"Siapa yang mau coba mengikuti saya?" Syla bertanya kepada para Siswa Kelas Reguler yang berada di Kelas Archer yang dilatihnya.
Saat ini, Syla sedang mengadakan latihan di sudut lapangan belakang akademi yang sering digunakan sebagai tempat latihan memanah. Di hari pertama kelas Syla sebelumnya, Siswa yang mengambil kelas itu hanya bisa dihitung dengan menggunakan jari.
Tapi di hari kedua, situasi berubah 180 derajat. Hampir semua Siswa Kelas Archer tahun kedua mengambil kelas yang dilatih oleh Syla. Tapi, sebagian besar yang mengambilnya adalah Siswa laki-laki. Setiap Syla memperagakan teknik memanah, semua pasang mata Siswa laki-laki itu kehilangan refleks untuk berkedip.
Seolah-olah mereka tidak mau melewatkan peragaan yang dilakukan Syla walau hanya seperseribu detik.
Kenapa?
Pertama, skill Syla memang sudah seperti dari dunia lain. Overpower. Tapi itu saja tentu tidak akan cukup untuk membuat semua Siswa menjadi seperti terkena skill yang memberikan efek stun selama beberapa detik.
Lalu apa?
Tentu saja, tubuh Syla. Tubuh Syla mencerminkan tubuh wanita yang didambakan oleh hampir seluruh pria, kecuali yang gay.
Dengan pakaian Seragam Pelatih yang hampir saja tidak mampu menahan payudara masif Syla. Kancing baju seragam di bagian dada Syla tertarik hingga hampir putus.
Rok panjang yang dikenakannya juga sepertinya terlalu ketat di bagian bokong. Garis celana dalam yang dikenakan oleh Syla terbayang jelas dari luar.
Dan semua sensualitas Syla menjadi semakin terpancar dan menyilaukan ketika ia memperagakan postur memanah. Semua pasang mata para Siswa laki-laki akan rela menahan perih untuk tak berkedip selama hal itu terjadi.
Syla berdiri tegap menghadap ke arah samping dari target panah. Payudara masifnya membusung. Pantat kenyal miliknya semakin terlihat membulat ketika ia memasang kuda-kuda memanah.
Semua menjadi semakin intens ketika Syla mula menarik anak panahnya ke belakang. Otot bokongnya sedikit berkontraksi, membuatnya semakin terlihat menggiurkan hingga beberapa Siswa laki-laki meneteskan liurnya tanpa sengaja.
"Tarik anak panahnya hingga ketegangan tali maksimum..." Syla memperagakan sambil menjelaskan alakadarnya.
*Glekk...* Semua Siswa laki-laki menelan ludah secara bersamaan.
Tarikan anak panah tersebut membuat baju Seragam Pelatih yang dikenakannya semakin sempit. Celah di antara kancing-kancing bajunya semakin tertarik ke samping. Membuat celah tersebut semakin terbuka dan semua orang bisa mengintip sepotong demi sepotong gambaran bra yang dikenakan oleh Syla, serta sedikit kulit di dada Syla yang terlihat sangat eksotis.
Dan yang lebih penting lagi, setidaknya bagi para Siswa laki-laki, adalah jika mereka melihat dari sudut yang sangat pas dengan akurasi dan kemampuan zoom maksimal... Maka mereka akan bisa mengintip sedikit, sedikit saja, belahan dari payudara bulat kenyal dan besar milik Sylaria Wyndia Acresta, Pelatih baru yang memiliki skill luar biasa hebat.
"Lalu, sebelum melepaskan anak panahnya, imbuhkan energi magic kalian dan materialisasikan menjadi elemen yang kalian kuasai pada seluruh bagian anak panah... Dan lepaskan!" Syla melepaskan tembakan ke langit, bukan ke target panah yang ada.
*Fyuuusssssshhhh*
Tepat ketika anak panah dilepaskan, pertunjukan klimaks pun terjadi. Efek getaran yang dihasilkan membuat kedua payudara besar Syla bergoyang dan memantul beberapa kali. Sebagian Siswa langsung refleks menutup hidung mereka. Namun, beberapa tidak dapat menahan semburan darah mimisan dari hidung mereka.
Syla memutuskan untuk memperagakan skill Tornado Shot kali ini. Anak panah yang terbalut tornado melesat dari Bow latihan yang digunakannya. Meskipun Syla tidak menggunakan bow kesayangannya yang diberikan oleh Arka sebagai mas kawinnya saat melamar Syla dulu, kekuatan tembakan Syla sudah jauh melebihi batas manusiawi.
Lurus, menuju awan di langit. Sedikitpun tak menunjukkan bahwa anak panah yang ditembakkan Syla akan melengkung ke bawah.
*Zyuuussssshhhhaaaaa!*
Sesampainya di awan, Tornado Shot Syla langsung membuat awan tersebut terdistorsi dan membentuk pusaran seperti tornado selama beberapa detik, lalu terpecah dan membuat langit di area itu menjadi terlihat biru dan bersih.
"Whoaaa!"
"Pelatih memang luar biasa!"
"Pelatih Syla yang terbaeeeekk!"
"Gilaaa! Aku ingin menjadi sekuat itu!"
"Aku... Aku... Aku ingin dua buah benda boink-boink itu!"
***
"Stone Wall!"
Alex mengambil inisiatif sebagai Rear Guard untuk melindungi Revon yang sedang dalam bahaya. Ia memunculkan tembok batu setinggi dua meter di depan Revon.
*Brraakk!*
Capit Giscor tertepis ke atas dan gagal mengenai Revon. Revon terselamatkan dari bahaya saat ini.
"Revon, mundur!" Felsy berteriak sambil melompat ke depan Revon, berhenti tepat di depan tembok batu yang didirikan oleh Alex barusan. Dia berlutut, meletakkan telapak tangannya di tanah, lalu berteriak lagi, "Trap: Pitfall!!!"
*Jrooaaakk!*
Satu detik setelah Felsy mengeluarkan skill trap tersebut, tanah yang menjadi pijakan Giscor itu langsung amblas dan Giscor pun terjatuh ke dalam lubang besar sedalam 10 meter.
"Log, serang dengan aba-abaku!" Kata Androa sambil mengarahkan moncong Androazer, pelontar yang dibuatnya untuk melontarkan vial alchemy miliknya, ke arah lubang tempat salah satu Giscor terjatuh.
"Baik!" Jawab Logavi singkat sambil menyiapkan busur panahnya.
"Multiple Acid Vial!" Androa menembakkan beberapa Acid Vial secara beruntun dengan Androazer miliknya.
*Shpang shpang shpang shpaang*
Beberapa Acid Vial menghujani lubang itu. Ketika Acid Vial tersebut menyentuh kulit keras dari Giscor, vial-nya langsung pecah dan cairan asam kuat yang ada di dalamnya terciprat ke permukaan kulit keras Giscor lalu melelehkannya.
"Sekarang!" Teriak Androa.
"Fire Arrow Rain!" Logavi menjawab dengan mengeluarkan skill Magic Archer tingkat menengah yang sudah dimodifikasi dengan mengimbuhkan fire magic.
*Syuuu*
*Wuurrrrrrrr!*
Sebuah anak panah ditembakkan Logavi ke atas, lalu terpecah menjadi puluhan proyektil magic elemen api yang menghujani area di atas lubang yang sudah menenggelamkan seekor Giscor.
*Zurr zuurrr zurr zuurrr*
Puluhan proyektil fire magic membakar Giscor itu hidup-hidup. Normalnya, skill tersebut hanya mampu melukai Giscor karena kulit kerasnya yang melindungi seluruh tubuhnya. Tapi, efek dari Acid Vial yang dilontarkan oleh Androa sudah membuat sebagian besar kulit keras tersebut meleleh dan tidak lagi berfungsi sebagai pelindung.
Akibatnya, Giscor yang malang itu terkubur hidup-hidup dalam lautan api yang menghanguskan organ-organ dalam Giscor yang sangat lunak tersebut.
Dengan ini, apakah mereka sudah bisa merayakan kemenangan? Hah! Mimpi! Alih-alih merayakan kemenangan, dua ekor Giscor yang tersisa sudah berada di dekat mereka. Menyerang dari dua sisi yang berlawanan.
Arka yang melihat dari kejauhan, tersenyum kepada situasi ini. Dia ingin memastikan kemampuan mereka. Apakah Siswa di kelasnya mampu mengalahkan dua monster ini sekaligus?
Sedangkan Cyane yang sedang berjaga di sekitar para Siswa, hanya berdiri santai sambil melipat kedua tangannya di bawah sepasang payudara raksasa miliknya, yang masih lebih besar daripada milik Syla. Senyuman angkuh tersimpul di wajahnya. Di dalam pikirannya, lemah sekali para Siswa ini sampai kuwalahan melawan monster serendah kecoa saja.
"Ayooo semangat semuanyaaa! Tinggal dua lagiii! Kalo kalian kalah nggak apa-apa kok! Biar Ruby yang bunuh kalajengking itu! Hehehe..." Ruby, yang berniat memberi semangat malah semakin menjatuhkan mental mereka.
Halea, yang dari tadi masih belum turun tangan karena menganggap remeh sekawanan Giscor, akhirnya mengambil langkah pertamanya...
"Valdash!!!"
...dengan memanggil naga tunggangannya.
Arka, tidak mengizinkan hal tersebut. Dia langsung memberi perintah kepada Ruby dan Cyane melalui telepati.
'Ruby, tahan naga itu supaya nggak ikut campur. Cyane, kasih tau anak itu kalo menggunakan naga dilarang untuk pelajaran ini.'
'Okaaay!'
'Baik, Tuan Arka!'
Ruby langsung mengeluarkan sepasang sayap naga dari lubang yang terdapat di bagian punggung Fallen Exoskeleton yang dikenakannya. Lubang yang dibuat khusus oleh Arka untuk Ruby. Setelah itu, Ruby langsung terbang ke arah datangnya Valdash, Minor Wind Dragon milik Halea, dan menghadangnya.
Karena Dragon Aura dari Ruby yang memiliki kekuatan sudah hampir setara Superior Dragon, Valdash langsung tunduk kepada Ruby dan mendarat dengan damai tanpa mengganggu pertempuran antara Siswa Kelas Z melawan dua ekor Giscor.
"Hey! Apa yang kau lakukan kepada nag--!" Halea berteriak karena marah, tapi tiba-tiba terhenti.
"--Bocah ingusan bau tengik!" Cyane tiba-tiba muncul di hadapan Halea dan menyiram wajahnya dengan semburan Monster Aura yang pekat. "Tuan Arka melarang menggunakan kadal kecilmu di latihan ini! Dasar pengecut, CIH!!!" Lanjut Cyane lalu meludah ke sampingnya.
"Hiiii!" Halea kehilangan sikap angkuhnya dan menjadi ketakutan.
Tapi setelah itu Cyane langsung membalik badannya dan berjalan menuju posisinya tadi dengan dagu yang diangkat.
Di tengah-tengah, Cyane menoleh ke belakang dan berkata, "jangan melamun saja! Sana bantu teman-temanmu sesama makhluk lemah itu!" Lalu kembali menghadap ke depan.
Halea baru tersadar dan mengumpulkan keberaniannya lagi setelah Cyane menghentikan Monster Aura miliknya.
"B-baik! Flight!" Jawab Halea sambil mengaktifkan skill Flight yang membuatnya bisa terbang.
Halea pun mulai membantu teman-temannya untuk mengalahkan dua ekor Giscor yang tersisa.
***
*Taaannggg!*
"Uaah!" Revon terhempas setelah menangkis tusukan ekor beracun dari Giscor.
Revon bukanlah tipe Tank. Dia adalah Swordsman tipe DPS yang lebih berfokus kepada serangan-serangan yang memberikan damage mematikan daripada ketahanan dan kekokohan fisiknya. Gaya dorong yang besar dari tusukan sengat raksasa milik Giscor, masih terlalu berat untuk ditangkisnya.
"Wind Blade! Wind Blade! Wind Blade!"
*Zasss zassss zaasss*
Dari atas, seorang gadis yang terbang membawa halberd mulai menembaki Giscor yang menyerang Revon untuk memberikan tembakan perlindungan bagi Revon. Wind Blade tersebut tak memberikan luka berat bagi Giscor. Malah, hanya membuat sedikit lecet saja di kulit keras Giscor. Tapi, serangan itu membuat Giscor tidak jadi maju untuk melanjutkan serangannya kepada Revon.
"Thanks, Lea!" Kata Revon.
"Awas!" Lea membalas terima kasih Revon dengan peringatan tanda adanya bahaya.
Terang saja, Giscor yang satu lagi, yang tadinya sibuk menargetkan Felsy, kini beralih untuk membantu temannya menyerang Revon. Yah, gerakan menghindar Felsy terlalu cepat, sehingga monster itu putus asa.
Dari arah blindspot Revon, Giscor kedua menyerang Revon menggunakan capitnya. Revon yang mendengar peringatan dari Halea, langsung melompat ke samping tanpa menoleh arah serangannya.
"Huupp!"
Tapi di situlah letak kesalahan Revon. Di saat ia seharusnya melompat ke depan, dia malah melompat ke samping. Arah ayunan capit Giscor itu melengkung. Jika Revon melompat ke depan, dia akan terhindar 100% dari capit tersebut. Tapi, karena ia melompat ke samping...
"Bhaaakk!!!"
Revon berteriak kesakitan karena pahanya masih terkena serangan capit Giscor. Akibat serangan itu, tubuh Revon yang masih di udara menjadi terputar kencang dan jatuh terguling-guling.
"Continuous Fire Bolt!" Alex menembakkan Fire Bolt bertubi-tubi ke tubuh Giscor yang baru saja menyerang Revon.
Tembakan Alex berhasil memutus combo serangan dari Giscor. Revon lagi-lagi berhasil diselamatkan.
Melihat Revon terkena serangan, Anvily yang dari tadi mengawasi pertempuran, langsung berlari mendekati Revon. Dia ingin memberikan Heal kepada paha Revon.
"Revon! Heal!" Anvily mendekatkan telapak tangannya ke bagian tubuh Revon yang lecet akibat jatuh terguling-guling tadi, lalu memberikan Heal kepadanya.
Paha Revon? Bagaimana kondisi paha yang terkena serangan capit tadi? Untungnya, sehat dan sama sekali tidak sakit meskipun plate armor Revon yang menutupi pahanya sudah rusak tercabik. Kenapa? Karena pahanya masih tertutupi oleh Fallen Exoskeleton pemberian Arka.
Sambil Anvily memberikan Heal, Halea terus memberikan covering fire dengan Wind Blade miliknya ke arah Giscor pertama. Alex juga terus menembaki Giscor kedua dengan Continuous Fire Bolt.
Di saat yang sama, dari barisan belakang, Logavi masih berusaha keras untuk berkonsentrasi mengumpulkan energi magic pada anak panah yang sudah siap ditembakkan. Dia tampak kesulitan. Sudah beberapa kali ia gagal memfokuskan energi magicnya hingga konsentrasi tertinggi.
Sementara Androa hanya bisa melontarkan Napalm Vial dan Explosive Vial karena Acid Vial sudah habis ia pakai untuk mengalahkan Giscor yang terjebak di dalam lubang sebelumnya. Ia tidak membawa cukup Acid Vial.
Lantas, dimana Felsy? Ha. Dia hanya berlari-lari mengitari dua Giscor yang sibuk sambil menghindari 'peluru nyasar' dari teman-temannya. Felsy sedang mencari spot yang pas untuk memasang trap yang tepat.
Suasana cukup kacau. Di saat itulah kekacauan bertambah...
"Krraaakakakakakak!!!"
"Krakakarakaraak!!!"
*Derrr derrr derrrr derrr deerrrr derrr*
Dua ekor Giscor itu tiba-tiba menghantam-hantam tanah dengan kedua capit mereka sambil meraung dengan suara yang keras.
Kedua Giscor itu sedang...
Enraged! Mereka mengamuk!
***BERSAMBUNG***
______________________________________
Jarang update, lagi sibuk baca Reincarnation of the Strongest Sword God hahaha... Yaaak... Silahkan dipencet tombol vote di bawah... Terima kasih...