Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 121 - Chapter 34

Chapter 121 - Chapter 34

Perusahaan brengsek. Obat kadaluarsa karena tidak terpakai, malah gaji saya yang dipotong. Padahal saya sudah banting tulang hidup miris di camp yang terletak di tengah hutan seperti ini. Masih dizolimi. Semoga perusahaan ini mendapat balasan yang setimpal.

Selamat membaca.

____________________________________________

"Arkaaaaa! Kemana aja sih, lama amat! Kamu tau nggak, kalo kamu telat dikit aja, anak orang bisa mati! Udah tau istri-istrinya lagi kesusahan, bukannya cepet kesini, malah santai aja!"

Syla, yang baru saja menggunakan Celestial Wrath dan kini sudah berwujud seperti malaikat dengan aura berwarna keemasan, terbang ke arah Demon Arka. Syla langsung mengomeli Arka menggunakan suara dewata yang bergaung karena efek Celestial-nya. Arka kena sembur api naga istrinya. Bahkan, Syla tidak lagi mempedulikan keberadaan Geodam. Syla lebih mempedulikan untuk memuaskan hasrat ingin mengomelnya kepada Arka.

Arka, meskipun sudah berwujud Demon yang menyeramkan dengan aura kelam, hanya bisa meminta maaf dan berusaha menenangkan istrinya yang sedang bete dan mengomel karena dia terlambat datang. Yah, begitulah. Untuk saat ini, Arka hanya bisa diam. Paling keras, ia hanya bisa berkata "iya", "aku salah", dan "maaf".

Karena menurut Undang-Undang tak tertulis yang berlaku di dalam pernikahan:

Pasal 1, suami selalu salah.

Pasal 2, istri selalu benar.

Pasal 3, jika istri melakukan kesalahan, kembali ke dua pasal sebelumnya.

Dan yang terjadi pada Arka sekarang, tidak bisa dipungkiri lagi. Memang Arka yang salah. Hal ini membuat semuanya menjadi hal yang terburuk bagi Arka. Mari kita doakan bersama agar Arka masih dapat lepas dari situasi ini dengan utuh, tanpa ada organ tubuh yang dikebiri...

"GOOOAAAAAAAAAHHHH!!!"

Sementara, tidak jauh dari lokasi Arka, Obsydian Geodam sudah mulai melancarkan serangan ke arah Arka. Geodam dapat merasakan hadirnya ancaman baru yang lebih menarik perhatiannya. Otomatis, perhatian Geodam teralihkan dari Fazar dan Leyra menjadi fokus kepada Arka yang sudah mengaktifkan Demon Form. Wujud iblis dari Arka.

Demon Form membuat tubuhnya menjadi iblis seutuhnya. Tidak hanya itu, kekuatan fisik dan magis Arka juga jauh melebihi ambang batas status maksimum yang dapat dimiliki oleh manusia manapun.

Tapi Geodam hanya mampu merasakan samar-samar kekuatan Arka saat ini. Geodam tidak dapat mengukur kekuatan Arka secara akurat. Geodam tak akan mengetahui kekuatan Arka yang sebenarnya, karena Arka sendiri sudah mengontrol kebocoran energi dark magic dari tubuhnya hingga menjadi semininal mungkin.

Oleh sebab itu, Geodam hanya menganggap Arka sebagai Minor Demon dengan fisik yang sedikit lebih mengintimidasi saja. Dengan modal hasil pengamatan seperti itu, Geodam langsung melontarkan tembakan batu obsidian raksasa ke arah Arka. Berniat untuk membunuh pendatang baru itu dengan satu kali serangan.

*Whuuuuuunnggg!*

Batu obsidian besar berwarna hitam mengkilat melayang dengan kecepatan yang luar biasa tinggi ke arah Arka.

Arka sedang menghadap ke arah Obsydian Geodam, sehingga ia sudah melihat serangan yang sedang melaju ke arahnya. Arka sudah bersiap menerima serangan tersebut. Tangan kanannya sudah menggenggam gagang katana kesayangannya, Kuroshi. Siap untuk membelah batu obsidian raksasa yang meluncur ke arahnya.

Sementara, Syla yang membelakangi Geodam, masih terus mengomeli Arka seperti emak-emak yang sedang memarahi anaknya karena anaknya banyak alasan ketika disuruh beli sayur ke warung.

Dan sesaat kemudian...

*DHUUAAAAAARRRR!!!*

***

Di sekitar Kota Arvena, para Petualang dan Tentara yang berjaga masih menyaksikan pertempuran yang terjadi.

"Lihat itu! Di atas ledakan itu!"

"Ah? Apa itu? Sosok berwarna hitam? Melayang di udara?"

"Seekor Demon? Siang bolong begini? Apa yang terjadi sampai seekor Demon keluar dari sarangnya di siang bolong?"

"Bukankah, Demon tidak bisa menggunakan kekuatan penuhnya di siang hari? Apalagi, di sana ada monster batu raksasa sedang mengamuk..."

"Tapi tunggu dulu... Demon itu... Apa dia berada di kubu monster tanah raksasa? Atau di kubu Golem raksasa?"

"Ada kemungkinan kalau dia juga tidak berada di kedua kubu! Dengan kata lain, tiga ekor monster itu semuanya saling bermusuhan!"

"Golem raksasa itu! Ada sosok dengan cahaya kekuningan keluar dari dalam tubuh Golem!"

"Aku melihatnya! Apa itu? Apakah itu sejenis nyawa dari Golem itu? Itu artinya, Golem itu sudah mati?"

"Eh? Apa kalian melihat yang sama dengan yang kulihat? Bukankah sosok bercahaya kekuningan itu terbang menuju sosok Demon di sana? Sebenarnya apa yang terjadi? Awalnya ada Monster Tanah Raksasa, lalu muncul Golem, tiba-tiba ada Demon, dan terakhir ada sosok kekuningan apa itu? Aku tidak... Aku tidak mengerti lagi..."

"Lihat itu! Monster tanah raksasa sepertinya mengamuk! Pasti dia marah karena tiba-tiba ada demon yang mengganggunya!"

"Kau benar! Dia menyerang Demon itu! Berarti, Demon dan Monster Tanah Raksasa itu bermusuhan! Tapi, sosok keemasan itu juga akan terkena serangan Monster Tanah Raksasa!"

"Batu hitam itu dilemparkan ke arah Demon dan sosok berwarna kekuningan itu!"

...

"Ha?"

"Apa?"

"Bagaimana..."

"Itu..."

"Apa yang terjadi di sana?"

"Kenapa bisa seperti itu?

***

Di salah satu atap tertinggi yang terdapat di Knight Academy Arvena, beberapa orang siswa terlihat sedang menonton area pertempuran dari kejauhan.

"Ayo! Sini kubantu, Anvi!"

"Eh! Aduduh! Pelan-pelan, Fel! Licin! Aduh!"

"Buruan dong, An! Lagi seru ituuu!"

"Uggghh... I-iya... Se-sedikit... Lagi... Kyaaah!"

Setelah berusaha keras memanjat ke atap, akhirnya Anvily bisa bergabung bersama teman-temannya dari Kelas Z. Yang lain sudah berada di sana dari sejak awal pertempuran Syla melawan Geodam. Sedangkan Anvi, karena takut, awalnya dia tidak berani.

Akan tetapi, pada akhirnya rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya. Dan sesampainya di atap, Anvi terpana. Pertarungan antara Geodam, Golem, dan Common Water Dragon dihidangkan di depan kedua matanya.

"Waaaaahhh..." Tanpa sengaja, ucapan itu keluar dari mulut Anvily.

"Anvi, tau nggak, itu Golem raksasa buatan Pelatih Aesa!" Kata Felsy.

"Ha? Serius!?"

"Beehhh... Tadi malah lebih seru lagi pas Pelatih Syla duel sama Monster Tanah Raksasa itu! Pelatih Syla kuat banget!"

"Aaaaa! Aku nggak sempet liaaaat!"

"Kamu sih, penakuuut! Hahaha! Sekarang, Pelatih Syla ikutan masuk ke dalam Golem-nya Pelatih Aesa! Itu yang nembak-nembakin magic dari dada GolemĀ  itu tuh! Pelatih Syla ituuu!" Felsy menjelaskan dengan mata berbinar-binar.

"Oi, Lex, kamu bisa ngeluarin skill kayak gitu, nggak?" Revon bertanya, ingin memastikan sesulit apa mengeluarkan skill magic seperti yang dilakukan Syla.

"Uh... Engg... Kalau skill-nya saja, aku bisa... Tapi, kalau casting secepat itu... Ugh..." Jawab Alex dengan wajah suram.

Alex menyadari bahwa kemampuannya masih jauh di bawah itu. Meskipun dia memiliki Blessing yang bernama Soul of Great Archmage yang membuatnya memiliki afinitas yang tinggi pada keempat elemen magic natural. Hal itu berarti dia dapat dengan cepat mempelajari dan menguasai magic dari elemen api, air, tanah, maupun angin. Tapi, melihat perbedaan kemampuannya dengan Syla, ia menjadi frustrasi. Dia masih harus lebih banyak berlatih lagi untuk bisa mencapai level yang diperagakan Syla selama pertempuran melawan Geodam.

Revon, melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Alex, tidak perlu bertanya lebih jauh lagi untuk mengetahui seberapa mengerikannya kekuatan Pelatih mereka itu. Di satu sisi, melihat Geodam melawan Syla, Ren, dan Aesa, ia juga mengerti betapa tak terlawan kuatnya Monster Tanah Raksasa itu. Pelatih-Pelatih yang merupakan petarung terbaik di akademi maupun di kalangan Petualang, sampai dibuatnya kuwalahan.

Setelah beberapa lama keheningan melanda di antara para siswa yang menonton pertarungan dari atas atap akademi, tiba-tiba seseorang berteriak.

"Woooi!!! Apa itu!? Demon???" Dialah Revon.

"Ada sosok bercahaya kekuningan keluar dari dada Golem!" Halea juga terkejut, tapi terhadap sesuatu yang berbeda.

"Ha!? Bukankah yang berada di sana adalah Pelatih Syla!?" Androa menimpali, terkejut juga.

"Pelatih Syla... Bisa berubah seperti itu!? Tak hanya bisa menggunakan magic selihai itu, dia juga memiliki kemampuan merubah wujudnya!? Bukankah dia Magic Archer!?" Logavi, sebagai sesama Magic Archer, tidak mampu lagi mencerna akan apa yang sudah dilakukan Syla sejak awal tadi, hingga akhirnya ia menyerah untuk berpikir setelah melihat Syla berubah wujud menjadi seperti sekarang.

"Pelatih Syla berhenti di depan Demon tadi! Mereka berdua melayang di tempat. Mereka tidak bertarung..." Anvily mengomentari sambil mengamati yang sedang terjadi.

"Jangan-jangan, mereka sedang berbicara? Tunggu... Kenapa aku tiba-tiba jadi teringat sesuatu..." Halea menyambung komentar Anvily.

"Pelatih Aesa dan Pelatih Ren masih berada di dalam Golem. Pelatih Syla berubah wujud menjadi sosok yang bercahaya keemasan. Jangan bilang... Demon itu..." Revon mencoba menganalisa yang sedang terjadi di kejauhan, di medan pertempuran.

Sesaat setelah Revon selesai berbicara, Felsy menyahut, "Pelatih Arka! Demon itu pasti Pelatih Arka! Waaaaa Pelatih Arka keren bangeeeet!" Kata Felsy sambil melompat kegirangan.

"Iya, ada kemungkinan itu Pelatih Arka... Tapi baru sebatas kemungkinan..." Alex masih sangsi dengan apa yang disimpulkan oleh temannya.

"Pasti! Aku yakin! Yakiiiiin banget! Perasaanku nggak akan pernah bohon! Itu Pelatih Arkaaa!" Felsy kokoh dengan pendapatnya.

"Monster Tanah mulai nyerang! Dia menyerang Pelatih Syla dan Demon itu!" Teriakan Halea menghentikan perdebatan singkat tentang siapa sebenarnya Demon itu.

"Dia menembakkan batu besar ke arah mereka! Apa yang akan mereka lakukan... Menghindar? Menepisnya?"

***

*WHUUUUUUUNNNGG!!!*

Batu obsidian raksasa ditembakkan dan meluncur dengan kecepatan tinggi. Dengan ukuran sebesar itu dan kecepatan setinggi itu, bahkan Common Dragon pun tidak akan selamat.

Namun, ekspektasi tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Yang diperkirakan hancur, belum tentu hancur. Malah, bisa jadi kebalikannya. Seperti yang terjadi berikutnya...

*JEDAAAAARRRRRR!!!*

Batu obsidian hancur berkeping-keping. Hanya menyisakan hujan kerikil hitam kecil-kecil. Kekuatan serangan sebesar itu tak ada artinya. Jangankan untuk menghancurkan. Untuk melukai targetnya saja tidak bisa.

Lantas, siapa yang mematahkan serangan Geodam dengan semudah itu? Arka? Bukan. Bahkan Arka belum sempat mencabung pedangnya meski 1 centimeter saja. Lalu siapa?

"Kau... Makhluk rendahan... Sudah bosan hidup rupanya... Dari tadi kau sudah merepotkan... Sekarang kau mengganggu pembicaraanku dengan suamiku... Mati kau cacing..." Jiwa Syla meledak, dia berubah menjadi pribadi yang berbeda, dan nada suaranya pun berubah dingin. Syla menoleh ke arah Geodam sambil memutar arah menghadap tubuhnya secara perlahan ke arah Geodam.

Ya, Syla yang menghancurkan batu obsidian yang ditembakkan oleh Geodam barusan. Dan kini, Syla yang sudah berwujud seperti malaikat surgawi, auranya berubah drastis menjadi aura malaikat pencabut nyawa yang siap memutus benang merah yang menggantungkan nyawa Geodam.

"Umpff!"

Namun, sebelum Syla bertindak, tubuhnya yang sudah berada dalam wujud Celestial Form itu dipeluk Arka, dan Arka langsung melumat bibir Syla. Arka mencium Syla sambil memeluknya. Perlahan, Arka menurunkan ketinggian terbangnya.

Ketika sudah sampai di daratan, Celestial Form Syla sudah terbatalkan. Emosi Syla kembali stabil. Syla kembali menjadi Syla yang biasanya. Hanya saja, saat ini kedua pipi Syla sudah memerah dan bibirnya terbuka sedikit. Liur Arka dan Syla yang sudah bercampur aduk barusan, telah membuat bibir Syla basah dan sedikit berkilauan karena memantulkan cahaya matahari.

"Maaf, ya, sayang... Aku terlambat. Tapi biar aku yang nyelesein ini. Kamu tunggu di sini aja." Ujar Arka.

"... Um." Syla mengangguk sedikit, dan tersenyum.

***BERSAMBUNG***