Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 127 - Chapter 39

Chapter 127 - Chapter 39

Hai.

Udah gitu aja.

____________________________________________

*DEBUM!*

*DAARR!*

*PRAK!*

*JEDERR!*

*PENG PENG!*

*TANG!*

"HEYAAAAAAAAHHHH!!!"

"HAAAAAAAAAHH!!!"

Baik Revon maupun Quinta sudah tidak lagi menahan diri. Mereka sudah dalam mode super serius saat ini. Dan... Senyum simpul menghiasi wajah mereka.

Sebelumnya, Revon hanya mengerahkan sepersekian dari seluruh kekuatannya untuk menghadapi Quinta. Meskipun Quinta terlihat rapuh dari luar, tapi Revon tidak boleh lengah. Karena ia tahu, semua siswa di Kelas Z bukanlah siswa biasa. Mereka pasti memiliki kelebihan yang tidak bisa ditangani oleh Pelatih biasa. Untuk mencari tahu apa kelebihan Quinta, maka Revon berniat untuk mengungkap seluruh kekuatan Quinta sedikit demi sedikit.

Dan sebelumnya, Quinta masih segan untuk bertarung. Quinta baru saja masuk hari ini dan baru memperkenalkan diri dengan seluruh siswa di Kelas Z. Tidak pernah terduga olehnya kalau ia harus bertarung melawan salah satu teman sekelasnya di hari pertama ia masuk akademi.

Di awal, mereka berdua masih menahan diri. Mereka tidak berniat untuk memperlihatkan kekuatan mereka yang sesungguhnya. Namun lambat laun, seiring bergulirnya pertarungan, sedikit demi sedikit mereka mengeluarkan kemampuan mereka yang sesungguhnya. Revon dengan pengalaman bertarungnya yang cukup banyak, Quinta dengan latihan kerasnya bersama mantan Petualang Plat Diamond, yaitu almarhum Kakek Guryu.

Seimbang.

Adalah satu kata yang dapat mendeskripsikan pertarungan kedua siswa ini. Semakin lama, semakin keras, dan semakin dahsyat kerusakan yang mereka timbulkan pada area di sekitar mereka. Pertarungan ini tak lagi dapat disebut sebagai latihan para siswa. Pertarungan ini lebih mendekati pertarungan hidup dan mati. Hanya minus "mati" saja.

Jual beli serangan terus terjadi tanpa putus. Namun sampai saat ini, masih belum ada salah satu dari mereka yang terlihat lebih mendominasi. Revon dengan kekuatan serang dan jarak serang yang lebih baik daripada Quinta. Quinta dengan kecepatan serang dan teknik memperkuat daya pertahanan yang satu tingkat di atas Revon.

*ZUDONG!*

Revon kembali menangkis serangan Quinta, tapi segera melancarkan serangan balasan yang sangat kuat kepada Quinta.

Revon juga mendapat pelatihan dari orangtuanya untuk bertarung. Tapi pelatihan yang diberikan oleh orangtuanya bukanlah yang bersifat teknik tingkat tinggi. Pelatihan yang didapat Revon lebih bersifat pengalaman bertarung. Ia sudah banyak pengalaman bertarung melawan monster-monster dengan arahan dari orangtuanya.

Di sisi lain, Quinta juga tak kalah. Karena Quinta dilatih oleh orang yang sangat berpengalaman. Meskipun Quinta sangat jarang bertarung dengan monster, tapi ia mendapatkan berbagai ilmu untuk bertarung dengan monster dari almarhum Kakek Guryu. Secara tidak langsung, Quinta juga mendapatkan pengalaman bertarung yang banyak.

"Nggak bisa. Kalau gini terus, namanya pertarungan antar stamina... Dan bisa-bisa jadi seri, nggak ada yang menang atau kalah. Berarti aku harus segera ngalahin cewek ini! Menang, atau tidak sama sekali!" Revon bebicara di dalam hati sambil terus meladeni Quinta.

"Terima ini! Ground Split!" Teriak Revon, mengayunkan pedang yang telah diimbuhkan energi magic dari atas ke bawah dan tertancap ke bawah. Skill tersebut membuat retakan di tanah yang kemudian pecah dan terbelah. Patahan yang sangat dalam terbentuk di depan Revon. Quinta hanya bisa melompat mundur untuk menghindarinya.

Setelah selesai melancarkan serangan balik dan membuat Quinta terpaksa melompat mundur beberapa meter, Revon berusaha mengakhiri pertarungan ini dengan serangannya yang berikutnya.

"God Judgement Thrust!"

Dorongan magis atas tubuh Revon, ditambah dorongan mekanik dari kedua kakinya, membuat Revon terlontar bagai peluru yang melesat cepat ke arah Quinta. Kedua tangannya menjulurkan greatsword yang ujungnya menatap tajam ke kedua mata Quinta.

Quinta mengetahui dari energi yang dikeluarkan oleh Revon, bahwa ini adalah serangan yang sangat kuat. Untuk itu, Quinta pun bersiap untuk menangkis sekaligus menyerang Revon. Karena skill yang akan digunakannya mampu menembus pelindung fisik apapun. Maka ketika Revon sedang meluncur di udara ke arahnya, Quinta langsung sigap memberikan counterattack.

"Energy Burst!"

Adalah skill tingkat atas milik Fighter yang menggunakan Qi intensitas tinggi dan menembakkannya ke arah lawannya dari jarak jauh. Semakin besar Qi yang digunakan, semakin kuat dan semakin jauh tembakannya. Tembakan Qi sebesar kepalan tangannya meninggalkan sinar lurus di belakangnya.

Gelombang sinar energi Qi pun melesat ke arah Revon. Bagai dua peluru yang akan bertabrakan sesaat lagi, tak tampak tanda-tanda bahwa Revon akan menghindarinya. Hingga beberapa centimeter sebelum Energy Burst menghantam Revon, tiba-tiba arah terbang Revon berubah.

*DAARR!!!*

Energy Burst melesat 1 centimeter dari dada Revon, menyusuri sepanjang tubuh Revon tanpa melukainya, dan menabrak batu yang berada jauh di belakang Revon. Menghasilkan ledakan yang besar.

"Hah! SWORD WRATH!!!"

God Judgement Thrust belum selesai, di tengah jalan Revon mengeluarkan skill lain yang tak kalah kuatnya. Menghindari Energy Burst Quinta sekaligus memulai serangan ke arah Quinta. Energi magic mendorong tubuhnya yang meluncur bagai peluru tadi, bergerak secara tak terduga ke arah atas. Sampai pada jarak 2 meter di atas Quinta, Revon mengirimkan puluhan tebasan yang melontarkan energi magic, menghujani gadis Half-Demon yang saat ini terlihat sedang sangat mudah terkena serangan.

*Shush shush shush shush shush shush...* Energi tebasan beruntun mulai menghujani Quinta tanpa rasa belas kasihan.

Menghadapi itu, Quinta tidak buang-buang energi untuk bersusah payah menghindar. Quinta memang sedikit terkejut melihatnya bisa bergerak secepat itu untuk menghindari Energy Burst saat Revon masih berada di udara dalam kecepatan tinggi. Tapi Quinta sudah terbiasa menghadapi serangan tipuan ataupun serangan dadakan seperti ini. Terima kasih kepada almarhum Kakek Guryu yang sudah melatihnya dengan baik. Sehingga Quinta dapat segera membawa ketenangan ke dalam dirinya dan merespon serangan Revon dengan serangan lain.

"Shattering Palm!" Quinta mendorong telapak tangan kanannya ke arah Revon. Qi yang sangat besar terlontar ke arah Revon dari telapak tangan Quinta, menyambut skill Sword Wrath milik Revon tanpa gentar. Ledakan Qi yang meliputi area kerucut melebar pun menghadang tebasan-tebasan magic elemen netral yang dihasilkan dari greatsword Revon.

*Darr darr darr darr dar!*

"SHINING RAY SLASH!!!*

Revon mengakhiri combo dengan kembali menggunakan Shining Ray Slash ke arah Quinta. Di pikirannya hanya ada kata "kalahkan". Dia tak lagi mengkhawatirkan apa yang terjadi bila serangannya mengenai Quinta dari jarak sedekat itu. Dengan kekuatan yang lebih intens, greatswordnya bersinar sangat terang. Panjangnya bertambah menjadi hanya 3 meter, kurang dari separoh dibandingkan skill yang sama sebelumnya, namun kepadatan energi magic netral yang dikumpulkan jauh lebih tinggi!

Apakah Quinta takut?

Tidak! Tatapan mata Quinta berubah dari yang awalnya terlihat lembut dan pemalu, menjadi tajam, dingin, dan membawa hawa kematian. Ia menarik telapak tangan kanannya ke pinggang, sekaligus telapak tangan kirinya ke pinggang sebelahnya. Lalu Quinta mengepalkan kedua telapak tangannya, mengumpulkan Qi sebesar-besarnya dan secepat mungkin kepada kedua kepalan tangannya.

Sesaat kemudian, sebelum tebasan greatsword Revon turun mengenainya, Quinta melontarkan Energy Burst yang lebih kuat. Namun kali ini tidak hanya dari satu tangan, melainkan dua tangan sekaligus!

"DOUBLE ENERGY BURST!!!" Teriak Quinta sambil menembakkan Qi ke arah Revon.

Baik tatapan mata Revon maupun tatapan mata Quinta, tak lagi mencerminkan tatapan mata seorang siswa akademi. Tatapan mata mereka berdua adalah tatapan petarung sejati yang tak mengenal kata "kalah" dalam setiap pertarungannya. Tatapan yang membawa kengerian bagi orang-orang yang melihatnya. Tatapan penuh keyakinan bahwa ia akan memenangkan pertarungan ini. Tatapan yang berbicara bahwa ia akan menghancurkan lawannya.

Pada akhirnya, dua energi besar tersebut beradu! Serangan terkuat Revon dan serangan terkuat Quinta! Serangan ini, akan menentukan siapa yang akan menang! Penentuan siapa yang lebih kuat daripada siapa!

Dan akhirnya...

*BLEGAAAAARRRRRRR!!!*

Ledakan besar terjadi. Debu, tanah, pasir, batu, semua berhamburan. Bagai ledakan bom atom, menghasilkan radiasi gelombang yang sangat kuat ke sekelilingnya. Bahkan dapat dirasakan juga oleh para siswa yang menonton dari kejauhan.

***

Rok Felsy, Halea, dan Anvily tertiup angin kencang. Rumbai-rumbai itu berkibar hebat. Sepotong kain di balik rok mereka pun terumbar. Ada yang garis-garis berwarna putih dan pink, ada yang putih mengkilat dari bahan sutera, dan... Dan ada yang bermotif beruang madu.

Ahh... Beruang madu itu tahu sekali dimana tempat mencari madu yang paling lezat.

"Kyaaaa!" Anvily berteriak sambil berusaha menutup bagian depan roknya dengan kedua tangan. Namun usaha itu sia-sia, karena bagian bokongnya masih terpampang jelas. Kulit mulus dan kenyal di pangkal pahanya, dan juga sebagian kecil sisi samping dari bokongnya, telah menjadi santapan lezat bagi seluruh siswa laki-laki yang berada di sekitar mereka.

Sementara, Halea berdiri tegak sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya. Fokus melihat pertarungan di depan. Halea terlihat agung. Dia tak mempedulikan celana dalam sutera yang dikenakannya menjadi tontonan.

Lalu, setelah tiupan angin akibat ledakan energi tersebut reda...

*Sorrr...* Darah mengalir dari lubang hidung para siswa laki-laki. Kecuali Androa. Karena Androa hanya tertarik pada sesama Dwarf.

"Ha?" Halea menoleh ke samping kanan dan kirinya, melihat teman-teman sekelasnya yang laki-laki sedang mimisan, memasang wajah bingung. Lalu ia bertanya, "Kenapa kalian mimisan?"

Serentak, semua siswa laki-laki yang mimisan langsung menutup hidung mereka dengan kedua tangan.

Felsy, mengerti akan yang sedang terjadi, memiliki ide iseng brilian.

"Hey, hey... Cowok-cowok..." Ujar Felsy.

Semua siswa laki-laki di sekitarnya langsung menoleh ke arah Felsy.

Tak diduga, Felsy langsung berpose. Ia memindahkan kaki kirinya ke depan, lalu sedikit membungkuk. Tangan kirinya diletakkan di atas lutut kiri, menopang tubuhnya. Lalu tangan kanannya meraih ujung rok miliknya di bagian belakang, menjepitnya dengan jari telunjuk dan jempol.

Para siswa laki-laki, melihat pose itu, jadi semakin penasaran tentang apa yang akan dilakukan Felsy selanjutnya.

Mendadak, Felsy mengangkat ujung roknya hingga memperlihatkan celana dalam bermotif beruang madu di bagian bokongnya. Kain yang tipis itu mengetat karena Felsy agak membungkuk. Bentuk bulat dan kencang pada bokongnya berbayang cukup jelas.

"""BERUANG MADUUU!!!""" Semua siswa laki-laki selain Androa berteriak serentak.

*Jrossh!*

Mimisan yang mereka tahan dari tadi pun, akhirnya menyembur dan muncrat keluar dengan tekanan tinggi. Setelah banyak darah keluar dari hidung mereka, tenaga mereka pun lenyap. Mereka jatuh terbaring di tempat. Darah masih terus mengalir di hidung mereka. Tapi satu hal yang agak aneh.

Mereka semua, meski sudah tergeletak terkapar tak berdaya lagi, tapi mereka masih tersenyum. Nyengir. Sepertinya, saat ini mereka sudah ikhlas dan tak ada lagi penyesalan dalam hidup mereka meskipun nyawa mereka dicabut sekarang juga.

Di sisi lain, Halea tetap fokus pada pertarungan Revon melawan Quinta. Dia sama sekali tak mempedulikan hal sepele seperti itu. Bagi seorang prajurit, telanjang di medan perang pun tidak masalah asalkan dapat memberikan kemenangan bagi kerajaannya.

"Siapa yang menang?" Halea bergumam dengan suara pelan namun masih terdengar oleh orang-orang di sekitarnya.

***BERSAMBUNG***