Pusing. Semua karyawan di distrik-distrik yang positif covid dikirim dan dikarantina di camp region tempat saya bekerja. Padahal distrik-distrik itu ada dokternya masing-masing. Kenapa jadi harus saya sendiri yang handle... Sekedar curhat haha.
Dan... Selamat membaca! Hahaha...
___________________________________________
Revon dan Fazar hanya bisa tertunduk selama perjalanan. Membayangkan akan betapa beratnya hidup mereka hari ini.
Setelah mendengar cerita dari Androa, aku mengerti apa yang mereka rasakan saat ini. Tidur mereka kurang, badan mereka pasti masih terpengaruh efek alkohol, dan mereka diperintahkan untuk memasuki Undead Tower secara solo. Tanpa tim. Terutama Revon, karena dia benar-benar sendiri. Tidak seperti Fazar yang dapat memanggil banyak monster untuk bertarung.
"Aaaaa... Apa aku bisa nembus Undead Troll King, ya... Hoaaahhhhm..." Revon mengeluh dengan suara yang sangat kecil, disertai dengan menguap.
Aku tidak perlu menanggapinya. Karena aku tahu, itu akan percuma saja. Dan sepertinya Pelatih Arka juga tidak ambil pusing soal ini. Tentunya, ia sengaja menghukum Revon dan Fazar karena mereka sudah melanggar perintah langsung dari Pelatih.
Kalau itu Pelatih yang lain, mungkin tidak begitu masalah. Tapi Pelatih Arka memang berbeda. Dia terlalu kuat. Tidak ada kesempatan bagi mereka berdua untuk dapat melawannya.
Aku yakin dia lebih kuat dari Jendral Perang terkuat di Kerajaan Sandoria, kerajaan ayahku. Bahkan aku yakin Pelatih Arka dan teman-temannya masih jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan Petualang Plat Diamond di seluruh Benua Zegga. Mereka ini... Sekuat apa, ya? Hero? Sekuat Hero? Aku tidak akan kaget kalau mereka memang sekuat Hero. Hero sendiri adalah pahlawan yang memiliki kelebihan khusus, diberkahi oleh para Dewa. Mungkin mereka salah satunya?
Tapi, untuk apa seorang Hero menjadi Pelatih? Status mereka akan lebih tinggi apabila bekerja untuk sebuah kerajaan. Tentunya, status seorang Hero itu nomer dua setelah status seorang Raja untuk sebuah kerajaan.
"Nah, kita udah sampe. Karena kalian udah ngebagi tim, kita langsung aja masuk." Kata Pelatih Arka.
"""Siap, Pelatih.""" Kami menjawabnya serentak. Ya, kami memang sudah terbiasa seperti ini. Dari tahun pertama sudah diwajibkan untuk menjawab semua pertanyaan dan perintah dari seorang Pelatih dengan tegas, serentak, dan siap.
"Antriannya dimulai dari tim Quinta, terus tim Halea, terus Revon, terakhir Fazar." Kata Pelatih Arka lagi.
Timku yang kedua. Setelah kami bicarakan bersama, kami membentuk tim tanpa mengikuti susuan tim untuk turnamen. Kami membuat tim baru. Setidaknya, sampai hukuman atas Revon dan Fazar dicabut oleh Pelatih.
Di timku, selain aku sendiri, juga ada Logavi dan Anvily. Di tim Quinta, ada Androa, Alex, dan Felsy. Timku memang hanya berisi tiga orang, tak sebanyak tim Quinta. Tapi kami bersama Anvily yang memiliki kemampuan spesial. Yaitu light magic. Oleh sebab itu, kamilah yang harus mengalah. Tapi tidak masalah. Aku ingin menguji kekuatanku sampai dimana.
***
Di sekitar Undead Tower, para Petualang Plat Iron, Copper, dan Silver tampak sedang bersiap-siap untuk menantang nasib di Undead Tower. Mereka bersiap sambil berbincang-bincang.
"Loh, kenapa banyak bocah-bocah datang kesini? Mereka pikir ini lokasi wisata sekolah?"
"Hahaha... Paling mereka mau berlatih... Tapi tetap aja, mereka udah datang terlambat, jadi harus mengantre panjang. Bisa-bisa, giliran mereka baru tiba setelah malam. Hahaha..."
"Tapi ada cewek yang susunya gede itu. Mungkin itu guru mereka? Boleh juga brader... Slurrp..."
"Eh, tunggu. Mereka mau langsung masuk gitu aja? Mereka nggak tau kalo harus ngantre?"
"Wahhh semua orang ngeliatin mereka! Hahaha! Akan ada tontonan menarik sebentar lagi!"
Ketika para siswa melangkah menuju administrator pendaftaran antrean masuk Undead Tower tanpa mengantre, otomatis semua Petualang yang sedang berbaris untuk mendaftar langsung protes dan marah. Sepertinya, mereka masih tergolong anak baru. Mereka tidak mengenal sosok Arka. Mereka hanya menganggap Arka hanyalah salah satu dari sepuluh bocah yang dibawa oleh seorang wanita dewasa.
"Hey kalian bocah! Kalian tau antre tidak!?"
"Kau penanggungjawab mereka, kan? Ajarin bocah-bocah itu yang benar, jangan asal nyelonong aja! Tetek doang gede, otak kerdil!"
"Antre dulu dari belakang! Dasar bodoh!"
Banyak sekali Petualang yang marah-marah. Ya, itu hal wajar karena Arka tidak mempedulikan antrean dan langsung menyerobot ke depan admin. Arka sendiri tidak peduli terhadap teriakan mereka. Karena, teriakan para Petualang Plat Iron hingga Plat Silver hanya dianggapnya sebagai teriakan makhluk rendahan yang tidak ada artinya dan tidak berhak untuk mendapatkan perhatiannya. Teriakan cacing-cacing yang berkhayal ingin terbang ke bulan.
Tapi, sosok Manusia Ikan yang cantik jelita di sebelahnya, Cyane, terlihat mengerikan. Cyane yang merasa diserang dengan kata-kata ejekan dari para Petualang yang hanya ia anggap sebagai serangga hina, sudah mencapai batas puncak kesabarannya. Cyane langsung bergerak untuk menyerang mereka yang sudah lancang berbicara seperti itu kepadanya.
"Cyane... Ah, terserahlah." Arka yang awalnya ingin menahan Cyane, tiba-tiba berubah pikiran dan membiarkan Cyane melampiaskan emosinya. Arka tetap melangkah menuju admin pendaftaran.
*Bhugg*
*Bakk*
*Darr*
*Bangg*
*Krak*
*Blam*
Lebih cepat dari satu tarikan nafas, Cyane sudah menghajar semua orang yang berani menghinanya tadi tanpa ampun. Tulang patah, sendi lepas, darah bercucuran, pingsan, dan tergeletak kesakitan. Itulah nasib yang diterima para Petualang yang sudah berkata-kata kasar kepada Cyane.
Semua mata yang melihatnya sampai lupa untuk berkedip. Mereka melotot dan mematung. Mereka tidak menyangka wanita berpayudara besar itu memiliki kekuatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Rahang merekapun menggantung tak bertenaga saking tercengangnya.
Cyane berdiri tegak di tengah-tengah tumpukan korban yang menggunung. Ia berkata dengan wajah jijik, "Serangga hina seperti kalian... Cihh!" Kemudian Cyane meludah ke salah satu Petualang yang tergeletak di dekatnya. Ia lalu berkata, "Siapa lagi yang sudah bosan melihat matahari di sini!? Biar kukubur kalian hidup-hidup!"
Cyane menoleh ke kiri dan ke kanan dengan tatapan yang tajam dan berkerut akibat amarah yang sudah tak terbendung lagi. Setelah beberapa saat menunggu, tidak ada yang menjawabnya. Semua orang hanya diam, menunduk, dan mundur. Antrean bubar, memberikan jalan kepada Cyane untuk bisa langsung masuk ke Undead Tower tanpa mengantre. Cyane pun kembali ke sisi Arka sambil menggandeng tangannya dan tersenyum manis kepada Arka.
Arka tidak mengerti apa maksud dari tindakan Cyane barusan dengan menggandeng tangannya dan tersenyum manis kepadanya. Tapi karena ia tidak merasa terganggu oleh gandengan dari Cyane, apalagi lengannya terasa nyaman bersandar payudara masif Cyane, ia abaikan saja dan membiarkan Cyane melakukan semaunya.
Sebenarnya, saat ini Arka sudah mulai memahami sisi yang berbeda dari Cyane. Meskipun di luar terlihat seperti sosok yang pemarah dan masokis, tapi ternyata jika Arka tidak menyiksanya ataupun menolaknya, sebenarnya Cyane adalah sosok wanita Demihuman yang manis dan keibuan.
Apa ini? Arka mencoba mencari kata untuk mendeskripsikannya dan mencocokkannya dengan sebuah istilah. Setelah berpikir beberapa menit, ia baru ingat sebuah frase...
"Gap moe!" Mendadak Arka berbicara. Membuat kaget semuanya.
Di sisi lain, yaitu di sisi para Petualang yang tadinya menyingkir akibat amukan Cyane, keluar seseorang yang cukup disegani. Ia menerobos kerumunan para Petualang dengan mudah karena semua orang memberikannya jalan.
"Ada apa ini? Kenapa terjadi keributan?" Tanya seorang Petualang dengan plate armor kokoh yang membalut tubuhnya dan greatsword unik yang dikaitkan di punggungnya.
***
"Wah, makin seru ini... Tuan Rogard sampai keluar. Habislah orang itu."
"Haha... Sekuat apapun dia, dibandingkan kekuatan Tuan Rogard, mereka hanyalah beberapa ekor semut di hadapan seekor dinosaurus!"
"Tuan Rogard adalah Petualang Plat Diamond senior yang kekuatannya sudah diakui di seluruh Benua Erith! Mereka akan menyesali perbuatan mereka! Hahaha!"
"Ya, hanya Tuan Erazor yang dapat disandingkan dengannya. Bahkan, Petualang Plat Diamond lainnya juga masih jauh di bawah kekuatan yang dimiliki Tuan Rogard dan Tuan Erazor saat ini. Dan Tuan Erazor, meskipun dia tidak sesenior Tuan Rogard, tapi pencapaiannya dalam menaklukkan serangan para naga ke Kota Dranz itu sangat melegenda!"
"Aku penasaran. Apa yang akan terjadi jika Tuan Rogard memberi pelajaran kepada mereka, ya?"
"Tuan Rogard tidak akan berbuat kasar kepada seorang wanita. Paling dia hanya akan sedikit mempermalukan wanita itu sampai ia menyerah sendiri."
"Ahahaha... Aku ingin melihat wajah wanita itu setelah dikalahkan oleh Tuan Rogard."
***
Mendengar seseorang bertanya dari arah kerumunan Petualang, Arka tidak menghiraukannya. Paling hanya Petualang Plat Gold yang sok berkuasa di antara Petualang Plat Iron sampai Silver, begitu pikir Arka. Jadinya, Arka tetap melanjutkan kegiatannya yang sebelumnya, yaitu mengurus jadwal masuk Undead Tower dari semua siswa.
Tapi sikap yang sama tidak terdapat pada diri Cyane. Cyane selalu jijik setiap kali melihat ada manusia yang sok kuat dan sok berkuasa. Bagi Cyane, yang merupakan seekor Dagon, manusia hanyalah makhluk lemah tidak berarti yang hanya memiliki kesombongan tak berdasar di dalam diri mereka. Tentunya, semua manusia kecuali Arka. Karena Arka adalah Tuannya. Arka adalah pemiliknya. Dan Arka adalah cintanya.
Cyane pergi meninggalkan Arka yang masih asyik menggoda si gadis administrator tanpa mempedulikan segala yang terjadi di sekitarnya. Padahal, gadis admin tersebut sudah merasa tidak nyaman. Tapi karena takut dibunuh, dia terpaksa tersenyum dan tetap meladeni Arka.
Setelah meninggalkan Arka, Cyane melangkah mendekati Swordsman yang tadi bertanya. Cyane berdiri di hadapannya, mengangkat sedikit dagunya, dan memasang ekspresi jijik. Kemudian ia berbicara, "Aku yang menghajar mereka."
Melihat sikap Cyane dan mendengar ucapan Cyane barusan, Rogard sedikit terkejut. Ia membuka lebar kedua matanya hingga dahinya terangkat. Tapi Rogard bukan orang yang berkepala panas. Rogard menanggapinya dengan tersenyum.
"Nyonya..."
"Nona."
"Oh, maaf. Nona...?" Rogard melakukan gestur yang mengindikasikan bahwa ia bertanya siapa nama wanita di hadapannya.
"Kau tak pantas mengetahui namaku."
Mendengar jawaban Cyane, semua Petualang di sekitar mereka mengucapkan respon yang sama, "waaaahhh...." Sambil tidak percaya bahwa ada orang yang berani selancang itu kepada Rogard.
"Baiklah, kalau begitu saya hanya akan memanggil Nona saja. Sebelumnya, saya ingin tahu kenapa Nona melakukan hal ini kepada teman-teman kami?"
"Hmfh! Tanyakan saja sendiri kepada mereka!"
"Kalau begitu, terpaksa kami harus menahan Nona karena telah melakukan pelanggaran peraturan di Desa Undead Tower." Ujar Rogard, masih menahan senyuman.
"Paksa aku, kalau kau mampu." Ucap Cyane dengan nada dan ekspresi dingin.
"Sebenarnya, saya tidak ingin melakukan ini... Tapi karena Nona tidak kooperatif, jangan salahkan aku..."
*Shring*
Rogard mencabut greatsword di punggungnya, lalu dengan satu tangan, ia meletakkan ujung pedang besarnya, Demon Crusher, ke tanah di kanannya. Rogard berkata lagi, "Untuk yang terakhir kalinya, ikut kami ke tempat penahanan tanpa perlawanan."
"Cih!" Cyane memjawabnya tidak dengan kata-kata, tapi hanya dengan segumpal liur dari mulutnya yang ia ludahkan ke armor di bagian dada Rogard.
Mendapat penghinaan seperti itu, bahkan Rogard pun tak bisa menahan rasa dongkolnya lagi yang sudah dari tadi ia tahan.
"Urrryyaaaaaaa!!!" Rogard berteriak sambil mengayunkan Demon Crusher untuk melumpuhkan Cyane.
***BERSAMBUNG***