Eit eiittt! Bocah di bawah usia 18 tahun jangan baca, yaa! Silahkan kalian skip ke chapter berikutnya. Melewatkan chapter hentai ini tidak akan kehilangan info penting apapun untuk kelanjutan ceritanya.
Dan bagi yang sedang berpuasa, silahkan dibaca setelah berbuka.
Well, happy hentai time!
____________________________________________
Selesai urusan Geodam, selesai diskusi dengan Demihuman, akhirnya aku bisa beristirahat...
Badanku tidak lelah sama sekali. Tetapi otakku sudah mengencer seperti bubur sumsum yang diaduk dengan air gula aren. Aku tidak biasa berpikir keras untuk mencari solusi dari permasalahan berat seperti ini... Stressssssss!
Tapi, setelah mandi air hangat di Desa Kardia, stres di kepalaku berkurang drastis. Aliran dopamin dan serotonin di otakku sudah membuatku rileks. Apalagi Syla dan Ren menemaniku mandi. Haha! Kalian para jomblo ngenes miskin hanya bisa bermimpi untuk mandi bersama dua wanita cantik seperti yang sedang kulakukan! Fuhahahaha!
Kini, masih terbalut handuk, dan tubuhku masih mengeluarkan sedikit uap setelah mandi air hangat barusan, aku menjatuhkan tubuhku di kasur yang... Tidak empuk. Ah, aku tidak bisa protes. Karena Desa ini masih tergolong sangat primitif. Mungkin isi kasurnya adalah rambut dan bulu dari monster yang sudah sedikit dipadatkan? Rasanya seperti tidur di atas kasur kapuk tua yang sudah tidak lunak sama sekali.
Hmm... Mungkin mulai besok aku harus meminta Garen untuk mengatur produksi kasur baru bagi seluruh penghuni Desa Kardia. Pastinya, dengan bahan yang lebih empuk. Sementara ini, aku tidur di sini saja. Setidaknya lebih baik daripada hanya tidur di atas papan kayu atau di atas tanah keras.
Perlahan, tubuhku yang sedang terbaring di atas kasur ini mulai merenggang. Otot dan sendiku mulai terasa lemas dan santai lagi. Dan perlahan, pandanganku semakin sempit, semakin sempit, dan mulai kabur. Aku mengantuk sekali.
*Jegrek...*
Sesaat sebelum terlelap, tiba-tiba kudengar suara pintu dibuka. Ahh... Aku tidak kuat untuk membuka mata. Kalau tebakanku, paling itu Syla atau Ren yang masuk. Tadi aku meninggalkan mereka di kamar mandi karena aku ingin segera berbaring di kasur.
"Arkaaaaa~"
Nah, benar. Itu suara Ren. Tapi nadanya kenapa sedikit menggoda, ya?
"Arkaaaaa!"
Rupanya Syla juga masuk... Tapi aku tak kuat lagi untuk membuka mat--
*Brukkk!*
*Boink!*
"Ghufffffbbbbffff!" Salah satu dari mereka melompat ke arahku dan langsung menindihku! Wajahku... Wajahku tertutup rapat oleh sesuatu yang boink-boink! Ah! Apa ini!? Susu!?
Gawat. Tiba-tiba aku teringat kata-kata Syla yang haus sperma saat aku menyerang Geodam sebelumnya!
Arkaaa! Aku juga mau digituin!
Saat aku menembakkan Demonic Canon ke selangkangan Geodam.
Jangan-jangan... Ini...
"Ubbbfffff!!! Phaaahhh! Aku nggak bisa napaaaasss!" Akhirnya, wajahku terlepas dari pelukan dua buah payudara besar milik Syla setelah berusaha keras.
Syla menindihku dan memeluk kepalaku erat-erat di antara dua melon masif miliknya. Dan tak lama setelah aku melepaskan pelukannya agar dapat bernafas, Syla langsung duduk di atas perutku. Lalu...
"Cuppp! Mmmmhhhh..."
Syla mencium bibirku. Dia mencipok aku yang masih berusaha menghirup oksigen setelah sekian lama menahan nafas di payudaranya.
Aku pasrah. Kulemaskan otot-otot rahangku sehingga mulutku jadi mudah untuk dibuka oleh lidah mungil dan basah milik Syla.
"Mmmfffhhh..." Aku tidak bisa berbicara. Syla dengan buas membungkam mulutku dengan bibirnya. Lidahnya menari-nari di dalam mulutku.
Lidah yang centil itu, melilit lidahku yang hanya diam pasrah menerima apapun yang terjadi. Seluruh rongga mulutku dijilatinya. Bagian bawah lidahku, langit-langit mulutku, pipi bagian dalam, dan setiap celah gigi dan gusiku... Tak ada satu milimeter pun yang luput dari gesekan geli nan berlendir lidah Syla.
Aku... Ahhh... Aku menikmati ini...
Namun kemudian, aku merasakan hal lain sedang terjadi di setengah tubuh bagian bawahku.
Dua buah tangan mungil mencengkram pergelangan kakiku! Itu pasti Ren!
Sepasang tangan mungil itu mengelus kakiku, dari pergelangan kaki menuju bagian sisi betisku. Jemari mungil itu terus mengelus dan bergerak semakin ke atas. Hingga menyusup masuk ke balik handuk yang masih terlilit di pinggulku.
Ren menggerayangi kedua pahaku! Wah! Geliiii! Aku ingin menggeliat, ingin meronta, tapi tubuhku tak dapat kukontrol. Rangsangan rasa geli dari sentuhan jemari Ren terhadap pahaku, secara magis mengalir ke otakku dan diinterpretasikan sebagai rangsangan erotis. Salah, otak! Itu geli! Itu bukan erotis! Itu geli, tapi nikmat... Ah, otakku sudah mulai tidak sinkron.
Dan yang lebih buruk lagi, rangsangan yang telah mencapai otakku ini, langsung dikirim kembali ke selangkanganku! Hercules Junior berdesir dan mulai berdenyut! Tak lama, penisku pun berdiri kokoh di balik handuk yang kukenakan.
Apakah Ren berhenti di situ? Naif... Ren tidak akan berhenti menyiksaku hanya sampai di situ. Jemarinya terus bergerak semakin dalam di balik handukku. Hingga mencapai selangkanganku. Dan sesaat kemudian, AH!!!
Apa yang kamu lakukan, Ren! Jangan... Itu! Terlalu! Geli!
Ujung-ujung jemari mungil yang lentik itu menggaruk skrotumku dengan lembut dan halus. Ujung kukunya mengampelas kerutan-kerutan di skrotumku! Menggelinjang aku dibuatnya!
"Mmmffffhhhh!!!" Tapi mulutku masih disumpal oleh kriminal pemerkosaku yang pertama. Aku tidak bisa mengungkapkan komplenku.
Ren, si kriminal pemerkosaku yang kedua, terus menggerus kulit skrotumku. Setiap kali ia gesekkan ujung jarinya di kulit skrotumku, setiap itu pula penisku mengejang. Saking gelinya. Saking nikmatnya.
Setelah beberapa menit membuat sekujur tubuhku kejang-kendor, Ren melanjutkan ke tahap selanjutnya. Ini yang sudah kuantisipasi dari awal. Tapi, ini pula yang paling membuatku semakin gila!
Ren merapatkan kesepuluh ujung jarinya dan memposisikannya melingkar di pangkal penisku. Perlahan, dengan halus, ia menggesekkan ujung jemarinya dari pangkal penisku, menuju ujungnya.
"Mmmmffffff!!!" Eranganku sama sekali tidak berbunyi seperti erangan. Hanya seperti sandera yang berusaha berteriak saat mulutnya sedang dibekap.
Gesekan ujung jemari Ren memberi rangsangat di seluruh permukaan kulit batang penisku. Dan ketika jemarinya sudah mendekati kepala penisku, aku sangat menantikan nikmatnya elusan pada daerah itu.
Tapi Ren jahat. Dia berhenti ketika hampir mencapai kepala penisku. Dia sengaja ingin menyiksaku dan membuat agar aku memohon-mohon kepadanya. Dia tahu persis bahwa aku sudah menunggu momen dimana ujung jemari tangannya mengelus kepala penisku. Kesal! Jujur, aku kesal!
Tapi dia langsung menggerakkan ujung jemarinya menuju pangkal penisku lagi. Aku kembali merasakan geli yang berdenyut di penisku. Ahhh... Ternyata, Ren tidak sejahat itu. Maafkan aku sudah meragukanmu, Ren...
Sementara Syla semakin liar mencipokku, Ren melanjutkan gerakannya berulang kali. Naik, turun, naik, turun. Alur rangsangannya memang seperti sedang melakukan onani. Tapi jenis rangsangannya sungguh berbeda. Lebih tajam, lebih terfokus, dan lebih nikmat! Kalau begini terus, aku bisa keluar!
"Arka... Ren buka handuknya, yah... Nggak keliatan Hercules Junior-nya Arka kalo gini... Ren mau liat titit Arka yang perkasa ini..."
"Umfh..."
Aaa imutnya suara Ren! Ren tidak pernah berbicara dengan nada seimut ini kalau bukan di ranjang...
Untuk beberapa saat, aku masih merasakan rangsangan yang sama. Tapi tidak lama. Karena kemudian, sesuatu yang basah, licin, dan hangat mulai membalut penisku!
"Nggghhh!" Aku mengerang lagi. Penisku terasa seperti dielus, diremas, dan disedot sekaligus!
Ren mengulum penisku? Ahhh... Nikmatnyaaa...
Ren memang hebat. Teknik yang digunakannya dalam melakukan blowjob sangat tidak datar. Setiap ujung penisku keluar dan menempel di bagian depan bibirnya, Ren menambahkan jilatan yang bervariasi. Kadang jilatannya mengitari sekeliling kepala penisku, kadang jilatannya mengusap garis lubang penisku, menimbulkan sedikit rasa ngilu yang nikmat!
Bahkan, terkadang lidahnya seperti berusaha menyeruak masuk ke dalam lubang penisku! Waaa! Gila gila gila aku gilaaa!
Sesekali Ren menghisap lubang penisku, memaksa lendir bening yang ada di dalamnya untuk keluar. Lalu ia menelannya, dan kembali melanjutkan kulumannya.
Setelah beberapa menit menikmatinya, dan aku merasakan penisku mulai terasa sesak karena mendekati orgasmeku, Syla melepaskan cipokannya.
Perubahan mendadak ini, membuatku tidak jadi mencapai klimaks.
"Mmmaahh..." Syla mengeluarkan suara ketika melepas cipokannya, lalu ia mulai berbicara. "Arka... Vagina Syla, rasanya geli dan becek banget... Arka mau nyobain?"
"Um..." Aku mengangguk.
Kemudian Syla mengangkat bokong telanjangnya dari perutku, dan menyodorkannya ke hadapan wajahku.
Sekilas kulihat ke arah perutku, bagian dimana Syla duduk sebelumnya, di sana sudah benar-benar berlumuran lendir. Kuintip belahan vagina Syla, ternyata lendir vaginanya sudah meluber dan menetes ke kedua pahanya.
Wanita ini... Dia memang benar-benar sedang birahi...
Kemudian, sebuah aroma yang familiar melintas di indera penciumanku. Aroma familiar yang sangat khas. Tanpa melihat pun, aku sudah tahu aroma apa ini.
Ya, aroma vagina yang fresh! Sedikit bercampur keringat membuatnya semakin menggiurkan!
"Selamat makaaan! Haaamm!" Ucapku, lalu mulai melahap vulva Syla.
"Unggh... Iyahhh... Enak banget! Arkaa... Lidah Arka menjilati seluruh lipatan di vulva Syla! Kyihhh... Iiihh... Uuuhh..."
Syla mulai meracau ketika kemaluannya kulumat. Lendir dari vagina Syla terasa sangat gurih dan sedikit asin di lidahku. Semakin kujilati, semakin aku bernafsu untuk memakan semuanya.
Syla sudah mencukur bersih semua rambut kemaluannya. Aku dapat melihat dengan jelas seluruh permukaan kulit eksotis di pubis dan selangkangannya. Bahkan, dari jarak sedekat ini, aku dapat melihat pori-porinya beserta keringat yang mengembun di area selangkangannya.
Aroma vagina yang terhirup, ditambah rasa gurih yang kukecap, membuat pikiranku semakin tidak terkontrol lagi. Belum lagi penisku yang sedang berada di bawah kuasa Ren, yang dari tadi tidak henti-hentinya memberikan setruman pada sekujur tubuhku.
Kedua tanganku secara otomatis mencengkram, meremas, dan sedikit mencakar bokong Syla yang bulat dan kenyal.
Tapi, lama-lama aku jadi gregetan. Aku tidak biasa didominasi seperti ini. Aku adalah Arkanava Kardia. Arkanava Kardia harus mendominasi!
"Syla..." Kulepas jilatanku pada vulva Syla. Lalu aku berkata, "Aku mau ngebales Ren dulu. Kamu bantuin, ya..."
Syla tersenyum. Dia mengerti maksudku. Syla pun langsung turun dari atas tubuhku, memposisikan dirinya di samping Ren yang masih asyik bermain-main dengan lolipop daging di bawah sana.
Perlahan aku bangkit. Kupegang kedua bahu Ren. Diapun berhenti mengulum penisku dan mulai menatapku.
"Ren," aku tersenyum dengan tatapan penuh misteri kepada Ren. "Sekarang giliranku." Dengan nada sedikit dingin dan tatapan tajam menembus kornea mata Renia Misha, kudorong bahunya hingga ia terbaring telentang. Ren hanya diam dan mengikuti gerakanku.
Baik Ren maupun Syla, sudah melepas handuk yang membalut tubuhnya sejak awal. Itu mempermudah tugasku. Dua porsi daging mentah segar sudah dihidangkan di hadapanku. Tinggal kuberikan sedikit percikan api agar keduanya siap untuk kusantap. Rare Sirloin Steak dengan saus lendir putih adalah yang terbaik!
Pertama, kupastikan dulu vagina Ren sudah siap untuk dipanggang. Tombol berwarna pink di ujung vulvanya, kuelus dengan jempol tanganku.
Di luar dugaanku, ternyata cairan lendir cinta Ren sudah membuat seluruh vulvanya basah kuyup. Padahal, dari awal aku belum menyentuhnya. Ternyata, dengan dia merangsang penisku, dia juga ikut terangsang sampai pada taraf sebecek ini.
"Ren, kali ini aku bakal bales nyiksa kamu. Aku bakal bikin kamu lemes. Aku bakal bikin kamu nggak kuat bangun lagi sampe pagi. Dan vagina mungilmu itu, bakal kubikin dia menganga dan menjerit mohon ampunan dariku..."
"A-Arka... Jangan ngomong gitu, aku jadi malu ih... Ayo, sayang... Nikmati tubuhku... Seluruh tubuhku hanya milik Ar--AAHHH!!"
Aku tak membiarkan Ren menyelesaikan kalimatnya. Penisku yang sudah berdenyut ngilu, langsung kuhujamkan ke dalam vagina mungil yang sudah mengangkang dan terkuat isinya.
*Blesss...*
"Uhhh... Ren... Kamu udah nafsu banget, ya? Kamu udah pengen penisku dari tadi, ya? Kok bisa sih vaginamu sebecek ini? Padahal kan belum aku apa-apain..."
Aku mencandai Ren sambil mulai menyodok vagina mungil Ren yang terasa geli dan ngilu di penisku.
"Ahh... Arka... Jangan ngejek aku... Aku udah horny dari tadi... Terus... Uuu... Teruuss... Masukin penismu sampai mentok... Uuhh..."
"Hah... Hah... Gadis nakal... Hah... Dasar gadis mesum... Ini... Ini penisku... Enak? Hah? Enak nggak?"
"Uuu... Arka... Enak... Rasanya geliii... Cuman penis Arka yang boleh menikmati vagina Reeen... Aaaahhh... Syla, jangan... Aku nggak kuat kalo kalian berdua ngeroyok aku... Iyaahh... Kyaaahh... Aaahhh..."
Syla tidak hanya menonton. Dia ikut memberi siksaan birahi kepada Ren. Syla meremas-remas kedua payudara Ren. Sesekali ia memelintir puting Ren dengan lembut.
Bahkan, setelah beberapa lama menggunakan tangannya, Syla beralih menggunakan mulutnya. Syla menjilati sekeliling puting susu kanan Ren sambil terus meremas-remas payudara kiri Ren. Di sela-sela jilatan itu, Syla menyucup puting Ren.
"Iyaaah! Sy-Sylaa! Uuuhhh! Jangan, aku nggak kuat... Aahhh... Gelinya dari dua tempat sekaligus! Lidah kamu, hisapan kamu, geliii... Arka... Biar Arka aja... Syl--kyaahhh!"
Aku, yang masih memompa tiupan demi tiupan kenikmatan ke dalam vagina Ren, semakin bernafsu melihat Syla menyusu di payudara Ren. Ini... Ini seperti adegan bokep lesbian yang pernah kutonton di XNXX! Ini nyata di depan mataku! Wah!
Selang sekitar 20 menit, Ren mulai kehilangan kendali.
"Akk! Arka! Cepetin! Aku! Aku mau! Keluar! Akh! Akh! Penis Arka hebat banget! Selalu bisa muasin aku! Aahhk! Ahk!"
"Ha?? Secepat itu? Ren, kamu nafsu banget sih! Hah! Hah! Hah! Ini kan? Penis ini kan yang kamu pengen dari tadi? Kok cepet banget keluarnya? Terus kamu pikir bisa stop gitu aja? Hah! Hah!"
Nafas Ren semakin memburu. Setiap hembusan nafasnya mengeluarkan bunyi desahan yang seksi. Tapi... Aku masih jauh dari kata klimaks.
Hentakan penisku semakin kupercepat. Ren sudah hampir mencapai orgasme.
Syla membuat rangsangan terhadap Ren menjadi berlipat ganda dengan mengelus-elus klitoris berwarna pink milik Ren sambil aku menghujamkan penis dengan cepat dan kuat.
*Plak plak plak plak plak*
Bunyi hentakan selangkanganku ke selangkangan Ren semakin kencang.
"Hiih! Arka! Arka! Aku keluar! Aku keluar! Hiyaaaaaahhhh!!!"
Beberapa menit kemudian, Ren tak lagi mampu memendam emosi yang meledak di batinnya. Ia mengalami orgasme pertamanya. Emosi dan birahi yang terpendam, sudah mencapai ambang batasnya. Ren berteriak kencang, lalu perut dan pinggulnya berkontraksi secara ritmis.
"Weits! Jangan istirahat dulu!"
Aku langsung mengangkat tubuh mungil Ren yang baru saja selesai orgasme. Aku menggendongnya di pelukanku sambil berdiri. Penisku masih tertancap kuat di dalam vagina Ren yang sudah semakin dibanjiri lendir vaginanya akibat orgasme.
Ren sudah lemas. Dia tak dapat melawan, hanya bisa memasrahkan tubuhnya kepadaku. Pelukannya terasa lemah. Dagunya disandarkan di atas bahuku. Punggungnya yang basah oleh keringat itu, akan jatuh apabila tidak kutahan dengan lenganku.
"Ren, ronde dua."
"Hah... Hah... Arka... Aku udahan... Aku udah nggak ada tenaga... Arka sama Syla aj--Ah! Ah! Ah! Ah!"
Tanpa mempedulikan ocehan Ren, kulanjutkan hentakan piston panasku pada vagina Ren.
Darkness Enhancement.
Kugunakan skill buff yang kumiliki untuk meningkatkan semua statusku sehingga aku dapat menyiksa libido Ren hingga limitnya tanpa aku merasa lelah atau kepayahan.
Sambil tubuh mungil yang indah ini kupeluk, aku mulai mengayunkan pinggulku kembali. Penisku menggerus dinding vagina Ren yang sudah sangat becek ini. Sebagian lendir vagina Ren mengalir ke skrotumku. Lama-kelamaan, lendir vagina Ren sudah membasahi seluruh selangkanganku.
"Ren... Kamu... Becek banget..."
"Ah... Ah... Arka... Jangan... Bilang... Gitu... Ah... Aku... Ah... Malu... Ahh... Penis Arka... Enak banget... Seluruh vaginaku terasa geli... Ahh... Aku jadi merinding... Penis Arka mendorong-dorong rahimku... Seisi perutku seperti diaduk"
Syla ikut berdiri di atas kasur padat ini. Dari belakang Ren, ia menyelipkan tangannya dan menggapai kedua puting susu Ren. Syla kembali memberikan rangsangan pada puting susu Ren.
"Hiii! Sy-Syla! J-jangan lagi! Hiiihh! Hiaaah! Oohh! Mmmfh! Uuh! Putingku! Rasanya seperti ada aliran listrik yang mengalir dari puting susuku ke vaginaku! Ah! Ini nikmat banget! Tapi aku nggak kuat! Syla! Arka! Ampun! Auuhh! Uuuhh! Hiyahh!"
Tak hanya Ren yang jadi santapan Syla. Bibir dan lidahku pun kini kembali dalam cipokan Syla. Cipokan Syla kali ini terasa lebih liar. Dia menyedot lidahku dengan buas. Sampai aku sendiri merasakan nyeri pada lidahku.
Kali ini, tak membutuhkan waktu lama seperti yang pertama. Ren mencapai orgasme yang kedua.
"Aaah! Arka! Aku mau keluar lagi! Haah! Aaakh! Penis Arka nikmat banget! Terus! Terus Arka! Vaginaku makin geli! Gesekan penis Arka rasanya geli-geli ngilu! Terus! Cepat! Arka! Enak!"
"Hah!? Udah mau keluar lagi!? Dasar rubah mesum kamu ya Ren! Haaaahhhh!"
"Ahk! Akh! Ahh! Ahh! Akk! Kel-! Keluaaaaarr! Kyaaaaaaaaaahhhhkkk!!!" Ren berteriak lagi. Dia mengangkat wajahnya ke atas, badannya mengejang dan melengkung di pelukanku. Dan tak lama kemudian, aku merasakan kedutan pada dinding licin yang membalut penisku. Seluruh otot vagina Ren yang mencengkram penisku berkontraksi secara ritmis. Lalu kurasakan semakin banyak lendir hangat yang menyiram penisku di dalam vaginanya.
Ren selesai? Tidak semudah itu.
Aku belum selesai. Aku belum membuahi rahim Ren dengan spermaku yang sudah terbendung dari sejak awal tadi. Aku tidak akan berhenti sebelum setiap tetes sperma yang sudah kutampung dari tadi mengisi penuh ke rongga vagina dan rahim Ren.
"Ren, sekali lagi!" Aku menyatakan kepada Ren.
"Hahhh... Hahhh... U-udah, Arka... Aku udah lemes... Nggak... Nggak kuat lagi... Hahh... Haahh... Kumohon... Turunin aku... Sekarang giliran Syla... Hahh..." Ren terengah-engah memohon agar aku menghentikan persetubuhan dengannya.
"Kamu pikir, kamu punya hak untuk menolak? Hehehe... Sekarang, kamu harus muasin nafsuku... Habis ini baru giliran Syla."
Syla yang dari tadi hanya menjadi support, kini mulai menyentuh dirinya sendiri. Ia merangsang dirinya sendiri. Satu tangannya merangsang puting susunya, dan satu tangan lagi ia gunakan untuk menggosok-gosok celah sempit di selangkangannya yang sudah becek oleh lendir. Sabar, Syla. Giliranmu sebentar lagi akan tiba. Dan aku masih punya banyak tenaga untukmu.
Ronde terakhir bagi Ren. Dari posisinya sekarang yang terkulai lemas di pelukanku, kubalikkan tubuhnya jadi membelakangiku. Lengan kiriku kulingkarkan di pinggangnya, dan lengan kananku kuletakkan di payudaranya untuk menopang tubuh bagian atas Ren. Perlahan, tubuh Ren kubungkukkan hingga posisinya menungging di hadapanku. Lalu, *Blesss...* Penisku kembali menusuk lubang senggama yang licin berlendir milik Ren.
"Ahhk..." Ren hanya mampu mengeluarkan suara desahan lirih.
Posisi doggy style yang sedikit aneh. Kedua tanganku mencengkram pinggul Ren agar tidak jatuh. Dan karena tubuhnya yang mungil, bahkan kakinya tidak sampai menapak ke kasur. Ren membungkuk, kepalanya dan kedua lengannya terjuntai ke depan.
"Ren... Ren... Ren. Ren! Ren! Ren! Reeen!"
Aku mulai menghujamkan penisku ke dalam vagina Ren hingga mentok, hingga bunyi *Ceplaakk!* yang cukup keras terdengar berkali-kali dan cepat. Seluruh selangkanganku dan bokong Ren sudah basah kuyup oleh lendir cinta yang bercampur keringat. Aroma di ruangan ini sudah berubah menjadi aroma vagina Ren yang gurih.
Bagaimana tidak? Lendir vagina yang dikeluarkan oleh Ren sudah sangat banyak. Mengalir ke pahaku, ke paha Ren, membasahi seluruh selangkangan kami, dan juga bokong Ren. Banyak juga yang sudah menetes ke kasur dan membuat kasur padat ini menjadi basah. Bahkan sampai saat ini, aku masih bisa merasakan bahwa Ren masih terus mengeluarkan lendir putih dari vaginanya.
"Ahh... Ahhh... Ahh... Ahhh..." Ren hanya bisa mendesah lemah setiap kali kutancapkan batang kerasku hingga menghantam leher rahimnya. Seluruh tenaganya sudah habis terkuras ketika orgasme dua kali tadi.
"Ren! Ren! Vaginamu nikmat Ren! Aku tergila-gila dibuatnya! Ahh! Ren! Biarkan aku menghamilimu! Aku ingin menanamkan benih cinta kita ke dalam rahimmu! Ren! Aku cinta kamu!"
Aku terus menyetubuhi Ren. Di otakku hanya ada satu saat ini. Tusuk, tusuk, dan tusuk! Aku tak lagi memikirkan keadaan tubuh Ren yang sudah lemah karena kehabisan tenaga. Satu jam berlalu. Tengah malam pun tiba. Dan akhirnya, aku mulai merasakan sensasi yang sudah kutunggu-tunggu.
Rasa gerah dan menyesak di dalam perutku yang seakan-akan ingin memberontak keluar. Rasa tegang di akar penisku seperti ingin segera meledak. Aku sudah hampir mencapai orgasmeku. Sebentar lagi aku akan ejakulasi.
"Ha... Ha... Ha... Ar... Ka... Ha... Ha... Ren... Ren... Mau... Keluar... Lagiihh... Haaahhh..."
Di saat aku hampir mendapatkan orgasme pertamaku, Ren dengan lirih mengucapkan bahwa dia juga hampir mencapai orgasme ketiganya.
Bahkan dia masih mau orgasme lagi padahal sudah kehabisan tenaga? Libido wanita satu ini tinggi sekali...
"Ren! Ak-! Aku! K-k-keluaaaarrrr!!! Haaaakkkk!!! Haahhhhkk!!!"
*PLAKKK!* Kukandaskan penisku ke dalam vagina Ren, agar semua spermaku masuk ke dalamnya. Aku ingin memastikan seluruh benihku masuk ke dalam rahim Ren.
*Crooootttt! Croooottt! Croooottt! Croooottt! Croooottt! Crooooott! Crooott!*
Hingga tujuh kali kurasakan penisku menyemburkan muatan sperma bertekanan tinggi ke dalam organ reproduksi Ren.
"Ren... Juga... Ke-keluar lagiiiiii! Kyaaaaahhhhh!!!"
Di saat yang sama, kurasakan dinding vagina yang tadinya sudah mulai melemas, kembali mencengkram erat penisku. Memeras setiap tetes sperma yang ada di saluran urethraku keluar. Seakan menyedot seluruh sari kehidupan yang sedang kualirkan ke dalam tubuh Ren. Oh! Nikmatnya!
Setelah beberapa detik, aku selesai ejakulasi, dan Ren pun kembali terkulai lemah setelah selesai orgasme. Hanya nafas kami berdua yang terdengar saling berkejaran di kamar ini.
Perlahan, kuturunkan tubuh mungil Ren yang sudah bersimbah keringat. Lalu kubaringkan ia di salah satu sisi kasur, telungkup.
"Arkahh... Ren... Cinta sama Arka..." Sambil matanya terpejam, Ren mengungkapkan isi perasaannya kepadaku sebelum akhirnya dia terlelap begitu saja.
Selangkangan Ren masih basah oleh lendirnya yang bercampur spermaku. Sebagian dari spermaku masih terlihat mengalir perlahan keluar dari celah lubang vaginanya, mengotori sprei kasur. Tapi tampaknya Ren sudah tak peduli lagi. Tenaganya sudah benar-benar habis. Dia terlelap dengan damai. Sedikit senyum masih tersisa di wajah tidurnya.
Baru beberapa saat aku menikmati kecantikan wajah istriku itu, tiba-tiba sesuatu menarik kedua pundakku dengan paksa.
Syla! Dia membuatku jatuh terlentang di atas kasur!
"Arka, kamu udah bikin aku nunggu terlalu lama. Sebagai balasannya, aku mau yang lebih dari itu!" Ucap Syla sambil menunjuk Ren yang sedang terlelap.
"Ah, ok... Ayo kita mul-- Ahakk!"
Aku belum sempat menyelesaikan ucapanku, Syla langsung menunggangiku dan mulai meremas penisku dari pangkal bergerak ke ujungnya, membuat sisa-sisa sperma yang masih di dalam mengalir keluar semua. Penisku yang mulai mengendor setelah ejakulasi tadi, mulai terangsang lagi.
"Haahhh... Dari tadi... Aku udah nungguin... Vaginaku rasanya berdenyut-denyut ngilu ngeliat Ren menikmati penis Arka... Sekarang aku mau menikmati penis Arka! Mmmhhhhmmm..."
Tanpa aba-aba, Syla langsung melahap seluruh batang penisku. Dia menghisapnya dengan kuat. Ada rasa ngilu yang terasa di ujung penisku, tapi rasa nikmatnya melebihi rasa tidak nyaman yang dihasilkan Syla.
Dengan hisapan kuat itu, seluruh saluran urethraku langsung vakum. Tidak ada lagi bercak-bercak sperma yang masih tersisa di dalamnya.
*Slurrrppp... Glek...*
Syla menjilati sperma yang berceceran di sekujur penisku, lalu menelannya seolah-olah spermaku adalah cream soup yang lezat baginya.
Setelah dia puas, Syla memegang penisku dan memposisikan selangkangannya di atas penisku. Dengan tidak sabar, Syla mengarahkan kepala penisku ke introitus vagina (lubang masuk vagina) miliknya. Kemudian yang kurasakan...
*Zzzrt...*
Tidak telalu cepat, tapi tidak terlalu pelan, penisku dipaksa masuk ke dalam vagina sempit menggigit yang sudah becek punya Syla.
"Ooohh..." Sensasi tersebut membuat aku bersuara tanpa sadar.
"Aahhakk..." Syla mendesah keenakan.
Penisku berhenti bergesekan dengan dinding vagina Syla ketika bokong Syla sudah terduduk mantap di atas panggulku. Sesaat kemudian, Syla meletakkan kedua tangannya di atas dadaku sebagai tumpuannya. Tanpa menunggu lagi, Syla langsung mengangkat bokongnya dan menyebabkan gesekan kembali terjadi.
"Hahhhh... Akhirnya... Aku bisa menikmati penis Arka yang keras dan panas ini lagi..." Ujar Syla sambil terua menggesek-gesekkan dinding dalam vaginanya kepada penisku.
"Aahh.. Sayang... Vaginamu nikmat banget... Kerutan-kerutan di dinding vaginamu, ditambah remasan dari sempitnya vaginamu, bikin penisku ngerasain nikmat sampe ubun-ubun... Ooohhh... Syla..."
Syla terus menggerakkan pantatnya naik turun. Lalu dia merubah gerakan pinggulnya jadi maju mundur. Memberikan sensasi yang berbeda meskipun posisinya sama-sama woman on top.
Kadang, Syla sedikit membelokkan posisi duduknya menjadi agak miring. Dan ternyata, sensasi seksual yang kurasakan sudah berbeda lagi! Ternyata dalam satu posisi yang sama, jika divariasikan sedikit saja, sudah memberikan sensasi yang berbeda total! Aku baru tahu ini!
Setelah beberapa waktu, Syla kembali merubah sedikit gerakannya. Gerakan naik turun dari pinggulnya kini dibarengi dengan gerakan memutar.
"Ahhh! Syla... Enak banget! Penisku seperti sedang dibor! Kamu jago banget sayang!"
"Udah diem aja. Arka lagi dihukum! Uhh... Ahh... Ahhh..."
Berbagai variasi gerakan diperagakan Syla. Sepertinya dia juga sedang bereksperimen untuk mencari gerakan seperti apa yang paling merangsang G-Spot baginya dalam posisi WOT ini. Hingga akhirnya dia kembali kepada gerakan maju-mundur. Sepertinya itu yang paling nikmat dirasakannya.
Tak terasa, satu jam berlalu. Aku sudah mulai bosan di bawah terus. Jadi, dengan sedikit hentakan, kudorong tubuh Syla hingga ia terbaring telentang dan mengangkang.
"Giliranku!" Tegasku.
"B-belum! Hukuman Arka bel--iyaaahh! Ah! Ah! Ah! Ah!"
Gerakan mendorong dan mencabut penis langsung kulakukan. Kali ini, kulakukan dengan sedikit lebih kasar. Dengan vagina Syla yang masih sempit itu, aku yakin gesekannya akan menjadi semakin menggerus.
"Ah! Arka! Pelan! Pelan-pelan! Aahhk! Aku belum siap! Ahhak! Ahh! Ini terlalu enak! Aku nggak kuat lagi! Penis Arka terlalu kasar menggesek lubang kemaluanku! Terlalu geli! Ah! Ah! Ah! Arkah! Aku hampir! Hampir! Hampir keluar!"
"Hahh! Kamu bilang mau hukum aku!? Yakin!? Apa kamu bisa!? Hah! Hah! Hah!"
Aku semakin mempercepat gerakan piston panasku. Batang daging yang sekeras kayu ini kutusukkan dengan lebih kasar. Alih-alih merasa sakit, ternyata Syla malah keenakan dan hampir mencapai orgasmenya.
Selang beberapa detik...
"A-Arkaaa! Aku mau keluaaar! Hiiiiih! Hiiiiiihhh! Kyaaaaaaaaaa!!!"
Orgasme pertama Syla. Berbeda dengan Ren, ketika orgasme, tubuh Syla langsung menegang hebat hingga penisku tak sengaja tercabut. Dan Syla pun langsung menyemburkan kencingnya secara tidak sengaja beberapa kali.
Di luar, penisku masih berdiri kokoh berdenyut-denyut menantang langit-langit kamar. Lendir berwarna bening agak putih yang diproduksi oleh vagina Syla menggumpal di beberapa titik pada batang penisku. Pada pangkal penisku, lendir itu sudah berubah menjadi buih putih akibat semua gesekan yang kami lakukan sebelumnya.
"Hahh... Hahh... Hahh... Hahh..." Syla tersengal-sengal setelah mengalami orgasme barusan. Air kencing Syla membasahi badanku dan juga membuat kasur di depannya basah kuyup.
Sepertinya aku harus tidur di atas kasur basah malam ini. Mungkin aku tidur di lantai saja. Begitu pikirku.
Namun, setelah melihat yang dilakukan Syla berikutnya, pikiran seperti itu langsung runtuh. Tidur apanya?? Kalau seperti ini, bahkan bisa sampai pagi dan aku tidak bisa tidur jadinya!
Karena Syla yang kelelahan sambil terengah-engah tadi, tidak mau menyerah begitu saja. Kalian tahu apa yang dilakukannya?
"Celestial Form!" Ucap Syla.
Energi magic meledak dari dalam tubuhnya. Aura keemasan menyelimuti tubuh Syla. Sayap transparan berwarna keemasan muncul dari punggungnya.
"Oi... Ini serius, Syl!? Kamu berniat mau bawa ini sampai pagi!?" Ucapku, kaget.
"Arka... Harus... Dihukum... Arka... Udah... Bikin... Aku... Nunggu... Lama..." Suara bernada dingin keluar dari mulut Syla. Dan ia kembali mendorong tubuhku hingga jatuh telentang dengan paksa.
Tak lama, Syla yang berwujud seperti malaikat itu sudah kembali menunggangi penisku.
"Nggak! Kalo gini... Aku juga harus pake kekuatan penuh! Demon Form!"
Menanggapi yang dilakukan Syla, akupun menggunakan Demon Form. Energi dark magic menyembur keluar dari seluruh pori-poriku. Menyelimuti tubuhku. Dan beberapa saat kemudian, dark magic yang menyelimuti tubuhku pecah. Mengungkap wujud baruku yang telah berubah menjadi wujud Demon setinggi 2 meter.
Tubuh Syla yang awalnya lebih tinggi dariku, kini terlihat kerdil. Hanya seperti kupu-kupu kecil yang hinggap di ranting pohon.
Tapi energi dan kekuatan Syla tetap tidak kalah dariku. Bisa dikatakan, kekuatan kami setara setelah berada dalam wujud sekarang.
Dan akhirnya, pertarungan ranjang yang sesungguhnya baru dimulai. Kami berdua secara bergantian mendominasi. Tidak ada yang mendominasi terlalu lama.
"Arka! Berikan sperma iblismu itu semuanya kepadaku! Aahhng! Aaahh! Kenapa... Kenapa tongkat iblismu ini begitu nikmat! Aaahng! Rasanya... Rasanya dinding vaginaku seperti dicakar-cakar! Aaah!"
"SY-SYLAA! URGH! URGH! URGH! NYERAHLAH! KAMU NGGAK AKAN KUAT! URGH! AKU UDAH BIKIN PENISKU JADI BERGERIGI! DINDING VAGINAMU AKAN ROBEK TERCABIK-CABIK! URRGH! SYLA! SYLA! VAGINAMU RASANYA SEMAKIN SEMPIT DAN GESEKAN DI PENISKU TERASA SEMAKIN NGILU! URGH! VAGINAMU SEPERTI BISA BERGERAK SENDIRI, MEREMAS DAN MENGGOSOK SELURUH PENISKU! ARGH! ARGH! APA INI!? KENAPA PERBEDAANNYA BISA JAUH BANGET SETELAH KAMU BERUBAH JADI SOSOK MALAIKAT! AKU... MENYETUBUHI... MALAIKAT... URGH... URGH..." Aku meracau dengan suara iblisku yang sangat parau.
"Gahh! Aah! Teruskan! Lebih kasar lagi! Semakin kasar! Semakin kuat, Arka! Tubuhku rasanya semakin panas! Enak sekali rasanya! Penismu keluar dan masuk seenaknya! Aku bagaikan malaikat yang sudah kotor dinodai oleh iblis sepertimu! Aah! Aah! Ahh! Kenapa rasanya bisa senikmat ini!? Aku nggak pernah merasakan kenikmatan sedahsyat ini! Setiap kali penismu bergerak, rasanya seisi perutku digelitik! Rasa geli dan ngilu bercampur jadi satu dan memenuhi rahimku! Aah! Aku nggak bisa berpikir lagi! Di dalam kepalaku hanya memikirkan penismu, Arka! Ahng! Ahng! Aaahng!"
Tiga jam berlalu begitu saja. Tidak ada tanda-tanda bahwa salah satu dari kami akan mencapai orgasme. Meskipun penis iblisku kini menjadi lebih besar, lebih panjang, dan lebih bergerigi, Syla sama sekali tidak memperlihatkan kecemasan. Malah, vaginanya kini terasa jauh lebih hangat dan lebih seret, melahap penis iblisku bagaikan predator yang sedang memangsa hasil buruannya.
Lima jam berlalu, dan akhirnya...
"SY-SYLA! AKU! MAU KELUAR!!!" Suara parau dari wujud Demon-ku menggaung di kamar.
"Arkaa! Aku juga! Kita keluar barengan! Aaaaaaaaaaaah!!!"
"GURYAAAAAHHHH!!!"
Namun, kami berdua belum pernah tahu sebelumnya. Apa yang terjadi jika kami berdua orgasme secara bersamaan dalam wujud seperti ini yang memiliki energi magic sangat besar.
Ternyata, saat kami berdua orgasme di waktu yang bersamaan...
*CRRROOOOOOOOOOOOOOOTTTTT!!!*
Tidak hanya spermaku yang meledak di dalam vagina Syla. Tapi sesuatu yang lain juga ikut meledak.
*BLEGAAAAAAAAAAAAARRRRR!!!*
Tak terkontrol, ledakan energi Demon bercampur dengan ledakan energi Celestial, saling bereaksi dan menimbulkan efek nuklir yang kemudian menembakkan semburan energi ke angkasa.
Sebuah sinar terang menembus atap menusuk langit. Atap rumah hancur menjadi partikel-partikel.
"Hahh... Hahh... M-makasih, Arka... Syla cinta Arka..."
"Huaahhh... Hahhh... Aahhh... Ahh... Terima kasih... Kembali... Sayang... Aku cinta kamu..."
Kami berdua dipaksa kembali ke wujud asli kami. Seorang Manusia dan seorang High Elf. Kami berdua telentang di atas kasur. Menatap langit biru tua yang mulai disembur warna oranye. Ternyata sudah subuh...
Dan beberapa saat kemudian, mulai terdengar suara berisik dari luar. Pastinya, dari warga Demihuman yang tinggal di Desa Kardia.
"Hehe... Kayaknya kali ini kita udah berlebihan, Syl..."
"Iya, Ar. Maaf ya tadi aku udah gregetan nunggu kelamaan soalnya. Besok-besok kita jangan pake skill itu lagi deh."
"Iya, lain kali kita ngentotnya biasa aja deh ya... Hehe... Oh, iya. Darkness Creation."
Aku menggunakan dark magic untuk menutup kembali atap rumah yang sudah hancur dan bolong melompong ini. Lalu dinding-dinding yang retak juga kutambal dan kuperkuat lagi seluruh bagian rumah dengan skill Darkness Creation.
Tak berapa lama, pagi pun menjelang. Kicauan burung menyulap sunyinya malam menjadi cerianya pagi. Aku harus kembali mengajar di akademi karena sudah beberapa hari aku melalaikan tugasku sebagai Pelatih.
"Hoooooaaaaaaaahhhhhhhh~ ngantuuuuk anjaaaayyy~"
____________________________________________
Kelar juga akhirnya. Vote ya. Jangan pelit-pelit. Tidak usah malu-malu. Baca novel hentai tidak perlu malu. Yang menulisnya saja tidak malu kok.