J-j-jangan lupa vote dan komentaaaarrr!!!
Uuuu! >_<
____________________________________________
"Yaaak... Cukup sampe di sini. Otak Udang dan Anak Setan, sebenernya kalian mau saling bunuh apa gimana, sih!? Ini latihan! La-ti-han! Bukan pertarungan hidup dan mati, koplak! Hooaaahhhhhm..."
Setelah kontak terakhir antara Revon dan Quinta berhenti, dan setelah debu yang menutupi pandangan lenyap tertiup angin, yang tersisa dari pertarungan antara Revon dan Quinta adalah...
Dua orang sedang mematung sambil menghunuskan senjatanya, mata terbelalak lebar sampai mau lepas dari kantong matanya, rahang menganga sampai jatuh ke kaki, dan wajah pucat tak ada darah.
Di tengah-tengah, antara dua orang tersebut, seseorang sedang mengomeli mereka berdua sambil menguap menahan kantuknya. Satu tangannya mencengkram dua kepalan "lemah" Quinta, tangan satu lagi menahan pedang "mainan" Revon menggunakan jari tengah dan telunjuk.
Seolah-olah serangan dari Quinta dan Revon hanyalah pukulan manja balita. Arka berdiri santai dan mengomeli mereka berdua. Tentunya, omelan Arka tidak masuk ke otak mereka. Mereka masih tercengang. Serangan terkuat mereka hanya ditahan dengan remehnya oleh Pelatih mereka.
Sekuat apa Pelatih ini? Apakah semua Pelatih di akademi sekuat ini? Tidak. Tidak mungkin! Aku yakin, hanya Pelatih Arka yang sekuat ini! Tapi... Apakah Pelatih Syla dan Pelatih Aesa juga sekuat ini? Karena mereka tinggal serumah, mungkin kekuatan mereka tidak jauh berbeda? Biasanya, orang-orang yang hidup bersama adalah orang-orang dari golongan yang sama... Demikian yang berjalan di pikiran Quinta.
Quinta, sejak diselamatkan oleh Lunar Eclipse dari serangan Demihuman terhadap kampungnya yang hanya menyisakan dia dan ibunya sebagai orang yang selamat dan masih hidup, memulai hidup baru dan tinggal bersama Arka dkk. di mansion milik Arka. Ibunya, kini menjadi Maid tanpa meminta gaji sepeserpun di mansion itu atas keinginannya sendiri karena ia dan anaknya sudah diizinkan tinggal dan diberi makanan gratis. Dan Quinta sendiri dikirim untuk sekolah di Knight Academy Arvena atas rekomendasi dari Garen.
Quinta pun masuk Kelas Z bukan karena dia ada hubungannya dengan Lunar Eclipse. Tapi karena dua hal. Yaitu hasil tesnya jauh di atas rata-rata siswa, bahkan setara kekuatan Pelatih biasa di akademi. Dan dia adalah Half-Demon yang merupakan hasil kawin silang antara manusia dan Demon. Karena Half-Demon akan dikucilkan. Pasti dikucilkan. Tapi tidak di Kelas Z. Karena Kepala sekolah mengerti bahwa Arka hanya menilai siswa dari kekuatannya, dan dia tak akan menyia-nyiakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
Quinta yang awalnya pesimis, setelah mengetahui bahwa Arka juga memiliki darah Demon, ia menjadi sedikit senang bercampur kaget. Senang karena ada yang sejenis dengan dirinya. Kaget karena orang itu ternyata adalah Pelatih wali kelasnya. Yaa, walaupun sebenarnya pemikiran itu salah. Karena Arka 100% manusia. Hanya memiliki kekuatan Demon saja.
"P-P-Pelatih Arka!? S-serangan mereka berdua yang sangat kuat itu di-stop gitu aja sama Pelatih!?" Felsy tidak percaya dengan yang dilihatnya. Ia mengusap-ngusap kedua matanya untuk memastikan kalau dia tidak salah lihat. Setelah yakin, ia berkata, "Benar... Itu Pelatih Arka... Pelatiiiiih!!! Ailopyuuuu!!! Pelatih emang numero unooo!!! Kyaaaaa!!!" Felsy bertingkah seperti layaknya fan-girl boyband Korea.
"Hah, bocah centil itu... Jembut aja masih bulu-bulu halus, udah keganjenan." Arka bergumam dengan suara yang sangat kecil. Lalu ia kembali menoleh ke Revon dan Quinta, bergantian. Arka lanjut berkata, "Kalian berdua sama kuat. Nggak ada gunanya maksain diri sampe titik darah penghabisan gini. Utamakan keselamatan kalian. Percuma kuat-kuat kalo cepet mati atau malah cacat. Ngerti?" Lalu Arka mendorong kedua lengan Quinta dan menolak pedang Revon ke samping, tapi tidak terlalu kuat.
"Ba-... Baik, Pelatih!" Revon tersadar dari syok yang dialaminya setelah Arka mendorong pedangnya ke samping. Giginya bergemertak.
"I-i-iya... Pe-Pelatih..." Quinta masih gemetar akibat menyaksikan sedikit saja kekuatan Arka barusan.
Diam-diam, Arka mengeluarkan skill Devil's Glare saat berbicara. Efek Fear yang ditimbulkan oleh skill tersebut membuat setiap patah kata yang diucapkan Arka menjadi menyeramkan. Alhasil, baik Quinta maupun Revon jadi merinding, gemetar, dan berkeringat dingin.
"Dah, ah! Ayo balik ke kelas! Kalian semua!"
Kemudian mereka kembali ke kelas dengan skill Teleportation Gate dari Arka. Dan setelah semua kembali ke tempat duduk masing-masing...
"Summoner Ingusan, kamu duduk sana aja. Anak Setan, kamu di samping Anvi."
Arka memanggil siswa-siswanya dengan sebutan ngasal. Sebenarnya, ia hanya memanggil berdasarkan ciri khas mereka. Karena dia lupa nama mereka masing-masing. Dasar memang wali kelas tolol. Hanya Anvily yang dipanggil dengan namanya. Ya, karena hanya Anvi yang ia ingat namanya, berhubung Anvi adalah reinkarnator yang kebetulan berasal dari dunia dan negara yang sama dengannya.
"Bodo amat lah! Bacot banget lu, Author! Ehem... Hmm... Lah? Eh, tadi aku mau ngomong apa sih ke kalian sebelum ngadu Anak Setan dengan Otak Udang? Malah lupa gegara Author kentut."
"Pelatih mau mengajari kami sebuah skill." Halea menjawab Arka. Siswa yang lain juga lupa karena teralihkan oleh pertarungan Revon dan Quinta. Tapi Halea selalu serius, jadi dia yang paling menyerap apa yang dilihat dan didengarnya. Dia begitu karena ambisi yang harus digapainya sangat besar. Yaitu menjadi Dragoon terkuat di kerajaannya.
"Oh, ya, bagus kamu inget. Haha. Jadiii... Aku mau ngajarin kalian skill ini."
Arka langsung mencontohkan skill tersebut.
Dark magic keluar dari tubuhnya, lalu menyelimuti seluruh permukaan tubuhnya. Lapisan hitam semi-transparan yang sangat tipis kini sudah membalut tubuhnya. Siluet tubuhnya menjadi semakin tegas seperti garis-garis yang dilukis lebih tebal. Membuat sosoknya terlihat lebih kuat dan agung.
"Mana Sheath. Skill ini, adalah skill yang membuat energi magic yang ada di dalam tubuh kalian menjadi buff bagi diri kalian. Energi magic itu ngisi celah-celah di antara sel-sel tubuh kalian, membikin konstitusi tubuh kalian jadi meningkat pesat. Jadinya defense natural tubuh kalian bakal meningkat juga. Selain itu, energi magic tersebut juga bisa ngasih support ke serat-serat otot kalian yang bisa ningkatin kekuatan dan kecepatan kalian. Kalo kalian udah bener-bener nguasain skill ini, kekuatan fisik kalian pasti bakal nambah jadi berkali-kali lipatnya, tergantung sampai dimana kemampuan kalian buat ngontrol aliran energi magic tersebut." Lalu Arka menonaktifkan skill tersebut.
Arka mulai menjelaskan dengan sedetil mungkin yang ia mampu. Semua siswa fokus mendengarkan sambil memperhatikan Arka.
Sebenarnya, dasar dari skill tersebut adalah Darkness Enhancement. Tapi Arka mengeneralisasikan penggunaannya tidak hanya terbatas pada dark magic saja. Tapi juga ke semua elemen lain. Arka sudah bereksperimen dengan Syla dan Aesa. Setelah beberapa jam berlatih, akhirnya mereka berdua bisa menguasainya. Tapi masih perlu latihan lebih lama untuk dapat mempertahankan,
"Nah, tahap pertama yang harus kalian kuasai adalah, ngeluarin energi magic yang ada di dalam tubuh kalian ke sekitar tubuh kalian masing-masing. Untuk gimana detilnya, aku juga bingung jelasinnya. Coba kalian usahain dulu sendiri. Kayak gini, nih..."
*Fuwosh!*
Arka mengeluarkan dark magic dari dalam tubuhnya. Api hitam yang berkobar menyelubungi tubuhnya. Seperti orang yang dibakat setelah disiram bensin di sekujur tubuhnya. Ukuran kobaran dark magic itu begitu besar, begitu menakjubkan.
"Ups." Arka langsung menghentikan itu. Padahal ia sudah berusaha menahan energi dark magic yang keluar agar menjadi seminimal mungkin, tapi tetap saja masih terlalu besar yang dikeluarkan. Lalu Arka kembali berbicara sambil menunjuk Fazar, "Sekarang coba kamu, Summoner Ingusan. Kayaknya magic-mu lumayan besar."
"Ha? B-baik, Pelatih... Akan saya coba. Hugggggghhh..." Fazar berkonsentrasi penuh. Mencoba mengalirkan energi magic di dalam tubuhnya keluar.
Setelah beberapa detik, mulai muncul cahaya reduh keunguan di beberapa area kecil di tubuhnya.
Oh, ternyata summon magic itu warnanya ungu... Pikir Arka.
Fazar masih berusaha keras. Perlahan, sedikit demi sedikit, seluruh tubuhnya mulai tertutup oleh kabut magic tipisĀ berwarna ungu yang nyaris tak terlihat.
"Ugggg... Ghahh! Hah... Hah... Hah..." Fazar kelelahan setelah berusaha keras mengeluarkan energi magic dari dalam tubuhnya selama sekitar lima belas menit. Dia tidak menyangka, sekedar melepaskan energi magic dari dalam tubuhnya untuk keluar bisa semelelahkan ini. Berbeda sekali dengan ketika ia melakukan summon magic.
"Ha? Udah? Gitu aja? Hahahaha dasar bodoh..." Arka, bukannya menyemangati siswanya, malah mengejek sepuas udelnya.
"Ggh... M-maaf, Pelatih... Mohon bimbingannya..." Menahan rasa kesal, Fazar berusaha menerima hal tersebut sebagai cambukan agar dirinya memiliki dorongan untuk terus berlatih.
"Okelah kalo gitu. Kayaknya ini nggak bakal gampang. Jadi, hari ini kalian semua harus bisa ngontrol energi magic kalian seperti yang udah kucontohin tadi, ya... Besok kita lanjutin tahap berikutnya. Inget, ya... Bukan masalah seberapa besar energi magic yang bisa kalian keluarkan, tapi sebaik apa kalian bisa ngendaliinnya. Aku pergi dulu. Bye.... Oh, iya. Summoner Ingusan, habis semua kegiatan akademi selesai, kamu ke mansionku. Anak Setan, tunjukin dia jalannya. Bye beneran."
Arka memang sombong dan angkuh. Karena prinsip hidup yang dipegangnya selama hidup di dunia baru ini adalah orang hebat harus sombong, orang kaya harus sombong. Kalaupun terpaksa merendah, maka harus merendah untuk kemudian meroket setinggi langit.
Arka pergi meninggalkan kelas. Para siswa bingung dengan kata-kata terakhir dari Arka. Quinta yang menunjukkan jalan ke mansionnya? Apakah Quinta kenalan Arka? Atau keluarga Arka? Kalau kenalan, bisa jadi memang Quinta tahu arah menuju mansion Arka. Kalau keluarga, bisa juga terjadi, karena mereka berdua sama-sama memiliki darah Demon. Tapi, kenapa Arka memanggil Quinta dengan sebutan Anak Setan? Seperti orang yang tidak saling mengenal.
Mereka kebingungan dan kesulitan untuk menyambungkan benang merah antara Arka dan Quinta. Dan ketika ditanya ke Quinta, ia pun tidak mau buka mulut, entah kenapa. Akhirnya, masalah ini ditangguhkan dahulu, karena mereka harus berlatih.
***
"Kepala Akademi, bagaimana dengan program yang sudah kita rencanakan bersama Magic Academy Syndas dari Kerajaan Elysium dan War Academy Ganalt dari Kerajaan Goliath?"
"Ya, aku dan kedua Kepala Akademi itu sudah menyepakati bahwa dalam kurun waktu 60 hari lagi, kita akan menyelenggarakan acara tersebut di sini, di Kota Arvena."
"Luar biasa, Kepala Akademi! Saya tak menyangka kalau akademi kita dapat menyelenggarakan acara sebesar ini untuk pertama kalinya di Benua Erith!"
"Hahaha... Ini sudah menjadi salah satu rencana saya semenjak pertama kali saya diangkat sebagai Kepala Knight Academi Arvena. Dan sudah hampir setahun kami membahas masalah ini melalui banyak sekali pertemuan-pertemuan. Karena dengan adanya acara ini, gengsi KAA akan lebih cepat meningkat, terlepas dari kalah ataupun menang. Apalagi jika siswa kita berhasil memenangkannya. Selain itu, kita juga dapat membakar api semangat siswa-siswa kita untuk dapat terus berkembang untuk bersaing. Bahkan, untuk ke depannya, kami sudah merencanakan kegiatan seperti ini agar diselenggarakan setiap satu atau dua tahun sekali."
"Saya sebagai wakil anda akan selalu mendukung anda, Kepala Akademi!"
"Haha... Mohon bantuannya, Wakil Kepala Akademi... Besok pagi, kumpulkan semua siswa dan beritahukan tentang hal ini kepada mereka. Karena saya harus menghadiri pertemuan untuk membahas kembali tentang teknis pelaksanaannya, saya mohon bantuan anda, Wakil Kepala Akademi..."
"Serahkan kepada saya, Kepala Akademi..."
***BERSAMBUNG***