Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 122 - Chapter 35

Chapter 122 - Chapter 35

Main Mobile Legend menggunakan tank (terutama Lolita, Franco, dan Tigreal) memang sering makan ati. Bukan karena kill-nya sedikit. Tapi karena sebagus apapun mainnya, kalau tim jelek, ya ujung-ujungnya kalah. Ah... Tapi saya suka menggunakan tank. Tidak masalah stuck di Grandmaster yang penting happy hahaha...

Selamat membaca!

____________________________________________

*DEBUUUUMMM!!!*

Arka langsung menyerbu Geodam. Geodam menyambutnya dengan sebuah bogem raksasa yang melayang tepat ke arah terbangnya Arka. Sehingga, benturan pun tak lagi terhindarkan.

Akibatnya, ledakan besar terjadi, debu bergulung-gulung menutupi pandangan di sekitar area benturan tersebut.

"Iblis itu dipukul oleh Monster Tanah Raksasa!"

"Dengan tubuh yang ukurannya sangat, sangat jauh berbeda, tidak ada kesempatan bagi iblis malang itu. Sayang sekali, pertarungan ini harus berakhir dengan sangat cepat."

"Padahal, aku berharap iblis itu bisa mengalahkan monster raksasa..."

"Hoi... Hati-hati dengan ucapanmu barusan... Apa kau menyadari apa yang sudah kau ucapkan tadi!? Bukankah kau pengikut Gaea?"

"E-eh! Bu-bukan begitu maksudku... Tapi..."

"Cukup kita doakan, semoga perlawanan yang diberikan Kota Arvena dapat menepis bencana ini..."

"Namun... Golem raksasa itu, tidak terlihat adanya tanda-tanda ia akan bangun... Kenapa?"

Semua orang yang melihat dari kejauhan, berbicara sesuai dengan pikiran mereka masing-masing. Mereka hanya bisa melihat dari kejauhan. Mereka sama sekali tidak ada ide tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi, setelah debu akibat ledakan tadi sudah memudar dan mata telanjang sudah kembali dapat melihat yang terjadi, semua mata yang melihat seakan mau lepas dari kantong mata mereka. Mereka tidak menyangka apa yang mereka lihat itu nyata.

Sosok iblis yang menerima pukulan mentah dari monster tanah raksasa, masih melayang di tempatnya menerima pukulan sebelumnya. Sedikit lapisan tipis dark magic melindungi tubuhnya. Serangan telak tadi, sama sekali tak melukainya.

Sebaliknya, apa yang terjadi pada tangan Geodam yang meninju Arka tadi sangatlah berkebalikan dari prediksi semua orang. Semua orang kecuali Syla, Ren, dan Aesa, tentunya.

Ya, yang hancur malah tangan Geodam. Hancur? Tunggu dulu. Ada yang aneh. Jika hancur, tentunya tangan itu hanya akan putus dan dalam sekejap akan kembali utuh lagi seperti semula karena semua orang sudah melihat bagaimana tingginya kemampuan regenerasi dari Geodam tersebut. Akan tetapi, kali ini tangannya hanya putus, hancur begitu saja. Tanpa menunjukkan adanya perbaikan. Jangankan regenerasi cepat, bahkan Geodam tampak seperti sedang kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya.

***

"UUURRRRRAAAAAAHHH!!!"

Geodam, monster tanah raksasa berbentuk humanoid itu berteriak, berusaha menggerakkan tubuhnya.

Besar badannya saja, monster ini... Padahal aku hanya menggunakan skill Darkness Reins. Skill untuk mengendalikan tubuh monster dengan memasukkan energi dark magic-ku ke dalam setiap rongga tubuh monster target, hingga pada rongga tubuh berukuran mikro. Dan dengan skill tersebut, aku membuat tubuhnya menjadi kaku. Dia tidak dapat melawan, seperti kerbau yang dicolok hidungnya.

Tapi, teriakannya berisik sekali. Memekakkan telinga. Telingaku mungkin tidak masalah, tapi telinga orang lain mungkin sakit dibuatnya.

"Berisik, anjeeeng!"

Setelah teriakanku, monster ini terdiam. Bukan karena suaraku, tapi karena aku menggunakan skill Devil's Glare bersamaan dengan teriakanku tadi.

Sebenarnya, aku hanya iseng mengaktifkan Devil's Glare. Namun rupanya Cukup efektif. Dia langsung terdiam di hadapan raja iblis tampan nan perkasa, Arkanava Kardia! Muwahahahaha!

Kalau menurut Ren, monster ini adalah monster kelas B. Seharusnya monster sekelas ini memiliki intelijen yang lumayan tinggi untuk dapat berkomunikasi. Bagaimana kalau aku coba?

*SHHIIIIINNKK!!!*

*ZRRAAAASSS*

*DEBUMMM*

Kutebas seluruh sisa lengan yang telah hancur karena dia sudah mencoba menyerangku dengan bodohnya. Jangankan monster sandsack raksasa seperti ini. Salamander aja menangis memohon ampunanku.

Ahahaha... Nanti saja berbicaranya. Biar kekuatan dulu yang mengobrol!

Ngomong-ngomong soal kekuatan, ada satu skill yang baru saja kuciptakan setelah terinspirasi dari breath attack dan semua serangan-serangan jarak jauh lainnya. Ya, aku menciptakan skill serangan jarak jauhku juga! Tapi masih dalam tahap eksperimen.

Nah, kebetulan ada sandsack sebesar ini. Bisa untuk menguji seberapa besar daya rusaknya jika aku menggunakan kekuatan penuhku.

"Awas, biji!" Kataku sambil membuat jariku membentuk seperti pistol, lalu mengarahkannya ke bagian selangkangan Geodam yang sepertinya tidak memiliki batang laknat maupun lubang surga.

Dark magic kukumpulkan di ujung telunjukku yang sudah seperti ujung pistol. Perlahan, dark magic terkumpul dan termaterialisasi. Tapi aku masih terus mengumpulkannya, hingga ukurannya sebesar angkot disko yang sedang ngetem di perempatan.

Cukupkah segini? Tidak. Aku ingin mencoba lebih. Lebih. Dan lebih kuat lagi!

Hingga akhirnya energi magic yang berbentuk bola berukuran sebesar rumah petak kontrakan pada umumnya dengan densitas yang lebih tinggi, barulah aku puas.

Sesaat sebelum kutembakkan dark magic itu, aku baru tersadar akan sesuatu...

Kenapa... Kenapa langit tiba-tiba menjadi gelap? Dan awan di atasku menjadi seperti pusaran, dengan di bagian tengahnya kosong, memperlihatkan langit bersih yang berwarna ungu kemerahan.

Apa? Apa ada musuh lain yang datang? Tapi setelah kulihat sekeliling, tidak ada tanda-tanda kemunculan  monster apapun. Yang ada malh monster yang berada di kejauhan semakin berlari menjauh.

"Arkaaaa! Kamu mau ngancurin satu benua, apa!?" Syla berteriak kepadaku dari daratan.

Eeeehh? Ini... Gara-gara aku? Ups... Hahaha...

Kita mulai saja eksperimennya.

Nama skill yang baru kuciptakan ini... Aku sudah memutuskannya semenjak pertama kali aku mendapat ide brilian ini. Yaitu...

"Demonic Canon!"

*Huwooooozzzzzzzzzzzzsssssshhh!*

Saat energi dark magic yang kukumpulkan tadi kutembakkan ke arah Geodam, seketika pula energi besar itu melesat dan menghancurkan bagian selangkangan Geodam.

*BLEGAAAARRRR!!!*

"Ahhhh!" Kataku sambil meringis membayangkan bagaimana rasa ngilunya jika itu selangkanganku yang tadi ditembak.

Dan yang tak kuduga kemudian, Syla berteriak lagi kepadaku. Namun kali ini yang diteriakkannya adalah, "Arka! Aku juga mau digituiiiin!"

"Ebuseeettt!" Teriakku menanggapi ucapan Syla. Seketika, Hercules Junior pun bereaksi karena otakku langsung otomatis membayangkan hal yang iya iya enak enak maknyus joss. Apakah, ini pertanda bahwa kita sudah mendekati chapter hentai berikutnya?

Ah, nanti saja membahas hentai-nya.

Setelah terkena Demonic Canon tadi, bagian pinggul Geodam hancur. Membuat tubuhnya terpisah dari kedua kakinya. Tubuh itupun menghantam tanah dengan bunyi *GEDEBUMM* disertai gempa mini sesaat. Sebenarnya, aku tidak merasakan gempanya. Ya tentu saja, aku kan sedang terbang.

Meski tubuhnya putus, dalam sekejap dia kembali berusaha meregenerasi tubuhnya yang rusak.

"Eits!" Ujarku, mengaktifkan kembali Darkness Reins. Regenerasinya terhenti. Tubuh raksasa itu hanya bisa bergetar di tanah karena mencoba melawan dark magic milikku. "Nggak boleh regen, kunyuk gede!"

Sekarang, pergerakannya sudah kukunci.

"Bisa ngomong, nggak?" Aku bertanya dengan nada sombong bin angkuh. Seperti yang seharusnya.

"HAAAAARRRRRRRGGGHH!!!"

"Bangke. Berisik."

*Daaarrr daaaarrr daaaarrr! Shiiiiinnn... JEDAAARRR!!!*

Kutembakkan kembali Demonic Canon bertubi-tubi ke bagian tubuh yang berbeda-beda dari Geodam dengan diakhiri oleh satu tembakan yang telah kutingkatkan kekuatannya.

Alhasil, kawah-kawah kecil bertebaran di tanah. Dengan sebuah kawah besar di tengahnya.

Lantas, bagaimana dengan tubuh Geodam?

Hancur menjadi serpihan dan lempengan batu obsidian. Sudah tidak dapat dikenali lagi yang mana bagian apanya. Tapi, ada suatu benda yang mencuri perhatianku.

Benda itu berbentuk bulat, sebesar bola tenis, bercahaya kuning kecoklatan, dan terlindungi oleh sesuatu yang tercipta dari magic. Seperti... Magic Barrier. Bola bersinar tersebut memancarkan energi magic yang sangat besar. Aku dapat merasakan auranya dengan jelas. Padahal, jika aku sedang berwujud demon begini, aku sulit membedakan antara satu kekuatan kecil dengan kekuatan kecil lainnya.

Kalau begitu, berarti tinggal satu kemungkinan. Yaitu adalah Monster Core milik seekor Ancient Monster. Ancient Monster, menurut yang tumben pernah kubaca saat waktu senggang di Knight Academy Arvena, adalah monster legendaris yang sudah berumur ribuan tahun dan memiliki energi yang besar. Energi tersebut dikumpulkan seiring berjalannya waktu hidupnya di alam ini.

Monster Core ada di setiap monster. Baik monster kroco seperti Slime, sampai dedengkotnya monster seperti Geodam ini. Fungsi utama Monster Core sendiri adalah sebagai nyawa bagi para monster. Energi magic yang menghidupkan seekor monster ada di Monster Core mereka. Ibarat jantung pada tubuh manusia.

Dan setelah beberapa saat, Monster Core Geodam kembali menyerap seluruh elemen tanah di sekitarnya.

*Daaarrr!*

Kutembakkan lagi sebuah Demonic Canon di sebelah Monster Core Geodam, nyaris mengenainya. Untuk sesaat, Monster Core tersebut terlihat seperti gemetar.

"Udah, kecil aja jangan gede-gede!" Perintahku.

Setelah kata-kataku barusan, Geodam akhirnya hanya membentuk tubuh dari tanah seukuran manusia dewasa pada umumnya. Aku membiarkannya untuk regenerasi.

Kemudian, setelah tubuh utuh terbentuk dan Monster Core sudah terselimuti oleh tubuh itu, tiba-tiba Mini Geodam melakukan sebuah pose. Pose takluk. Ya, dia berlutut ke hadapanku.

"Yang Mulia Demo--" Geodam berbicara, tapi kupotong.

"--Stoppp!" Aku memotong ucapan Geodam, karena aku sudah tahu apa yang ingin diucapkannya. Kemudian aku melanjutkan, "Arka! Namaku Arka! Jangan panggil dengan panggilan yang mau kamu sebut tadi, ngerti?"

"Baik, .... Arka." Geodam diam beberapa saat sebelum mengucapkan namaku.

"Ya. Gitu aja nggak apa-apa."

"Maafkan hamba telah lancang menyerang Tuan... Hamba hanya ingin mencari seorang manusia yang telah mencuri barang berharga milik hamba..."

"Oh? Barang berharga? Apaan tuh?" Tanyaku, penasaran. Di kepalaku, aku merasa barang yang yang dimaksud Geodam ada kaitannya dengan benda itu.

***

"Haa? Demon itu... Mengalahkan Monster Tanah Raksasa begitu saja?"

"Mengerikan kekuatannya... Aku tidak menyangka Demon itu memiliki kekuatan yang sangat besar! Tadinya kupikir dia akan kalah oleh Monster Tanah Raksasa. Tapi ternyata keadaannya berbeda 180 derajat dari yang kubayangkan!"

"Mataku tidak sedang melihat halusinasi, kan? Kau! Kau juga melihatnya, kan? Demon itu membuat Monster Tanah Raksasa tidak berkutik! Jangankan untuk menyerang, monster itu bahkan tidak bergerak setelah serangan pertamanya gagal! Kemudian, tubuh raksasa itu habis dibuat berantakan oleh sang Demon."

"Kau tidak salah! Aku juga melihat semuanya! Bahkan, sekarang monster itu hanya berukuran sebesar manusia dewasa saja! Dan ia... Ia berlutut kepada sang Demon! Siapa sebenarnya Demon itu? Apa tujuannya datang kemari? Apakah dia yang menyuruh monster itu untuk menyerang Arvena?"

"Entahlah... Kita semua hanya bisa berharap bahwa Demon tersebut tidak berencana menyerang Kota Arvena. Karena kalau sampai itu terjadi.... Tamat kita."

"Ya... Aku setuju..."

Keributan kembali meramaikan Kota Arvena setelah semua orang melihat Geodam berlutut di hadapan Arka.

Namun, di sisi lain Kota Arvena...

"Bagus. Dengan begini, kita bisa melanjutkan rencana berikutnya. Meskipun aku cukup terkejut melihat dia bisa semudah itu mengalahkan Geodam yang sedang enraged. Tapi itu saja sudah cukup. Kamu, bawa kristal ini kepada Cardinal Xerzo. Jangan sampai ada satu orangpun yang tahu tentang ini. Kalau sampai informasi tentang ini bocor, maka nyawamu, nyawa keluargamu, dan nyawa semua temanmu akan menjadi persembahan kepada Dewi Gaea sebagai penebusan dosa. Mengerti?"

"Mengerti, Archbishop Janos!"

"Dan kalian, segera laksanakan rencana selanjutnya."

"Laksanakan, Archbishop Janos!"

***BERSAMBUNG***