Keasyikan long weekend, jadi lupa update. Mungkin besok skip dulu, ya... Saya mau menikmati goler-goler salto miring di kasur seharian, nonton anime dan main game sampai lelah, lalu tidur. Bangun-bangun langsung melakukan hal serupa lagi.
Selamat membaca! Happy long weekend!
__________________________________________
"Haaaaaahhhhhhhm~ ngantuk baaatt..."
Akhirnya, urusanku hari ini selesai. Biar saja mereka mencari cara sendiri untuk berlatih mengontrol magic mereka. Lagipula, mau bagaimanapun, hal seperti itu tidak bisa diajari secara teori. Atau aku yang tidak bisa mengajar? Hahaha peduli setan.
Yang penting...
"Teleportation hoaaahhhhmm... Gate..."
Aku tidur dulu di mansion-ku. Mansion ini sepi kalau di jam kerja. Seperti kostku dulu, kalau aku selesai shift malam, pasti sepi sekali. Semua penghuni lainnya pergi kerja atau kuliah. Sebenarnya aku juga tidak peduli mau sepi atau ramai. Karena aku juga lebih sering menghabiskan waktu sendiri untuk menonton anime di laptopku atau membaca light novel terjemahan dari hapeku.
Aaa jadi kangen kehidupan seperti yang dulu... Tapi tidak semuanya yang kurindukan. Aku tidak suka semua kegiatan kuliah. Aku juga tidak suka dimarah-marah dokter konsulen.
Kalau dipikir-pikir, kehidupanku yang sekarang lebih seru dan jauh lebih menyenangkan. Selain toket-toket di sekitarku, aku juga punya kekuatan yang overpower. Tak pernah sekalipun aku menyesali transferku ke dunia ini.
"Tuan Arka, selamat datang kembali..."
Seorang wanita berusia sekitar 35 tahun dengan atribut lengkap Maid membungkuk dan menyapaku dengan sangat santun. Belakangan aku dengar bahwa ia bernama Kifa Alderin. Ibunya si Anak Setan. Hah. Aku bisa ingat nama ibunya, tapi aku lupa terus nama Anak Setan itu siapa.
Berbeda dengan Anak Setan, ibunya sangat manusia. 100% manusia. Tidak ada sedikitpun organ Demon di tubuhnya. Berarti bapaknya yang Demon.
"Ya, Kifa... Siapin piyamaku, ya... Aku mau mandi dulu abis itu molor."
"Baik, Tuan. Saya akan siapkan air hangat untuk tuan mandi dulu kalau begitu. Setelah itu saya akan siapkan piyama Tuan Arka..."
Kifa dan anaknya dipungut Garen saat mereka sedang dalam misi. Misi yang ujung-ujungnya kuselesaikan, haha... Ya, tidak apa-apa. Setidaknya, hanya dengan memberikan mereka makanan dan tempat tinggal saja, aku tak perlu lagi membayar gaji Maid. Untuk biaya sekolah anaknya, Garen yang bertanggungjawab.
Lumayan juga ada Maid yang membersihkan rumah dan menyiapkan segala kebutuhan kami. Kami jadi semakin tenggelam dalam nikmatnya kemalasan ketika di rumah.
Cyane dan Ruby jadi bisa kutugaskan untuk mengurus yang lain. Cyane bertugas untuk membantuku melatih bocah-bocah akademi. Sesekali dia kutugaskan untuk menjadi penjaga, entah menjaga apa, sesuai sikontol (situasi kondisi toleransi) saja. Pft. Sering juga kusuruh membantu Kifa bersih-bersih. Ruby bertugas menjaga Ren sekaligus sebagai transportasinya.
Ren sibuk mengurus bisnis perdagangan di Desa Kardia, desanya para Demihuman. Ia tidak lagi mengurusi administrasi. Memang aku menjadi sedikit lebih repot, tapi tugas Ren sekarang lebih penting.
Lunar Eclipse juga sibuk membantu pembangunan dan pengembangan di Desa Kardia. Aku ingin rakyatku kenyang dan sukses. Tssaahh... "Rakyatku"! Haha... Kadang aku masih geli memikirkan kalau aku sudah menjadi seorang Baron di Kerajaan Elysium, namun masih aktif bekerja di Kerajaan Balvara sebagai Pelatih. Aku merasa kalau aku adalah seorang double agent. Seperti di film-film.
Setelah selesai mandi air hangat, badanku terasa rileks. Aku mengenakan piyamaku dan langsung membanting tubuhku di atas kasur empuk. Tak terasa, aku tidur sampai besok pagi. Melewatkan makan siang dan makan malam.
Dan ketika aku bangun, dadaku terasa sedikit sesak. Gaya gravitasi pada tubuhku seperti meningkat sepuluh kali lipat. Ternyata Ren, Syla, Ruby, dan Cyane menindihku secara bersamaan di atas bagian tubuhku yang berbeda-beda. Mereka semua hanya mengenakan piyama compang-camping dan nyaris lepas akibat tidur yang tidak tenang. Tanpa pakaian dalam.
Dari posisiku, aku bisa melihat belahan dada Syla yang sangat panjang dan dalam. Ibarat sebuah dungeon yang selalu membuatku penasaran dan tertantang.
Ren sedang tidur sambil memeluk lenganku. Tapi ada yang aneh... Kenapaaku merasakan ada sesuatu yang tajam-tajam menggesek punggung tanganku ketika aku mencoba menggerakkan tangan? Jangan-jangan... Itu... Area pubis Ren yang rambutnya sudah mulai tumbuh!? Aaakk!
Dan ini! Apa ini!? Dua gundukan membulat berwarna putih dengan bercak-bercak kebiruan... Pada celah sempit di antara dua gundukan tersebut terdapat lembah yang gelap tertutup bayangan... Penuh misteri yang takkan pernah dapat terpecahkan bahkan oleh Sherlock Holmes sekalipun! Ha! Ini kan bokong Cyane! Tidak salah lagi!
*Tuiiiing...*
Shit, Hercules Junior langsung bereaksi! Tapi tertindih wajah Ruby! Bagaimana wajah Ruby bisa berada pas di atas area terlarangku!?
"Hmm?" Ruby membuka sebelah matanya. Dengan suara sedikit serak, ia bertanya kepadaku, "Arka udah bangun? Eeehh... Apa ini... Ham!"
"Gyaaaaahh!" Aku kaget!
Ruby, melihat ada yang bangun di dalam celanaku, langsung tersenyum licik dan menggigitnya. Tidak kuat, tapi sangat mengagetkanku hingga aku berteriak kencang saking kagetnya.
Dan semuapun bangun. Singkat cerita, kami bersiap-siap untuk melanjutkan kegiatan yang kami lakukan kemarin. Ren dan Ruby kembali ke Desa Kardia. Aku, Aesa, dan Syla kembali melatih di Knight Academy Arvena. Cyane kusuruh membantu Kifa membersihkan mansion yang sudah menjadi rumah kami ini sebelum ikut aku ke akademi.
Sebelum berangkat, kami sarapan dulu bersama-sama. Kifa dan anaknya juga ikut sarapan semeja dengan kami. Karena meskipun secara teknis ia adalah seorang Maid, aku tidak ingin membeda-bedakan kasta di rumah ini. Semua sama. Semua makan bersama di meja yang sama.
Saat sarapan, Kifa menyampaikan kepadaku bahwa kemarin saat aku tidur, seorang siswa laki-laki datang bersama Quinta ke rumah. Tapi setelah menunggu beberapa jam dan aku tidak bangun-bangun, akhirnya dia kembali ke asrama.
Oh, iya... Aku lupa sudah menyuruh Fazar datang ke sini. Ah biarin saja hahaha bodo amat. Betewe, ternyata nama Anak Setan itu Quinta. Aku harus mengingat-ingat ini. Masa tinggal serumah tapi tidak kenal namanya... Bodohnya aku.
Sesampainya di akademi, beberapa Pelatih rendahan yang lemah sudah menunggu di depan gerbang. Cih. Gaya mereka seperti hebat saja. Padahal mereka cupu. Paling, melawan siswa di kelasku saja mereka sudah kuwalahan. Bah!
Mereka mengarahkan semua siswa untuk berkumpul di Aula Akademi. Ada apa ini? Mau ada guru transferan dari Akademi lain? Atau... Mau menerapkan aturan baru supaya Pelatih tidak malas melatih karena selama ini aku sering bermalas-malasan? Mari kita cari tahu.
Setelah semua berkumpul dan berbaris rapi, Wakil Kepala Akademi naik ke atas mimbar dan mulai berbicara.
Inti pembicaraannya hanya satu. Yaitu dalam waktu sekitar dua bulan lagi, Knight Academy Arvena akan menjadi tuan rumah penyelenggara Turnamen Antar Akademi. Dan ia juga menjelaskan aturan main dan sistem turnamennya.
Dari semua aturan tidak penting yang disampaikannya, yang kutangkap hanya satu. Yaitu bagi Dragoon, Summoner, Beastmaster, atau job class lain yang mendayagunakan kekuatan monster sesuai keahliannya, hanya dapat membawa atau memanggil satu monster di satu waktu.
Semua siswa langsung berisik, berbicara dengan teman-teman di sebelahnya penuh dengan rasa antisipasi. Mereka terlihat sangat bersemangat. Semua Pelatih juga tersenyum melihatnya.
Hanya satu orang yang tidak suka dengan hal ini. Yaitu... Yaa... Siapa lagi... Kalau bukan... AKU.
Malas, merepotkan, menambah kerjaanku. Kembalikan waktu santaiku! Semua kata-kata keluhan itu muncul satu per satu di dalam kepalaku. Menjamur, dan memenuhi pikiranku. Aku sebagai wali kelas pasti jadi repot mengurus ini.
Tapi, untungnya bebanku sedikit berkurang karena ketika Wakil Kepala Akademi menyampaikan gambaran kasar dari sistem turnamennya, ia mengatakan bahwa untuk mempersiapkan tim yang mengikuti turnamen tersebut, akan diadakan turnamen internal dulu.
Tahap pertama, masing-masing wali kelas mengajukan tiga tim terbaik di kelasnya. Satu tim berisi tiga siswa. Dan proses eliminasinya diserahkan kepada wali kelas masing-masing.
Tentu saja aku beruntung. Karena jumlah siswa Kelas Z hanya ada sembilan orang. Berarti sudah tiga tim. Aku tidak perlu lagi mengadakan turnamen internal di Kelas Z. Berbeda dengan kelas-kelas lainnya yang berisi sekitar 30 orang atau lebih.
Nah, dari tiga tim terbaik yang diajukan masing-masing kelas, akan diadakan turnamen lagi dengan sistem gugur dan mencabut undian. Nanti juara satu sampai tiga akan mengikuti Turnamen Antar Akademi.
Ribet, ya? Iya. Malesin, ya? Iya. Nggak guna, ya? Iya.
"Brengseklah..." Aku menggerutu sendiri di antara keramaian orang yang sedang bersemangat.
Selesai itu, semua kembali ke kelas masing-masing.
"Gimana? Udah pada bisa, belum?" Tanyaku dari depan kelas.
"""Siap! Bisa, Pelatih!"""
Lumayan juga bocah-bocah ini. Untuk ukuran makhluk lemah, mereka lumayan cepat belajar.
"Kalo udah, kita lanjut ke tahap berikutnya. Tapi sebelum itu, sana kalian bikin tim sendiri. Pokoknya masing-masing 3 orang. Tulis di kertas, kasih ke aku."
Tak lama, mereka sudah selesai menuliskan tiga tim dari Kelas Z dan memberikannya kepadaku. Sepertinya mereka sudah membentuk tim sendiri sebelum kusuruh. Baguslah. Kerjaanku jadi lebih mudah.
Setelah kulihat kertasnya dan kubaca, jadinya seperti ini...
1. Revon, Logavi, Alexander.
2. Halea, Androa, Anvily.
3. Quinta, Felsy, Fazar.
Sekilas, kulihat sebagian besar dari tim-tim ini berisi mereka-mereka yang memang sudah lumayan dekat dari awal. Namun, setelah kulihat lagi, ternyata susunan tim mereka cukup bagus dan cukup meng-cover segala bidang.
Tim Revon terdiri dari Swordsman yang merupakan vanguard. Lalu Magic Archer yang dapat menyerang dari jauh tapi juga memiliki kelincahan yang cukup baik dan juga bisa berfungsi sebagai rear guard. Terakhir Mage, sebagai main DPS.
Untuk Tim Halea, mereka tidak kalah lengkapnya. Dragoon dapat berfungsi sebagai vanguard dengan naganya, dan juga bisa menyerang dari jarak jauh untuk mengacaukan lawan. Alchemist bisa menjadi support yang bagus, baik dalam hal pertahanan ataupun serangan. Light Mage, tentu saja merupakan support yang terbaik. Bahkan beberapa skill-nya dapat membantu serangan juga.
Tim yang terakhir, Tim Quinta, juga merupakan kombinasi yang brilian. Fighter Knuckle dapat menjadi DPS sekaligus semi-tank. Summoner, jangan ditanya. Kekurangannya hanyalah fisiknya yang lemah. Dengan kemampuannya yang bisa memanggil monster sampai setingkat Common Dragon sangatlah dapat diandalkan untuk memenangkan turnamen antar kroco seperti ini. Dan Rogue tipe Trap akan melengkapi pertahanan mereka. Musuh akan sangat kesulitan jika ingin menembus pertahanan tim ini.
Setelah melihat lebih detil, aku merasa puas dengan keputusan mereka membuat tim dengan racikan seperti ini. Dan dari wajah mereka, aku dapat merasakan antusias yang luar biasa. Tapi, antusias saja tidak cukup, semangat saja tidak cukup. Untuk bisa memastikan kemenangan, mereka harus berlatih mati-matian selama sebulan ke depan sebelum mengikuti turnamen internal akademi. Kalau bisa, dan kalau beruntung, mereka yang mewakili akademi ini.
Namun sekarang saatnya bagi mereka untuk mengucurkan keringat dan darah. Latihan dariku bukan latihan biasa. Latihan dariku akan lebih menegangkan daripada turnamen yang akan kalian ikuti. Lihat saja nanti fufufu...
"Bagus, bagus... Ok, kita lanjutin latihan skill-nya supaya bisa ngebantu kalian di turnamen nanti. Dan kalo udah bisa semua, kita bakal masuk ke tahap yang lebih serius." Aku tak dapat menahan senyuman iblis di wajahku.
***BERSAMBUNG***