Sudah mulai santai lagi. Sudah mulai bisa mengetik tanpa banyak gangguan lagi. Sehat-sehat ya semuanya!
Selamat membaca!
____________________________________________
"Halo, Raja Arthos!" Sapa Arka tanpa segan dan ragu kepada Raja Kerajaan Balvara, seperti teman dekat saja.
Arka pergi meninggalkan akademi setelah selesai melakukan sabung ayam atas Siswa di kelasnya. Revon melawan Halea. Yang akhirnya dihentikan Arka karena Halea sudah cukup babak belur sedangkan Revon hanya memar dan lecet yang tak seberapa.
Ya, kemenangan berpihak kepada Revon. Memang Revon memiliki keuntungan jika bertarung di dalam ring. Ia memiliki Strength (Str) yang sangat tinggi dengan Vitality (Vit) yang lumayan. Dengan adanya ring, otomatis tidak terlalu membutuhkan Agility (Agi) tinggi.
Sedangkan Halea adalah Dragoon, yang secara alami bertarung dari atas punggung naga. Dengan tak adanya naga tunggangan yang ikut dalam pertarungannya dengan Revon, terpaksa dia hanya menggunakan kekuatannya sendiri. Skill Spearman ditambah dengan skill Wind Magic dan Fire Magic tingkat bawah sampai menengah saja masih belum mampu mengalahkan Revon. Selain itu, Agility Halea yang lebih tinggi dari Revon pun tidak begitu bermanfaat di dalam ring yang sempit seperti ini.
Tentu saja, akan menjadi lain ceritanya jika mereka bertarung di alam terbuka dengan kekuatan penuh. Entah siapa yang akan menang dalam duel itu jika tidak dibatasi oleh pembatas ring bertarung.
Tapi, setelah puas bertarung, Arka memaksa mereka untuk berperilaku sportif. Mengakui kekalahan bagi yang kalah, dan tidak boleh sesumbar bagi yang menang. Selain itu, Arka menyuruh mereka berdua untuk melupakan permasalahan sebelumnya.
Tentu saja hal itu tidak akan semudah membalikkan telapak kaki. Eh, maksudnya telapak tangan, karena membalik telapak kaki agak susah. Tapi Arka menyelipkan ancaman bahwa jika mereka kembali ribut, Arka sendiri yang akan membuat mereka menyesal telah melanggar perintah Arka. Tentunya, sambil menggunakan Devil's Glare untuk membuat efek dari kata-katanya menjadi lebih dramatis.
Setelah itu, Arka mengizinkan semua Siswanya untuk beristirahat di asrama masing-masing selama sehari penuh. Kemudian ia pergi ke Istana Kerajaan Balvara untuk menemui Sang Raja.
"Oh! Arka! Bagaimana kabarmu? Apa Puteriku dapat mengikuti pelajaran dengan baik?" Basa-basi Raja Arthos kepada Arka.
"Sebenernya, aku sama sekali belum pernah ngajar si Liv. Baru juga dua hari hahaha..."
"Hahaha... Baiklah, baiklah... Sekarang... Ada keperluan apa kau datang kesini?" Tanya Raja Arthos.
"Wah, Raja Arthos ini bisa aja... Emang aku nggak boleh dateng kesini buat sekedar berkunjung aja?"
"Boleh, tentu saja boleh! Tapi, selama ini kau selalu menemuiku jika ada perlu saja, bukan? Hahaha..."
"Ehehe... Engg... Kalo dipikir-pikir, iya juga, yak..."
"Naah kaan hahaha..."
"Kalo gitu, langsung aja ya, Raja Arthos..."
Arka menceritakan tentang apa yang pernah dibicarakannya dengan para Demihuman di Hutan Goturg. Segala permasalahan mereka, dan semua alternatif dari rencana Arka dalam menanggulangi masalah tersebut.
Yang paling ditekankan oleh Arka adalah terkait rencananya untuk mengajari para Demihuman agar mampu memproduksi bahan pangan sendiri dengan cara bertani dan beternak. Raja Arthos mendengarkan dengan seksama.
"Jadi begitu, Raja Arthos..."
"Hmm... Sebelum aku menyampaikan pendapatku, bisakah kau tunjukkan kira-kira dimana posisi Desa Demihuman tersebut?"
"Bisa, Raja Arthos. Apa Raja mau kuajak kesana sekarang?"
"Tidak, tidak. Bukan seperti itu maksudku..." Raja Arthos mengalihkan pandangan kepada orang yang berdiri di sampingnya, dan berkata, "Ambilkan peta wilayah kerajaan."
"Laksanakan, Yang Mulia Raja Arthos!" Orang tersebut lalu segera pergi dan tak berapa lama kemudian kembali lagi membawa peta wilayah Kerajaan Balvara. Ia membentangkannya di atas sebuah meja yang juga baru saja disiapkan.
"Arka, ini peta wilayah kerajaanku, dan ini adalah Hutan Goturg. Coba kau tunjukkan kira-kira dimana lokasinya."
"Oh... Kalo itu..." Arka memperhatikan peta dan mengingat-ingat lagi. "Di sini, Raja." Arka menunjuk satu titik.
"Ahh... Sudah kuduga. Begini, Arka..." Raja Arthos menyatukan jemari di kedua tangannya di depan dada, lalu melanjutkan, "Daerah yang kau tunjuk itu sudah berada di luar batas wilayah Kerajaan Balvara. Jadi untuk gampangnya, aku tidak punya kuasa atas daerah itu secara perundang-undangan manusia. Apalagi, mereka bukan manusia dan tidak terikat atas undang-undang yang dibuat oleh manusia." Jelas Raja Arthos.
"Oh, gitu... Jadi, aku harus bicara dengan siapa, Raja Arthos?"
"Karena itu sudah masuk wilayah kekuasaannya Marca, coba kau berbicara dengannya."
"Okelah. Makasih, Raja Arthos! Teleportation Gate." Arka sedikit merunduk kepada Raja Arthos lalu mengeluarkan Teleportation Gate.
Dia langsung masuk ke Teleportation Gate tersebut dan sesaat kemudian, gerbang magis itu lenyap bersama Arka.
"Hahaha... Anak itu selalu membuatku kagum." Gumam Raja Arthos.
***
"Yang Mulia Ratu Marca! Seseorang yang mengaku bernama Arka ingin menemui Yang Mulia!"
Akhirnya dia datang. Aku ingin berbicara dengannya tentang masalah Demihuman yang sedang kami hadapi sekarang ini.
"Persilahkan dia untuk masuk ke ruang ini." Perintahku kepada Prajurit itu.
"Laksanakan, Yang Mulia, Ratu Marca!"
Aku sudah mengirim Pasukan beserta Petualang untuk memberantas para Demihuman. Tapi sampai hari ini aku belum mendapatkan berita tentang keberhasilan mereka.
Hanya beberapa detik setelah kuperintahkan Prajurit untuk mempersilahkan Arka masuk ke ruangan ini, Ruang Tahta, Arka sudah sampai.
"Selamat siang, Ratu Marca! Waah aku udah lama nggak kesini. Ratu makin kelihatan cantik dan menawan aja..." Kata Arka sambil berjalan santai menuju hadapanku, memasang wajah tersenyum ramah.
"Oh, Arka... Rayuan seperti itu hanya mempan untuk anak gadis seusiamu atau yang lebih muda saja... Hahaha... Dimana mereka sekarang? Kedua istrimu."
Wow. Dia memulainya langsung dengan rayuan gombal recehan. Tapi, sudah lama sekali aku mendapat pujian spontan tanpa berbalut formalitas seperti ini. Yah, lumayan refreshing.
"Loh? Itu serius loh, Ratu Marca," jawab Arka dengan wajah yang agak bingung dan polos. Lalu ia melanjutkan, "Cuman, kayaknya ada sedikit rasa cemas di wajah Ratu. Ada masalah? Oh, ya... Syla dan Ren harusnya sih sedang ngajar di akademi."
Hm? Maksudnya? Wajahku terlihat seperti tante-tante yang sedang stres, begitu? Aku memang sudah berusia kepala empat. Tapi rasanya aku sudah menyembunyikan perasaanku semaksimal mungkin. Lumayan juga kemampuannya dalam mengamati raut wajah seseorang. Apakah dia sudah banyak berlatih untuk hal ini?
"Ho? Kalau begitu, terima kasih atas pujiannya. Sebenarnya, aku sudah menunggu kedatanganmu karena ada yang ingin kusampaikan." Kataku sambil tersenyum.
"Waaah... Kebetulan. Aku juga ada yang mau kubicarain dengan Ratu Marca." Balas Arka sambil menepukkan kepalan tangannya ke telapak tangan satu lagi.
Kebetulan apanya. Selama ini, dia hanya mendatangiku jika ada perlunya saja. Dasar, Arka.
"Kalau begitu, silahkan kamu duluan, Arka."
"Oke. Ini tentang Desa Demihuman di Hutan Goturg." Jawab Arka santai.
Tunggu. Jadi dia sudah tahu tentang masalah Demihuman ini? Apalagi dia berkata 'Desa Demihuman'. Jangan-jangan, dia tahu dimana lokasinya?
"Tunggu dulu, Arka. Kamu mengatakan Desa Demihuman di Hutan Goturg. Apakah kamu tahu kalau beberapa minggu belakangan ini, kami sedang bermasalah dengan para Demihuman di sekitar Hutan Goturg?" Aku bertanya dengan sedikit mencondongkan tubuhku ke depan.
"Lah? Ratu Marca belum tau?" Tanya Arka heran.
Loh, apa yang aku belum tahu? Info terakhir yang kudapatkan dari Pengirim Pesan adalah bahwa Pasukan yang kukirimkan masih menyisir Hutan Goturg untuk mencari tahu dimana posisi sarang Demihuman berada. Itu sekitar seminggu yang lalu.
Apa yang sudah terjadi dalam kurun waktu satu minggu ini?
"Berita terakhir yang kuterima, mereka baru akan menyisir Hutan Goturg untuk mencari dimana lokasi sarang Demihuman." Jawabku tenang.
"Walah... Ratu nggak up-to-date, nih... Sekarang, mereka udah janji sama aku kalo mereka nggak bakal nyerang manusia lagi. Karena aku bakal ngebunuh mereka kalo mereka ngelanggar janji mereka." Arka berkata dengan tengil disertai senyuman menyombongkan diri.
"Lantas, apa yang sudah terjadi?" Tanyaku, penasaran.
Arka menceritakan semuanya. Dia menceritakan juga tentang batas wilayah kerajaan-kerajaan yang sebelumnya telah disampaikan oleh Arthos. Dan yang membuatku kaget adalah...
"Terus, aku mau minta bantuan Ratu Marca... Jadi, karena Desa Demihuman ini masih di dalam wilayah Kerajaan Elysium, aku mau minta bantuan Yang Mulia untuk pengadaan bibit tanaman pangan yang unggul, sama bibit hewan ternak yang unggul. Kalo bisa, tanaman yang paling cepat bisa panen dan hewan ternak yang reproduksinya cepet dan tidak gampang mati. Bisa, nggak, Ratu Marca? Bisa dooong... Pliiiiissss~" Arka membuat wajahnya seperti anak kucing imut yang sedang memohon untuk diberi sepotong ikan asin.
Ternyata seperti itu situasinya sekarang. Memang benar, lokasi tersebut masih di bawah kekuasaanku menurut Undang-Undang yang berlaku. Itu berarti masih tanggungjawabku untuk membantu menanggulangi permasalahan mereka agar sesuatu yang seperti sebelumnya tidak terjadi lagi.
Di sini, Arka sendiri yang mengatakan bahwa para Demihuman itu telah bersumpah untuk patuh kepadanya. Artinya, Arka sendiri yang memegang kendali atas Demihuman di Hutan Goturg. Jika seperti ini, aku dapat memanfaatkan hal yang baik seperti ini. Aku harus memberikan sebuah win-win solution.
Yang jadi permasalahannya adalah, Demihuman hanya patuh kepada Arka. Bukan kepada Kerajaan Elysium. Lantas, bagaimana aku harus bertindak agar Kerajaan Elysium tetap utuh?
"Eengg... Ratu Marca?" Arka memecah lamunanku.
"Ah, ya? Ada lagi yang lainnya, Arka?"
"Gini... Aku juga ada rencana buat bikin supaya Demihuman dan rakyat Kerajaan Elysium bisa saling membantu. Dan juga, aku pengen bikin mereka menjadi pasukanku untuk melawan suatu musuh yang sangat kuat di masa yang akan datang. Sambil nunggu itu, kan bagus juga kalo mereka bisa jadi bagian dari masyarakat..." Jelas Arka.
"Hmm...... Proposalmu menarik, Arka. Coba jelaskan lagi." Aku penasaran, apa rencana besar yang ada di dalam pikiran anak ini.
"Aku bisa bikin jalan di Hutan Goturg yang lurus menuju pedesaan terdekat. Dengan gitu, kita bisa bicara soal bisnis. Tapi bukan aku yang bicara bisnis. Karena itu bukan keahlianku."
"Jadi, siapa yang akan kamu usulkan?"
"Istriku." Arka tersenyum bangga.
"Tunggu... Syla? Bukan. Pasti Ren. Dia memiliki Job Class sebagai Merchant, bukan? Ya, pasti Ren."
A/N : Saya mengganti istilah 'Kelas' menjadi 'Job Class' supaya tidak menimbulkan ambigu dengan kelas pelajaran yang ada di akademi.
"Haha! Seperti yang diharapkan dari seorang Ratu Marca. Punya kemampuan analisa yang sangat hebat... Bener, Ratu. Ren yang akan melakukan perencanaan dan menjalankan bisnis." Kata Arka dengan santainya.
Hm. Bisa. Meskipun rencana jangka panjang anak ini masih terkesan sangat tidak matang, tapi dia memiliki orang-orang yang cukup kompeten untuk mengeksekusinya. Aku jadi penasaran, akan jadi seperti apa Desa Demihuman itu jika kuserahkan pengelolaannya kepada Arka?
Kalau dipikir lagi, aku memiliki dua pilihan. Yang pertama, mencoba membangun hubungan baik dengan para Demihuman dengan memberikan bantuan dan mengirim orang-orangku untuk melakukan persuasi terhadap para Demihuman.
Kedua, kunobatkan Arka sebagai bangsawan di Kerajaan Elysium. Dengan begitu, aku tidak perlu repot lagi untuk melakukan apapun. Karena dari cerita Arka, para Demihuman di Hutan Goturg itu tunduk kepadanya.
Dengan mengangkat Arka menjadi bangsawan Kerajaan Elysium, otomatis kekuatan tempur kami akan langsung melambung tinggi. Arka sendiri saja sudah menambah kekuatan tempur secara signifikan. Belum lagi kedua istrinya yang bukan orang sembarangan.
Ada lagi dua monster maha sakti yang dimilikinya. Aku juga tidak bisa melupakan Lunar Eclipse. Salah satu Party Petualang yang masih aktif dan namanya sudah terkenal di segala penjuru Benua Erith.
Semua itu, apabila ditambahkan dengan kekuatan Pasukan Demihuman, akan menjadi kekuatan yang tak tertandingi.
Pilihan kedua akan lebih menguntungkan, sepertinya. Namun, ada satu hal yang harus kupastikan terlebih dahulu...
"Arkanava Kardia. Apakah kamu bersedia untuk kuangkat sebagai bangsawan di kerajaanku dan kuberikan wilayah Hutan Goturg untuk menjadi wilayah kekuasaanmu? Selain itu, kebutuhan seperti bibit tanaman dan hewan ternak juga akan kuberikan. Bagaimana menurutmu, Arka?"
Aku menanyakan hal ini kepada Arka setelah memikirkannya matang-matang.
***BERSAMBUNG***
______________________________________
Terima kasih sudah membaca! Tapi vote-nya jangan pelit-pelit, ya!