rogard sedang berada di bawah tekanan.
Sementara itu, Cyane sudah bosan. Dari tadi ia berharap akan ada perlawanan yang setidaknya dapat membuat tubuhnya bergerak dan sedikit berolahraga. Tapi setelah lama menunggu, sepertinya hanya sampai di sini batas kekuatan musuhnya. Akhirnya Cyane memutuskan untuk mengakhiri ini.
"Hmh!" Cyane mengibaskan trident ke arah ayunan pedang Rogard.
*Pang!*
*Wuff wuff wuff*
*Jrugg*
Greatsword Rogard terlempar, berputar-puter di udara, lalu tertancap ke tanah.
Rogard yang masih kaget tentang kenapa pedangnya bisa semudah itu terlepas dari tangannya, tiba-tiba tambah dikagetkan lagi oleh sebuah kaki yang sedang berayun menuju wajahnya. Kaki itu, tentunya kaki Cyane.
*Dakk!*
Cyane menendang pipi Rogard dengan tendangan berputar yang tidak niat. Akan tetapi, meskipun dilakukan dengan sangat tidak niat, tak disangka kekuatan tendangan itu ternyata benar-benar mengerikan!
*Gubrak*
Rogard terlempar dan tersalto di udara sebelum akhirnya menabrak sebuah lapak yang menjual makanan bungkusan, membuatnya hancur berserakan.
Rogard terlalu pusing untuk bangun. Dan rahangnya yang terkena tendangan terasa nyeri sekali. Saat ia ingin berbicara, rahangnya tidak dapat digerakkan. Akhirnya ia menyadari bahwa sendi rahangnya lepas.
***
"Ah-ahaha... I-iya, Tuan..."
"Ntar malem ada acara?"
"Ma-maaf, s-saya sudah ada janji d-dengan... Dengan... O-o-orangtua saya!"
"Ahh... Sayang banget, padahal aku mau ngajak makan malem di restoran yang paling enak di sini. Ya udah deh kalo gitu. Dadah..."
"D-dadah... Aha-ahaha..."
Hm... Kenapa gadis administrator Undead Tower ini keliatan seperti orang ketakutan saat berbicara denganku? Apa wajahku menyeramkan? Apa ada tanduk atau cula yang tidak sengaja keluar di kepalaku? Atau ada tai burung di rambutku?
Ah, tidak ada. Terus, apa yang membuat dia takut?
*Gubrak!*
"Ha? Apa itu?"
Aku menoleh ke arah sumber suara, dan menemukan penyebabnya dan jawaban dari pertanyaanku. Ya, Cyane sedang membully seseorang. Bukan masalah, sih, sebenarnya. Tapi karena sudah mengganggu aku dalam mencoba mendekati seorang gadis imut dengan membuatnya ketakutan, aku harus menghentikan Cyane.
"Oiii ikan amis... Udah, stop deh."
"Baik, Tuan Arka..."
"Aduh... Kamu apain orang itu? .... Eh? Bukannya itu... Paman Rogard?" Aku melihat wajah yang tak asing lagi, sedang menggelepar di atas serakan barang dagangan orang.
"Tuan Arka, cacing hina itu menyerang hamba duluan."
"Aaah itu kan Paman Rogard! Kamu apain dia sampe babak belur gini!? Sigoblok..."
*Pletak!*
*Debum!*
Aku jitak kepala Cyane dengan kekuatan yang lumayan, sehingga ia jatuh terkapar di tempat. Benturannya sangat leras dan membuat tanah di sekitarnya berhamburan.
"Ugh... Aww... E-enak... Tuan Arka... Lagi, lagiii! Sakiti aku lagiiiihh~"
Kutinggalkan Cyane. Kudekati Paman Rogard. Untungnya, dia masih bernafas. Hanya saja... Rahangnya kenapa terlihat tidak pas, ya? Kubantu Rogard untuk bangun dan duduk.
"Aarrrggg..."
Rogard hanya bisa meraung kesakitan. Lalu kuraba rahangnya, dan ternyata rahangnya lepas. Hahaha... Si Cyane berlebihan...
"Bentar, Paman. Kubenerin dulu rahangnya, ya..."
Aku membalut kedua tanganku dengan dark magic, membuat sarung tangan menggunakan skill Darkness Creation. Lalu kupegang rahang bawah Rogard di bagian sisi kanan dan kirinya. Setelah itu kuletakkan kedua jempolku pada gigi geraham bawah di kedua sisi.
Setelah kedua tanganku sudah dalam posisi mantap, kutekan rahangnya ke bawah dengan agak kuat sampai terasa *klak* sambil kudorong ke arah belakang wajahnya agar sendi rahangnya masuk lagi ke dalam soketnya.
"Kah! Aaarrggh... Ugh..." Rogard memijat kedua pipinya sambil mengerang kesakitan.
"Udah aman rahangnya, Paman?" Tanyaku santai sambil tersenyum.
"Argh... Su-sudah... Eh? Tunggu... Kamu... Arkanava Kardia!" Rogard baru melihat wajahku. Dari tadi ia terlalu fokus terhadap nyeri di rahangnya sehingga tidak sadar kalau orang yang menolongnya adalah Aku. "Apa kabar! Tumben kamu kesini lagi... Ah, aku jadi tidak enak karena menyambut kedatanganmu dalam keadaan berantakan seperti ini..."
"Hehe... Sebenernya, aku yang mau minta maaf, Paman Rogard... Karena dia itu asistenku."
"Ha?" Rogard bingung, sepertinya ia sedang berusaha mencerna perkataanku. Tapi setelah ia menyusuri arah tanganku menunjuk, akhirnya ekspresinya berubah dari bingung menjadi ngeri. "Wa-wanita itu asistenmu?"
"Iya, Paman... Hehe... Tapi dia udah kujitak. Karena dia udah berlebihan." Jawabku.
Cyane masih terduduk di tanah yang hancur setelah kepalanya kujitak. Rogard yang melihat Cyane sedang terduduk tak berdaya, menjadi tersenyum miris dan sedikit geleng-geleng kepala.
Aku membantu Rogard bangun, aku mengganti rugi dari kerusakan yang ditimbulkan oleh Cyane. Tentunya aku beri lebih. Karena dengan rusaknya lapak mereka, otomatis keuntungan mereka hari ini jadi berkurang. Aku harus mengganti kerugian itu juga. Tapi tak masalah, karena hartaku masih sangat-sangat banyak. Apalagi jika tumpukan kristal-kristal langka yang ada di Transdimensional Storage milik Ren itu dijual sedikit.
Uang ganti rugi segini tidak ada artinya bagiku. Aku orang kaya. Orang kaya tidak boleh pelit dan harus selalu sombong.
"Eh, bentar, Paman..." Aku menoleh ke arah siswaku dan aku menginstruksikan mereka, "Kalian masuk aja kalo pintunya udah dibuka lagi."
"""Siap Pelatih!"""
Rogard melihatku dengan tatapan yang menunjukkan bahwa ia telah mendengar sesuatu yang tak terduga. Ia berkata, "Arka, jadi sekarang kamu menjadi Pelatih? Berarti, Pelatih di Knight Academy Arvena?"
"Iya, Paman. Aku mau nyari bibit-bibit petarung yang kuat untuk masa depan. Hehehe... Pasti kedengerannya berlebihan, ya... Tapi, emang ada alasan khusus kenapa aku mau jadi Pelatih. Padahal kan duitnya nggak seberapa hahaha..."
"Oh... Apa alasan khusus itu?"
"Ada deh pokoknya, Paman. Biar ini jadi rahasiaku aja."
"Baiklah kalau memang begitu. Sekarang, bagaimana?"
"Hmm... Ini aku mau booking Undead Tower buat siswa-siswaku latihan. Aku nggak mau ngantre. Nah aku minta tolong Paman Rogard buat ngatur itu. Bisa kan, Paman?"
"Hahaha... Ya, ya... Aku tidak bisa mencegahmu. Daripada lebih banyak lagi korban yang berjatuhan, silahkan kalian pakai jatah hariannya sesuka kalian. Nanti aku bicara dengan Administrator-nya."
"Ehh... Itu bukan aku, tapi asistenku yang goblok itu yang bertindak sendiri. Nanti biar aku hukum dia..." Aku merespon demikian, berpikir bahwa Cyane pasti senang kalau kuhukum. Sementara bagi Rogard pasti terdengar menenangkan. Sambil tersenyum, aku menambahkan, "Tapi kalo ada yang kurang ajar sama kami dan aku nggak suka, ya maaf-maaf aja kalo mereka jadi lupa caranya bangun dari tidur mereka untuk selamanya, hehehe... Bercanda, Paman."
Mendengar itu, Rogard langsung pucat. Ekspresinya berubah menjadi kelam. Seolah-olah dia baru saja melihat malaikat maut mengintip sedikit dari gerbang kematian. Mungkin dia menganggap terlalu serius atas bercandaanku tadi itu. Apa harusnya aku tidak bercanda seperti itu? Ah aku tidak peduli.
"Ha-ahaha... B-bisa saja kamu, Arka... Ayolah, ke tempatku dulu. Sudah lama kita tidak mengobrol."
"Boleh juga itu, Paman. Aku ajak asistenku, ya?"
"Wa-wanita itu? Bo-boleh, tentu saja boleh! Hahaha..." Rogard seperti memaksakan tawa.
***
"Tuan Rogard dikalahkan begitu saja... Hanya dengan satu serangan..."
"Kau tidak dengar? Laki-laki yang menghampiri Tuan Rogard tadi bernama Arkanava Kardia!"
"Eh? Siapa itu? Maaf, aku masih baru hehehe..."
"Dasar anak baru sekarang, apatis terhadap seniornya... Dia adalah pemimpin dari sebuah Party Plat Diamond legendaris yang bernama Dark Edge!"
"Dark Edge? Kudengar mereka sudah pensiun?"
"Ya, mereka memang pensiun jadi Petualang. Tapi bukan berarti kekuatan mereka juga ikut pensiun, kan?"
"Ya iyalah... Kalian kan sudah lihat sendiri. Wanita itu dapat mengalahkan Tuan Rogard dengan mudah. Sedangkan Tuan Arkanava dapat menaklukkan wanita itu dengan tanpa usaha sedikitpun. Sekuat apa Tuan Arkanava ini?"
"Dari yang kudengar, mereka adalah Party Petualang Plat Diamond terkuat di seluruh benua ini. Misi Plat Diamond yang biasanya memakan waktu selama enam bulan sampai satu tahun, dapat mereka selesaikan hanya dalam dua atau tiga hari saja. Bayangkan saja sehebat apa mereka!"
"Hahh... Untuk dapat menjadi sekuat Tuan Rogard saja, sudah menjadi mimpi palsu saja bagiku. Bagaimana nasibku menjadi Petualang jika seperti ini terus?"
"Masih ada cara... Tapi..."
"Masih ada cara? Bagaimana caranya? Cepat, beri tahu kami! Keluarkan dari mulutmu!"
"Tapi..."
"Sudah, tidak ada tapi-tapi! Bilang saja!"
"Baiklah. Caranya begini..."
***BERSAMBUNG***