Mau membelikan hp baru untuk istri yang pakai chipset snapdragon 855 atau yang setara, dengan kamera kelas atas, tapi pilihannya tidak banyak yang sudah resmi di Indonesia. Kebanyakan pakai pop-up atau flip camera. Kamera model seperti itu tidak cocok kalau punya anak balita yang sangat aktif. Bisa-bisa patah. Kalau Black Shark atau ROG Phone, kesannya kurang cocok untuk dipakai wanita. Aduh galau... Apa Samsung S10 lite saja ya? Modal terbatas soalnya hahaha!
Selamat membaca!
____________________________________________
"Waaa... Kaliaaan *hiccup* kucing nakaaalll... Ehehee..."
Arka sedang asyik minum minuman beralkohol sambil memakan cemilan pendamping alkohol dengan ditemani beberapa gadis cantik yang memiliki telinga kucing dan ekor kucing.
"Ayo, Tuan Arka... Minum lagi... Ini aku sudah buatkan cocktail andalanku! Tidak ada satu orangpun yang tidak ketagihan setelah mencicipinya!" Ucap salah satu Gadis Kucing dengan rambut berwarna abu-abu putih sambil menempelkan belahan payudaranya kepada lengan kanan Arka.
"Eheheee... *Hiccup* Susu... Eh, salah... Cocktail... *Hiccup* Enaaaak!"
"Ini cemilannya, Tuan Arkaaa~" Kata Gadis Kucing lainnya yang berwarna kuning coklat, menyodorkan cemilan sambil mengangkang di pangkuan Arka.
"Ohohoo... *Hiccup* Ini... Pasti lezzzaaaaattt~"
Arka sudah mabuk berat. Minum sedikit lagi, pasti dia sudah kehilangan kendali.
Para Demihuman benar-benar mengagungkan Arka sebagai Demon Lord mereka. Mereka memberikan pelayanan terbaik kepada Arka agar Arka senang dan puas. Gadis-Gadis Kucing ini, adalah hasil pilihan terbaik para Oni untuk menemani Arka.
Namun, sebelum Arka benar-benar kehilangan akal sehatnya, dia teringat sesuatu hal.
"Oh! Sebentar, gadis-gadis *hiccup* cantikku... Ada yang *hiccup* harus kulakuin sebentar..." Kata Arka sambil beranjak dari tempat duduknya.
"""Yaaahhh... Jangan lama-lama, Tuan Arka~""" Tiga Gadis Kucing yang menemani Arka bersenang-senang menjawab dengan bersamaan.
'Ruby, hubungin telepati dengan Syla dan Ren' Kata Arka melalui telepati kepada Ruby.
'Okaaay! Udah, Arka!' Jawab Ruby juga melalui telepati.
'Syla! Ren! Aku boleh tidur sama Gadis-Gadis Kucing di sini nggak?'
'Arkaaaa!'
'Arka, cepat balik ke Arvena!'
Arka terkejut. Alih-alih menjawab pertanyaannya dengan YA atau TIDAK, kedua istrinya malah menyuruhnya untuk segera kembali ke Arvena.
'... Ok.' Jawab Arka singkat.
Hercules Junior di dalam celana Arka yang dari tadi sudah berdenyut-denyut ngilu, seketika kehilangan tegangannya. Arka jadi cemas, kenapa nada suara kedua istrinya malah seperti panik begitu? Lalu ia kembali kepada tiga orang Gadis Kucing tadi.
"Eennggg... *Hiccup* Aku balik dulu, ya... Ada *hiccup* urusan mendadak."
"""Yaaaahhh~~~ Nanti kesini lagi, ya, Tuan Arkaaa~~~""" Mereka bertiga menjawab dengan suara seksi manja dan menggemaskan.
Tapi Arka harus kembali.
"Makasih udah *hiccup* nemenin aku ya gadis-gadis cantiiik... *hiccup* nanti kalo udah selesai, *hiccup* aku kesini lagi, kok... Muaaahh~ fyuuuuh~" Arka menutup kata-katanya dengan melemparkan kiss-bye kepada tiga Gadis Kucing itu.
"""Kyaaaaaa!""" Dan mereka bertiga pun kegirangan.
Yang mereka anggap sebagai Demon Lord, dewa bagi mereka, melakukan hal tersebut kepada mereka. Tentu saja mereka jadi menggelinjang.
"Teleportation *Hiccup* Gate!"
***
"Tidak bisa. Pasukan infanteri ataupun pasukan berkuda tidak akan berguna untuk melawan monster raksasa sebesar itu! Dan panah Archer pun tidak akan memberikan damage apa-apa! Bagaimana ini!?"
Sang Komandan Tentara Kerajaan Balvara, Komandan Jogras, memimpin perlawanan Kota Arvena terhadap Geodam.
Seluruh pasukan dikerahkannya. Sebagian Archer dengan panah api sudah disiapkan berbaris di atas pagar selatan Kota Arvena. Infanteri, Kavaleri, dan sebagian Archer sudah bergerak mendekati Geodam untuk menghadangnya sebelum monster itu berhasil mencapai pagar kota.
Puluhan ribu Tentara Kerajaan dikerahkan untuk menghadang monster pasir raksasa itu. Tapi, dari kejauhan dapat terlihat jelas perbedaan kekuatan tempur kedua belah pihak.
Bahkan jika diprediksi, hanya dengan satu injakan kaki monster tersebut, ratusan pasukan akan mati dalam sekejap. Dan dengan sekali ayunan tangannya, kemungkinan ribuan pasukan akan menemui ajalnya.
Apakah Jogras memiliki pilihan lain? Jawabannya sudah jelas. Tidak ada. Hanya ini yang dapat dilakukannya saat ini. Sambil berharap bahwa ada Petualang yang sangat kuat datang untuk membantu mereka. Tapi, menurut sepengetahuannya, semua Petualang Plat Diamond yang ada sedang bertugas dan tidak berada di sekitar sini.
Lunar Eclipse, sedang menjalankan misi di wilayah Kerajaan Elysium. Rogard sedang menjalankan misi di wilayah Kerajaan Goliath. Erazor juga sedang dalam misinya di dekat Kota Pelabuhan, Merinoc. Tidak banyak Petualang Plat Diamond yang masih aktif di Benua Erith ini.
Apalagi setelah Party Dark Edge menyatakan gantung senjata dan mulai menjadi pelatih di akademi.
Tunggu. Bukankah Dark Edge berada di Knight Academy Arvena?
"Komandan, bagaimana situasinya?" Suara seorang wanita yang tak asing baginya, Aesa, terdengar dari sampingnya dan menariknya kembali dari lamunannya.
"Ah!!! Pucuk dicinta, ulam pun tiba!!! Nona Aesa dan kedua Nyonya Arka!!!" Cahaya kembali kepada wajah Jogras setelah kedatangan tiga mantan Petualang Plat Diamond yang diharapkannya.
"Komandan Jogras, apa yang sedang terjadi?" Syla bertanya dengan nada tenang.
"Seperti yang kalian bisa lihat sendiri di sana." Wajah Jogras kembali serius, ia menoleh ke arah Geodam di kejauhan.
"Geodam? Monster elemen tanah, kelas B, hampir sekuat Superior Dragon. Kenapa monster itu mengamuk?" Ren yang sudah menggunakan skill Godly Appraisal untuk mengetahui identitas monster tersebut menjelaskan, lalu bertanya kepada Jogras.
"Kamipun tidak tahu-menahu tentang penyebab kemarahannya. Padahal, selama ini monster yang banyak diceritakan di kisah legenda itu tidak pernah keluar dari singgasananya selama ratusan tahun." Jawab Jogras.
"Tarik mundur pasukanmu, Komandan... Keberadaan mereka hanya akan menghalangi kami..." Syla menyuruh Jogras untuk menarik pasukannya kembali, dengan tatapan dingin namun terbakar ke arah Geodam.
Antara Dark Elf dan Geodam terdapat masa lalu yang kelam. Syla ingat cerita yang telah disampaikan oleh orangtuanya ketika dia masih kecil, tentang perang antara para Dark Elf melawan Geodam yang telah berhasil menelan sangat banyak korban dari bangsanya.
Syla tidak lagi terlihat seperti gadis Dark Elf ceria seperti biasanya. Melihat sosok Geodam dari kejauhan, dia teringat segala tragedi yang diceritakan oleh kedua orangtuanya dan ia sangat membenci kisah itu. Sekarang, dia malah dihadapkan oleh sumber tragedi atas bangsanya ratusan tahun yang lalu.
*Teeoooooooootttt!*
Suara terompet menggema ditiupkan. Terompet tersebut langsung diikuti oleh pergerakan mundur dari Tentara Kerajaan yang sedang bertarung untuk mengantarkan nyawanya kepada Geodam. Karena memang seperti itu yang terlihat. Tentara itu hanya mengantarkan nyawa mereka untuk dicabut oleh Geodam.
Sedangkan Geodam? Tidak ada sedikitpun yang mengindikasikan bahwa Geodam tersebut terluka meskipun secuil.
Monster pasir itu memiliki kemampuan regenerasi yang sangat tinggi. Setiap kali bagian tubuhnya tergires, dalam sekejap akan kembali utuh. Dia menarik semua tanah dan pasir yang ada di bawah kakinya untuk memperbaiki kerusakan di tubuhnya.
Untuk memberikan sedikit kerusakan pada bagian luar tubuh monster itu saja sudah amat sangat sulit. Apalagi monster itu memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Tidak ada harapan adalah kata-kata yang tepat untuk menyimpulkan situasi yang terjadi saat ini.
***
"Ren, Aesa, lindungi aku! HAHH!!!" Syla melompat sejauh mungkin berkali-kalu untuk mendekati Geodam dengan sangat cepat.
"Baiklah!"
"Ok!"
Ren dan Aesa menyusul Syla dengan menggunakan Adamantium Golem. Aesa sudah mencapai kultivasi tertinggi sebagai Earth Mage dan sudah mendapatkan job class Earth Magus karenanya. Sehingga ia dapat dengan mudah menciptakan Golem Raksasa menggunakan skill tingkat atas dari Earth Mage, yaitu Create Golem.
Normalnya, Earth Mage terkuat sekalipun hanya mampu untuk menciptakan Bronze Golem dari mineral perunggu yang terkandung di dalam tanah. Itupun ukurannya hanya sepersepuluh dari yang diciptakan oleh Aesa saat ini. Dan setelah menciptakan Bronze Golem, mereka tidak memiliki banyak Mana lagi yang tersisa di dalam tubuh mereka.
Tapi, bagi Earth Magus seperti Aesa, hal seperti ini adalah sepele. Mineral Adamantium yang sangat langka terkandung di dalam tanah dapat diekstraknya dan dibuat menjadi Adamantium Golem raksasa. Berdiri setinggi 50 meter, dengan bentuk humanoid.
A/N : Bayangkan Gund*m, tapi dengan bentuk yang lebih simpel dan polos. Tanpa senjata.
Syla yang sudah melewati barisan pasukan yang sedang ditarik mundur, segera mengeluarkan bow biasa yang digunakannya untuk melatih para Siswa KAA. Memasang anak panah pada bow sambil berlari. Tatapan Syla masih mengunci kepala dari Geodam.
Tubuh monster itu begitu besar. Jika Syla hanya menembakkan panah dengan skill yang hanya memberikan damage kecil-kecil, dia tidak akan mampu membunuh monster raksasa itu. Syla mengerti akan hal itu. Oleh karenanya, ia mulai memikirkan skill apa yang dapat digunakannya, yang mampu memberikan damage besar kepada satu target.
Skill Archer memang tidak memiliki damage yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan job class lainnya yang selevel. Kelebihan dari Archer hanyalah pada jarak serangannya yang mampu melukai musuk dari jarak yang sangat jauh. Karenanya, Archer kurang efektif jika dihadapkan kepada musuh yang memiliki tubuh sangat besar. Mereka hanya akan memberikan rasa geli-geli gatal kepada monster raksasa.
Berbeda dengan Magic Archer. Meski jarak serangannya sama dengan Archer, skill Magic Archer dapat menimbulkan tingkat kerusakan yang jauh lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya tambahan damage dari magic yang diimbuhkan kepada setiap tembakan panahnya.
Dan job class Syla, Artemis, merupakan evolusi dari Magic Archer. Kekuatannya jauh berbeda jika dibandingkan dengan Magic Archer. Jika diibaratkan langit dan bumi, maka kekuatan seorang Artemis berada di langit ketujuh.
Syla juga mempertimbangkan elemen magic yang akan digunakannya. Dia tak bisa sembarangan mengeluarkan skill magic karena musuh di hadapannya sangat kuat.
Dengan mempertimbangkan elemen dari monster itu, yaitu elemen tanah, pastinya Syla tidak akan bisa menembakkan skill dengan elemen tanah. Sebab, monster kelas B dengan elemen tanah cenderung malah akan menyembuhkan diri apabila diserang dengan elemen tanah.
Skill terkuat Syla saat ini, Raging Thunder God, memiliki elemen angin. Angin melawan tanah? Sangat tidak kompatibel. Angin lemah terhadap tanah. Bisa-bisa naga petir pada skill itu berubah menjadi keripik cicak kering saat menyentuh tubuh Geodam.
Elemen air tidak berpengaruh negatif ataupun positif terhadap tanah. Air dapat digunakan untuk melawan tanah. Namun, apakah itu yang terbaik? Tentu saja tidak.
Elemen api adalah elemen yang terbaik untuk melawan elemen tanah. Tapi Syla belum pernah bereksperimen untuk membuat skill unik dengan elemen api yang memiliki damage besar. Lalu, skill apa yang harus dikeluarkan Syla untuk menaklukkan monster raksasa ini?
"Kalau begitu... Aku akan mencoba..." Gumam Syla sambil terus berlari dan melompat mendekati Geodam yang juga sedang melangkahkan kaki mendekati Kota Arvena.
Syla memutuskan untuk menciptakan skill baru saat itu juga. Sambil terus berlari, ia mengatur nafasnya. Menenangkan energi magic yang ada di dalam tubuhnya. Lalu mengalirkan energi magic yang jumlahnya tak terbatas karena Blessing yang telah didapatnya dari True Dragon of Darkness, Vioraze, dari dalam dirinya menuju anak panah yang sudah siap untuk ditembakkan.
Pertama, dia mengimbuhkan energi magic netral kepada anak panahnya hingga batas maksimum yang dapat diemban anak panah dari bahan kayu biasa tersebut. Magic netral ini sebagai basis dari skill yang sedang diciptakannya agar stabil ketika dilepaskan. Anak panah tersebut jadi mengeluarkan cahaya putih terang.
Kemudian Syla berkonsentrasi lagi, mengubah energi magic dari dalam tubuhnya menjadi magic elemen api, kemudian menyelimuti anak panah yang sudah terisi penuh dengan magic netral non-elemen tadi.
Perlahan, cahaya putih dari panah itu terselimuti dengan cahaya kemerahan. Seperti melumuri lampu neon dengan menggunakan cat merah. Kini, cahaya yang dipancarkan oleh anak panah di tangan Syla sudah berubah seutuhnya menjadi cahaya merah.
"Hancurlah kau monster terkutuk..." Syla menarik nafas dalam, menarik anak panahnya hingga batas peregangan maksimum dari tali bow miliknya, lalu melepaskan jepitan jari telunjuk dan jari tengahnya atas buntut anak panah yang sudah siap lepas landas dari bow, lalu berteriak, "PHOENIX COMET!!!"
*ZHUUUOOOOOOSSSSSHH!!!*
***BERSAMBUNG***
_____________________________________________