Aaaahhh... Pusingnya pekerjaan akhir-akhir ini. Harus mempersiapkan segala pencegahan Covid-19 di area perusahaan. Ditambah lagi, karena perusahaan memutuskan untuk semi-lockdown, saya dan paramedis menjadi lini terdepan jika ada tamu yang mau masuk ke dalam wilayah perusahaan.
Para Pembaca, mohon doanya supaya saya, keluarga, dan seluruh tim tetap sehat dan terhindar dari Covid-19.
"abcde" >> percakapan biasa
'abcde' >> telepati
______________________________________
"Gimana?"
"T-Tuan Arka... Apakah anda Tuan Arka?"
Seorang Petualang Plat Gold memastikan namaku. Dari perlengkapannya, aku menilai bahwa dia adalah seorang Rogue.
"Ya, ya. Aku Arka. Ada apa?"
"Perkenalkan, namaku Dios. Aku diutus oleh Tuan Garen untuk memohon bantuan kepada Tuan Arka."
"Walah... Ngapain lagi bocah itu?"
"Maaf, Tuan Arka. Kami sedang dalam misi pemberantasan Demihuman karena mereka sudah terlalu banyak menjarah dan membunuh orang-orang di pedesaan yang berada di sekitar Hutan Goturg, Tuan. Namun, situasi saat ini membuat kami tidak dapat maju tanpa harus mengorbankan banyak jiwa. Lalu, Tuan Garen menyuruhku untuk kesini setelah mendengar suara ledakan barusan, yang ia duga merupakan suara ledakan dari skill magic milik Tuan Arka."
"Hmmm... Sebenarnya itu bukan skill-ku. Skill-ku nggak akan selemah itu hahaha... Oh, ya, tapi itu nggak penting. Ok, tunggu bentar."
Aku berbalik dari Rogue yang mengirimkan pesan Garen barusan, menuju dimana para Siswaku sedang beristirahat.
"Oi bocil-bocil. Ada sedikit masalah nih di dalam hutan. Kalian kecapekan, nggak?" Tanyaku kepada para Siswa yang sedang beristirahat di bawah pohon.
"""Tidak, Pelatih!""" Jawab mereka serentak.
Wah, sepertinya mereka sudah terlatih untuk menjawab pertanyaan Pelatih dengan tegas dan seirama. Eh, bukan itu yang harus kupikirkan sekarang.
"Kalo gitu, kalian ikut juga, ya... Siapa tau nanti ada yang bisa kalian jadiin pelajaran atau setidaknya buat tambahan pengalaman." Ujarku santai.
"""Baik, Pelatih!"""
Haha... Jawaban mereka selalu serentak. Yaa... Aku tidak membenci bentuk kedisiplinan seperti ini. Mereka langsung menyiapkan kembali peralatan dan perlengkapan mereka yang sudah dilepas saat mereka beristirahat barusan.
"Ok..." Aku berbalik ke arah Rogue tadi, "tunjukin dimana arahnya." Perintahku dengan nada datar.
"Silahkan mengikuti saya, Tuan Arka."
"Lah... Aku bilang tunjukin, bukan dianterin..." Aku memprotes Rogue itu.
"M-maaf, Tuan. Ma-maksudnya?" Rogue tersebut bertanya dengan ekspresi bingung.
"Tunjukin aja dimana arah camp kalian, terus kira-kira berapa jaraknya dari sini." Ucapku.
"Oh! Di arah sana, Tuan. Sekitar 1 kilometer dari sini." Rogue tersebut menunjuk ke arah spesifik di dalam Hutan Goturg.
Untuk lebih akurat, aku mengeluarkan skill milikku ke arah sana.
"Darkness Sense......... Oh, itu. Jaraknya 1 kilometer lebih 96 meter. Ya, nggak meleset terlalu jauh. Kalo gitu..."
Aku memanggil Dryad di dalam hatiku.
'Oi, Dryad...'
'Hamba, Yang Mulia Arka.'
'Bukain jalan setapak lurus ke arah sana. Sejauh 1.096 meter.'
'Baik, Yang Mulia Arka.'
'Satu lagi, nggak usah manggil aku pake sebutan Yang Mulia lagi.'
'Hamba mengerti, Tuan Arka.'
'Nah gitu aja mendingan.'
'Gan Eden.' Suara Dryad yang mengeluarkan sebuah earth magic menggema di dalam kepalaku.
Sesaat kemudian, hutan belantara dan semak belukar menuju arah yang kumaksud pun terbuka. Rumput, gulma, dan belukar bergeser ke samping. Batang dan ranting pohon juga bergerak dan membengkok sedemikian rupa hingga membuat lorong jalan setapak yang lurus.
Skill Gan Eden adalah salah satu skill earth magic tertinggi yang dapat memanipulasi tanaman dalam skala masif untuk menjadi seperti apapun yang diinginkan penggunanya. Skill ini hanya bisa diakses dengan meminjam kekuatan dari Earth Spirit, Dryad.
"Nah, kalo gini kan jadi nggak capek dan lebih cepet. Sana kamu jalan duluan."
"A-a-apa itu..." Sang Rogue tadi masih terkejut setelah melihatku membuka jalan setapak di hutan belantara seenak udelku.
"Woi!" Aku mengagetkannya.
"E-eh! Iya! Apa, Tuan?"
"Sana duluan aja."
"Tapi..."
"Ngerti bahasa manusia, nggak?" Aku mulai kesal dengan orang yang banyak cincong ini
"B-baik, Tuan! Saya mengerti!" Rogue itu langsung bergegas masuk ke jalan setapak yang telah dibuat oleh Dryad.
"Bocil! Kalian sana lari duluan! Anggap ini latihan! Terutama kamu, Revon!"
"""Baik, Pelatih!"""
Mereka langsung berlari ke jalan setapak yang sama.
"Kalian boleh pake skill apapun biar cepet nyampe. Tapi nggak boleh pake tunggangan. Aku tunggu di ujung sana." Kataku.
"""Siap, Pelatih!"""
Aku masih berdiri di tempat ini ketika mereka semua berlari ke jalan setapak tersebut. Aku harus memberi kabar kepada dua istriku dahulu karena kemungkinan kami akan pulang terlambat.
"Ruby! Aktifkan telepati ke Syla dan Ren."
"Okaaay! Udah, Arka!" Jawab Ruby sambil tersenyum lebar.
Melihat wajah Ruby yang selalu ceria ini selalu membuatku senang. Apalagi kalau dia sedang telanjang bulat. Hehe... Hehehe...
Aku mulai berbicara menggunakan telepati.
'Sylaaa... Reeen...' Kataku di dalam pikiran.
'Iya, sayang? Ada apa?'
'Kenapa, suamiku?'
'Si Garen minta tolong sama aku. Jadi mungkin kami pulangnya agak telat.'
'Oooh... Ok! Hati-hati, ya...' Jawab Syla.
'Kamu udah bawa bekal makanan?' Ren mengkhawatirkan makanku.
'Umm... Nggak, sih... Tapi nanti aku minta sama Garen aja. Oh, iya. Aku juga bawa semua Siswa di Kelas Z.' Kataku.
'Hati-hati ya... Itu anak-anak orang dijagain, sayang...' Syla menanggapi.
'Kalau bisa pulang secepatnya, ya... Malam ini giliranku, kan?' Ren mengingatkanku bahwa malam ini jatahnya dia untuk berhubungan seks.
'Ahahaha... Malu tau didengerin sama yang lainnya...' Jawabku sambil tertawa garing.
'Hihihi biariiin... Ya udah, jaga diri dan jaga anak-anak itu, ya...' Balas Ren dengan puas.
'Ren sama Syla tenang ajaaa! Kan ada Ruby dan Kak Cyane di sini!' Ruby menimpali.
'Aku akan memastikan Tuanku aman.' Cyane juga berkata kepada Ren dan Syla.
'Salam buat Aesa juga, ya...' Ucapku.
'Ok!'
'Iya...'
Setelah selesai telekonferensi, aku bersiap untuk pergi. Ruby dan Cyane juga ikut di belakangku. Kami bertiga bergerak menuju lokasi yang sudah kutandai dengan skill Darkness Sense. Aku ingin cepat sampai ke camp si Garen.
Jalan kaki? Berlari? Hah!!! Itu hanya untuk orang susah saja!
Aku dan Cyane naik ke atas punggung Ruby dan terbang dengan dibantu oleh wind magic dari Sylph, si Wind Spirit. Jarak 1 kilometer hanya ditempuh dalam beberapa detik saja. Bahkan Ruby baru sempat mengepakkan sayapnya sekali, ketika lepas landas.
***
*Srrreessss...*
*Kreetttt krrreettt*
Ranting-ranting pohon di atas camp bergerak. Dedaunan terbuka di satu titik. Mengekspos langit sore yang berwarna biru dengan semburat kuning.
*Drakk draakk drakk*
Dari titik yang terbuka itu, tiga buah sosok manusia terjun dan mendarat dengan keras dalam posisi berdiri santai.
Kemudian, salah satu dari tiga orang itu berbicara.
"Wooooiii Garen mana Garen???"
Orang itu berteriak seolah-olah dia bos di tempat ini. Dasar songong belagu angkuh sombong congkak, orang itu...
"Orang kaya dan kuat mah bebas... Author asu." Kata Arka, berbicara sendiri seperti orang skizofren.
Orang-orang yang melihatnya, tercengang untuk beberapa saat. Lalu mereka memastikan lagi siapa tiga orang yang baru saja turun dari langit tersebut.
Setelah yakin, barulah salah seorang Petualang Plat Gold menyebutkan yang terlintas di pikirannya.
"Dark Edge! Itu adalah party legendaris, Dark Edge!"
"Wah! Benar! Itu Dark Edge!"
"Loh, bukannya mereka sudah gantung senjata?"
"Aku tak menyangka dapat melihat sang legenda dari jarak sedekat ini!"
Semua orang mengelu-elukan Arka dan kawan-kawan. Mantan Petualang Plat Diamond yang terkenal selalu dapat menyelesaikan Misi Plat Diamond dalam durasi tak lebih dari 1 hari.
Hal yang tidak masuk akal. Karena normalnya, Party Petualang Plat Diamond membutuhkan waktu minimal 1 bulan untuk menyelesaikan sebuah Misi Plat Diamond.
Sedangkan Dark Edge, setiap kali mengambil sebuah Misi Plat Diamond, mereka hanya akan berangkat pagi dan kembali pulang sorenya membawa bukti yang menjadi tanda selesainya misi mereka. Malah, mereka pernah berangkat pagi dan sudah pulang sebelum tengah hari, di hari yang sama.
Maka dari itu, tidak heran bahwa reputasi mereka cepat meningkat dan nama mereka langsung terkenal seantero Benua Erith. Dan di akhir karir mereka sebelum menyatakan gantung senjata alias pensiun dini sebagai Petualang, sangat banyak yang menyayangkannya. Termasuk Raja Arthos dan Ratu Marca, Raja Kerajaan Balvara dan Ratu Kerajaan Elysium.
Sebelumnya, Dark Edge memang sudah sangat akrab dengan Ratu Marca dan Raja Arthos. Mereka sering sekali mendapat permintaan misi khusus dari dua orang pemimpin kerajaan yang berbeda itu.
"Arkaa!" Garen memanggil Arka setelah keluar dari tendanya.
"Oh, di sana..." Gumam Arka.
"Loh... Syla, Aesa, dan Ren nggak ikut, ya? Kupikir mereka ikut..."
"Nggak. Mereka kan tadi ngajar kelas yang lain. Ini juga aku lagi ngelatih Siswa di kelasku. Oh iya, Rogue yang kamu kirim tadi dan bocil-bocil di kelasku belum sampe, ya?"
"Ha? Aku belum liat..."
"Ok, kalo gitu, bagi makanan dong buat makan malam. Kan rencananya mau balik tadi, tapi katanya kamu minta bantuan."
"Oh, iya. Kalo makan, kayaknya masih bisa kami bagi. Tapi, makanan alakadarnya aja, ya? Soalnya, entah kenapa, bahan-bahan makanan di sini susah banget dicari."
"Iya, Gar. Bagus malah. Biar Siswa-Siswa manja itu ngerasain NIKMAT berpetualang, ahahahaha... Mampooosss..."
"Buset, jahat banget kamu, Ar... Sama murid sendiri padahal... Hahaha..."
"Jadi, gimana, Gar?"
"Ayoklah masuk ke tenda dulu." Ajak Garen sambil menunjukkan jalan ke arah sebuah tenda.
"Widih, ngeri juga tenda bos kita. Paling kinclong sendiri mameeen!"
"Hahaha... Kamu dulu kan juga dapet perlakuan yang sama pas masih jadi Petualang Plat Diamond..."
"Aku nggak pernah dikasih tenda bagus, kok... Kalo aku sih, bikin tenda sendiri pake dark magic. Lebih keren sih isinya muwahahahaha!"
"Bangke... Merendah untuk meroket, ya... Hahaha..."
***
Kami masuk ke dalam tenda. Di sana, sudah ada beberapa orang yang sepertinya merupakan para pemimpin pasukan. Kami duduk bersama, dan Garen mulai menjelaskan situasinya.
Garen menjelaskan secara detil. Mulai dari latar belakang kenapa misi skala besar seperti ini bisa dilaksanakan. Hingga kesulitan yang mereka hadapi saat ini.
Di tengah-tengah obrolan kami, para Siswa dan Rogue yang dikirim oleh Garen sebelumnya tiba. Aku mengetahuinya dari salah satu pasukan yang menginfokan kepada kami. Kemudian kupastikan dengan skill Darkness Sense.
Aku tidak keluar tenda dan melanjutkan pembicaraan kami.
"Ohh... Jadi kalian mau nyerang tanpa perlu banyak korban berjatuhan? Dari pihak kalian maupun dari pihak Demihuman? Ya nggak bisalah geblek hahaha... Kecuali kalo aku... Fufufu..."
"Anjay... Dari dulu, sombongnya nggak tobat-tobat si Arka hahaha..."
"Emm... Gimana kalo abis makan mal--"
*Werrrr*
Aku belum sempat menyelesaikan kalimatku, tiba-tiba seorang Tentara Kerajaan Elysium membuka tirai penutup pintu depan tenda, masuk ke dalam tenda, dan bebicara agak lantang.
"--Lapor, Tuan Garen dan Tuan Arka! Sekitar 50 Demihuman sedang bergerak menuju kemari membawa peralatan tempur lengkap!" Kata Tentara itu.
Kemudian Garen menjawab, "siapkan pasukan! Kita hadang mere--!" Yang kemudian kupotong.
"--Biar aku aja, Gar. Aku bosen dari tadi ngeliatin Siswa-Siswaku bertarung dari kejauhan doang... Pengen stretching dikit..." Ucapku sambil tersenyum santai.
"Ok. Kalo gitu... Perintahkan pasukan untuk memperketat penjagaan di perimeter. Kita mau nonton hiburan biar nggak setres!" Garen mengubah rencana awalnya.
"Laksanakan!" Kata Tentara tadi.
"Tae lah aku malah dijadiin bahan tontonan... Tapi nggak apa-apa, udah biasa. Tsaahhh~"
"Yayaya... Pokoknya semerdeka kamu ajalah, Ar... Asal bapak senang bae..." Ujar Garen, malas berdebat denganku.
Yaaak... Akhirnya sendi-sendi dan otot-ototku bergerak lagi. Sudah lama mereka hanya kupakai untuk bermalas-malasan. Kalau besi, pasti sudah berkarat. Kalau makanan, pasti sudah berbelatung. Kalau vagina, pasti sudah kering. Eh?
***BERSAMBUNG***
______________________________________
Vote ya, teman-teman... Thanks!