Situs Asianovel.com sedang down atau apa ya? Beberapa hari ini tidak bisa saya akses.
Ada yang suka main MMORPG? Katanya Dragon Raja bagus, sayang masih pre-register. Casual player juga bisa menikmati game itu selain grinding sampai goblok. Dan game itu dibuat dengan Unreal Engine 4, grafiknya tidak perlu dipertanyakan lagi. Katanya...
Well, anyway... Selamat membaca!
_____________________________________________
"PHOENIX COMET!!!"
Syla melepaskan tembakan panah yang membawa magic dengan kekuatan yang sangat besar. Dengan inti proyektil yang berbentuk serupa komet berwarna putih, dan tiga ekor burung api berputar mengitari komet tersebut.
Tembakan itu meninggalkan ekor yang panjang seperti gelombang kamehame dengan tambahan spiral api di sepanjang lintasannya. Tujuannya mengarah hanya kepada satu titik di tengah-tengah kepala monster tersebut. Phoenix Comet melesat dengan cepat.
Sesaat sebelum melepaskan tembakan dahsyat tersebut, sebenarnya Syla masih ingin melanjutkan untuk mengimbuhkan lebih banyak lagi energi magic elemen api. Namun sepertinya anak panah itu sudah tidak mampu lagi untuk mewadahi energi magic yang lebih besar. Serat-serat kayu pada anak panah tersebut berderit, seakan-akan mau meledak di tangan Syla. Dan busur panahnya juga bergetar dan berderit.
Syla tidak dapat mengeluarkan kekuatan penuhnya menggunakan bow dan arrow biasa. Dia membutuhkan Arcane Dragon Bow dan Arrow, yang pernah diberikan kepada Arka sebagai mahar pernikahannya. Bow dan arrow tersebut terbuat dari tanduk Salamander. Selama ini Syla hanya menyimpannya di dalam Trans-Dimensional Storage milik Ren.
Syla sangat menjaga senjata itu dan tidak ingin menggunakannya jika tidak benar-benar diperlukan. Dan selama ini, dia belum pernah sama sekali menggunakannya karena terlalu sayang dengan senjata itu. Lagipula, terakhir kali ia bertemu dengan monster kelas B adalah saat melawan Salamander. Setelah itu, monster kelas B tidak pernah muncul lagi, sampai akhirnya saat ini.
Phoenix Comet, adalah hasil kreasi Syla yang dapat dikriteriakan sebagai skill unik. Gabungan dari Comet Cannon dari job class Archer yang telah ditingkatkan kekuatannya tiga kali lipat, dan Phoenix Flame dari job class Mage yang juga telah ditingkatkan sebanyak tiga kali lipat kekuatannya.
Sebenarnya, dengan kemampuan Syla saat ini, kedua skill tersebut masih dapat ditingkatkan lagi kekuatannya hingga sepuluh kali lipat atau lebih. Namun media yang digunakan tak mampu menahan kekuatan tersebut. Ya, bow dan arrow yang digunakan Syla memiliki kualitas yang sangat buruk. Setidaknya bagi Syla.
*ZHUUOOOOOOOSSSSHH!!!*
*BLEGAAAAARRRR!!!*
Tepat di momen ketika tembakan Syla mengenai kepala Geodam, ledakan besar pun timbul. Ledakan dari benturan energi magic menghasilkan bunga api yang menyeramkan. Kepala Geodam pecah berserakan menjadi puing-puing batu dan debu pasir yang berserakan ke sekitarnya.
Langkahnya bahkan terhenti dan seluruh sisa tubuh Geodam seperti tersandung dan terduduk berlutut di tempatnya.
"Hmh!" Syla menghela nafas sekali dengan cepat sambil tersenyum.
Syla merasa bahwa serangannya tadi sudah cukup untuk mengalahkan Geodam dengan menghancurkan kepalanya hanya dalam satu kali serangan. Di dalam hatinya ia berkata, untuk apa aku membuang-buang energi dan kehilangan ketenangan diriku tadi? Padahal musuhnya hanya selemah ini.
Legenda yang diceritakan orangtuanya tentang Geodam kembali terlintas. Dan sekarang Syla jadi heran, kenapa monster selemah ini bisa menjadi mimpi buruk bagi bangsa Dark Elf dahulu kala?
Dan beberapa saat kemudian, pertanyaan Syla terjawab.
Wujud raksasa tanpa kepala tersebut kembali bangkit. Geodam menyedot seluruh tanah, batu, dan pasir yang ada di bawah kakinya. Kembali melanjutkan langkahnya, kepala yang tadinya hancur, dengan cepat kembali tumbuh. Geodam benar-benar memiliki kemampuan regenerasi yang sangat tinggi selama ada elemen tanah di sekitarnya.
Kali ini, dia tidak hanya menyembuhkan dirinya. Tapi dia menciptakan sebongkah batu besar di tangannya. Tangan yang memegang bongkahan batu tersebut kemudian ditariknya jauh ke belakang kepala.
"Gawat!" Syla terbelalak melihat gerakan Geodam tersebut.
Di dalam pikirannya, dia mengetahui apa yang berikutnya akan dilakukan oleh Geodam. Pasti Geodam itu akan melemparkan batu besar ke arahnya, atau langsung ke arah kota. Apapun targetnya, itu adalah sesuatu yang berbahaya.
Dan benar saja. Setelah menarik tangannya ke belakang, Geodam mengayunkannya ke depan dan melepas batu besar itu ke udara. Lontaran yang kuat membuat batu raksasa tersebut melayang dengan sangat cepat.
Ke arah Syla.
Syla berusaha untuk berlari ke samping untuk menghindarinya. Dia berlari dan melompat dengan kecepatan penuh. Tapi batu itu terlalu besar dan cepat. Meskipun Syla berhasil menghindari batunya, dia tidak akan terlepas dari luka-luka akibat serpihan pecahan dari batu yang pasti akan pecah saat membentur tanah.
Itulah salah satu kesulitan saat melawan monster raksasa. Apalagi yang memiliki tinggi sampai 100 meter. Semua serangannya akan menjadi serangan AoE yang sangat luas dengan damage yang sangat tinggi. Baik itu pukulan ataupun tendangannya, akan memiliki efek AoE yang sangat luas. Apalagi kali ini adalah serangan lemparan batu besar.
Syla tidak mengenakan Fallen Exoskeleton yang telah diberikan Arka karena memang tidak ada persiapan sebelumnya. Ia hanya mengenakan seragam pelatih akademi. Otomatis, perlindungan terhadap dirinya hampir nol.
*Whuuuuuunnnggg!*
Batu besar melayang secepat kilat menuju Syla.
"Aaaaaah!!!" Syla berteriak sambil terus berlari sekuat tenaga untuk menjauhi AoE.
Tapi itu percuma. Sia-sia. Dia tidak akan sempat.
*DUUUMMMM*
Sesaat sebelum lemparan batu besar mengenai sasarannya, Aesa membuat Golem yang dinaikinya terlontar dan mendarat di antara Syla dan batu besar itu.
*BRRRRAAAAAAKKK!!!*
Batu besar yang dilemparkan Geodam terbentur dan pecah berkeping-keping. Serpihannya menghantam segala yang ada di sekitar lokasi benturannya. Tapi karena Adamantium Golem Aesa sudah menghadangnya, tak satupun serpihan pecahan batu itu yang mengenai Syla.
"Makasih, Sa!" Teriak Syla kepada Aesa.
"Ayo naik, Kak Syl!" Aesa meminta Syla untuk ikut menaiki Adamantium Golem bersamanya.
Syla mengerti maksud Aesa. Ia segera berlari dan melompat untuk ikut masuk ke dalam kabin Adamantium Golem. Tapi Syla tidak masuk ke dalam kabin yang berada di bagian kepalanya. Ia masuk ke dalam kabin yang berada di dada Adamantium Golem.
Syla dan Aesa memang sudah pernah berlatih untuk bertarung bersama dengan menggunakan Golem. Oleh karena itu, Syla sudah mengerti apa yang harus dilakukannya.
***
"Lihat orang itu! Dia sudah gila, ya!? Dia menerjang monster raksasa itu sendirian!"
"Pasti dia sudah tidak waras! Mengantar nyawa saja!"
"Dasar bodoh kalian. Kalian Petualang baru, ya!? Kalian tidak kenal siapa orang itu? Dia adalah mantan anggota dari Party Petualang terkuat sebenua Erith!"
"Maksudnya, Lunar Eclipse!? Maaf, kami baru bergabung ke Guild Petualang seminggu yang lalu..."
"Hmfh! Pantas saja kalian anak bau kencur tidak mengenalnya. Lunar Eclipse saja tunduk kepada mereka! Party Petualang yang kumaksud adalah Dark Edge!"
"D-Dark Edge!? Dark Edge yang itu!?"
"Sungguh disayangkan, mereka gantung senjata terlalu dini. Tapi untungnya beberapa dari mereka sedang berada di sini dan membantu kita!"
"Lihat itu! Dia menembakkan panahnya! Gila! Besar sekali kekuatan tembakan panahnya!"
"Hebat! Kepala monster raksasa itu hancur! Kita bisa menang!"
"Tunggu, tunggu! Lihat itu! Kepala yang sudah hancur kembali utuh seperti semula!"
"Apa!?!? Kekuatan sebesar itupun belum bisa mengalahkan monster itu!? Jangankan hancur, bekasnya saja sudah tak tampak lagi!"
"Hey! Lihat! Di sana! Ada sesuatu yang sedang terbentuk!"
"Tidak mungkin! Itu... Monster raksasa lainnya! Golem raksasa!"
"Kiamat... Mati kita semua..."
"Tapi... Kenapa Golem raksasa yang baru itu bergerak ke arah monster raksasa yang tadi? Apakah... Jangan-jangan... Golem itu ada di pihak kita!?"
"Itu... Pasti itu kiriman dari Dewi Gaea untuk menyelamatkan kita! Masih ada harapan!"
"Jangan terlalu berharap. Lihat tubuh Golem itu hanya setengah kali dari besar tubuh Monster Pasir Raksasa. Kita... Kita hanya bisa berdoa memohon bantuan dari Dewi Gaea..."
Para Petualang dan Tentara yang berada di sekitar pagar tembok Kota Arvena sedang menyaksikan pertarungan antara Dark Edge melawan Geodam dari kejauhan. Mereka bisa melihat dengan jelas karena baik tubuh dua monster raksasa maupun efek skill Syla barusan sangat besar. Tetap terlihat jelas meskipun jarak mereka sangat jauh.
Mereka terpana dan saling berbicara kepada sesama mereka mengomentari apa yang sedang terjadi. Rasa takut dan rasa cemas melingkupi udara di sekitar mereka. Monster itu terlalu besar dan terlalu kuat untuk mereka lawan.
Meskipun kekuatan tempur Kota Arvena, ibukota Kerajaan Balvara, terbilang sangat besar, namun di hadapan kekuatan besar dari Geodam mereka tak berdaya. Mereka hanyalah seperti laron-laron yang beterbangan di sekitar cahaya, yang pada akhirnya hanya akan berserakan di lantai dan mati terinjak.
***
Sementara di area pertempuran, Adamantium Golem dan Geodam sudah berada pada jarak yang cukup dekat. Pertarungan antara dua raksasa sudah tak terhindarkan lagi.
"Haaahh!"
Aesa berteriak sambil mengendalikan Adamantium Golem dengan Mana miliknya. Ia menggerakkan lengan Golem sekuat tenaga. Golem itupun melakukan gerakan memukul ke arah Geodam.
*Daaaaarrr!*
Geodam yang memiliki ukuran tubuh dua kali lipat dari Golem tidak hanya pasrah menerima serangan Golem. Geodam mengayunkan kepalan tangannya juga dan terjadilah benturan keras antara dua tinju maha besar yang saling beradu.
Hanya dari benturan itu saja, gelombang energi yang meledak berhasil menyapu tanah dan pasir di sekitarnya. Menyebabkan debu mengepul dan kawah dangkal tercipta di bawah kaki mereka.
Golem terseret mundur beberapa puluh meter akibat benturan keras tersebut. Sedangkan Geodam? Masih berdiri kokoh di tempat semula.
"Uuugggghh!" Aesa berusaha keras menahan agar tubuh Adamantium Golem tidak terjatuh dan tetap berdiri.
Syla tidak hanya diam di kabinnya. Setelah kondisi Golem cukup stabil, Syla melakukan serangan. Seketika muncul cahaya merah dari kabin Syla di bagian dada Golem.
"Phoenix Flame!" Teriak Syla sambil menembakkan magic elemen api ke arah Geodam.
*Zhoooosssssshh!*
Burung api besar melesat dari dada Golem menuju Geodam.
Geodam bukan monster bodoh. Ia meluruskan kedua lengannya ke arah Golem tersebut dan secepat kilat membentuk perisai dari batu dan pasir di depannya. Kedua telapak tangan Geodam berubah menjadi perisai besar yang meredam Phoenix Flame.
*Blaaarrr blaaaarrr blaaarrr blaaarrrr blaarrr blaaarrr!*
Syla menembakkan Phoenix Flame tidak hanya satu, melainkan belasan. Dari itu, belasan burung api keluar dari dada Golem secara bertubi-tubi.
Tapi apakah belasan Phoenix Flame dapat memberikan damage signifikan kepada Geodam?
Bukan monster kelas B namanya kalau selemah itu.
Perisai yang dibuat Geodam memang pecah dan retak setiap kali Phoenix Flame meledak dan membakarnya. Tapi sesaat kemudian, perisainya akan kembali utuh seperti sedia kala.
Melihat fenomena tersebut, Syla menghentikan serangannya. Dia berpikir untuk mencari cara lain agar dapat mengalahkan Geodam. Ia kebingungan. Kemampuan regenerasi Geodam terlalu tinggi. Dalam sekejap, kerusakan separah apapun dapat kembali seperti tidak terjadi apa-apa.
***
Pertarungan antara dua raksasa masih terus berlanjut. Tembakan magic tingkat atas silih berganti. Benturan-benturan fisik di antara keduanya masih terus bergema. Bahkan dari kejauhan, di Kota Arvena, getaran masih dapat dirasakan dengan jelas.
Dari alur pertarungan yang terlihat, sangat jelas tersimpulkan bahwa Adamantium Golem masih berada di posisi yang tidak menguntungkan. Serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Golem tersebut sama sekali tidak dapat memberikan kerusakan terhadap Geodam. Sebaliknya, serangan Geodam sedikit demi sedikit sudah memberikan kerusakan atas Golem yang terlihat jelas oleh mata telanjang.
Meski demikian, tak tampak adanya tanda-tanda menyerah dari Golem tersebut.
Dan di saat itulah, sesuatu muncul di langit.
Tiba-tiba muncul lingkaran sihir yang sangat besar di langit! Lokasinya pun tak jauh dari lokasi pertarungan dua raksasa. Satu demi satu lingkaran sihir bermunculan di langit. Mengeluarkan cahaya kebiruan yang menyilaukan. Hingga pada akhirnya, 5 lapis lingkaran sihir yang saling bertumpukan itu berotasi di tempat.
"Apa itu! Di langit sana!"
"Lingkaran sihir!? Tapi, banyak sekali lapisannya!"
"Magic sekuat apa itu!? Baru kali ini aku melihat yang seperti ini!"
Orang-orang yang berada di Kota Arvena dapat melihatnya. Lingkaran sihir yang maha besar. Tidak jauh dari lokasi pertarungan antara Adamantium Golem melawan Geodam.
Rahang semua orang terbuka lebar sampai sendinya lepas ketika menyaksikan fenomena itu.
***BERSAMBUNG***