Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 108 - Chapter 21

Chapter 108 - Chapter 21

Masih berkutat dengan membaca novel. Saya mengesampingkan penulisan novel ini dulu, jadi jarang update. Semoga saya dapat banyak inspirasi dari novel yang saya baca agar bisa membuat cerita ini jadi lebih menarik.

Selamat membaca!

_____________________________________________

Dua Ekor Giscor sudah enraged!

"SEMUA MENJAUH!!!" Revon berteriak sambil berlari menjauhi dua Giscor yang sedang mengamuk.

Mendengar instruksi dari Revon, Siswa lain juga ikut menjauh dari area sekitar Giscor.

Ketika Giscor mengamuk, mereka tidak akan terpengaruh oleh serangan-serangan biasa yang tidak memberikan damage fatal. Mereka akan terus menyerang secara membabi buta dan lebih agresif.

Jika sebelumnya serangan-serangan dari Halea dan Alex mampu menahan mereka untuk tidak menyerang, kali ini semua itu tak lagi berguna. Ini artinya, Giscor-Giscor itu hanya bisa dikalahkan dengan satu serangan terkuat dari Alex ataupun Revon.

"Semuanya! Berikan aku waktu!" Alex meminta semua rekannya untuk menahan para Giscor selama dia mempersiapkan skill magic tingkat atas yang mempu membunuh kedua Giscor itu sekaligus.

"Ayo, teman-teman! Serang bersama-sama dengan seluruh kekuatan!" Revon mengajak yang lainnya untuk menyerang Giscor agar memberi kesempatan bagi Alex, sang Mage dengan DPS terbesar di Kelas Z.

"""HAAAAAAAHHHH!!!""" Semua berteriak dan mulai menyerang sekuat tenaga mereka.

Revon dan Felsy berada di depan, mengunci aggro dua monster tersebut. Mereka menghindar, menghindar, dan menghindar dari serangan Giscor sambil sesekali memasukkan serangan yang ringan agar dapat ditarik dengan mudah untuk kembali menghindar.

Androa membidik bagian punggung dan ekor dari salah satu Giscor agar Revon dan Felsy tidak terkena efek samping dari ledakan Explosive Vial miliknya. Tapi, tetap saja beberapa kali masih ada tembakan yang sedikit meleset dan menambah kerjaan Revon dan Felsy untuk menghindarinya.

"Light Beam!" Anvily ikut mengeluarkan serangan light magic.

Skill tersebut menggunakan energi magic cahaya yang dikonsentrasikan untuk menyerang suatu titik yang telah ditentukan oleh penggunanya. Dalam hal ini, Anvily mencoba memfokuskan serangan pada bagian wajah Giscor.

Secara logika, light magic tidak akan memberikan damage signifikan kepada monster selain Undead dan Demon. Tapi, Anvily tetap menggunakannya untuk memanfaatkan efek debuff dari skill tersebut, yaitu blind.

Cahaya pekat menyilaukan yang jatuh ke wajah Giscor, membuatnya menjadi silau. Dengan konsentrasi cahaya yang sangat tinggi, malah akan menghasilkan efek kebutaan selama beberapa saat.

Dengan Giscor yang telah terkena debuff kebutaan tersebut, otomatis serangannya menjadi sulit untuk mengenai targetnya. Revon dan Felsy akan lebih mudah untuk menghindari serangan Giscor.

Setidaknya, itu yang diharapkan oleh Anvily.

"Anvi! Stop! Aku jadi silau!" Felsy protes karena dia juga terkena efek silau.

"Matakuuu! Matakuuuu! Aaaaaaaa!" Sedangkan Revon malah sempat terkena Light Beam dengan telak saat dia sedang menyerang kepala Giscor.

"EH!? M-m-maaf!!" Anvily langsung menghentikan skill Light Beam.

Halea yang pada awalnya hanya menyerang dengan wind magic kentang, menjadi kesal karena magic-nya sama sekali tidak bisa menembus kerasnya kulit Giscor. Akhirnya dia mengangkat halberd lalu maju untuk membantu Revon dan Felsy.

Dari sudut lain, Logavi secara terus-menerus melakukan spam skill Frost Shot. Setiap tembakan Frost Shot akan membawa magic elemen air yang sangat dingin. Setiap kali tembakan itu mendarat, akan membuat bagian tubuh yang terkena tembakan akan membeku seketika.

Logavi memfokuskan tembakan-tembakannya ke arah celah antara bagian kulit keras yang merupakan persendian dari Giscor. Hal itu membuat Giscor menjadi semakin sulit bergerak.

Tapi, masih ada tapinya. Beberapa tembakan yang kurang akurat yang masih mengenai bagian kulit keras itu terpantul, ada yang terbelok. Anak panah yang terpantul atau terbelokkan tersebut, beberapa kali mengarah ke tiga orang yang menyerang Giscor.

"Hah!" Ucap Halea sambil menepis salah satu anak panah yang terbelok ke arahnya menggunakan halberd.

*Tiing!*

"Hoi Logavi goblok! Panahmu hampir mengenaiku!" Bentar Halea kesal kepada Logavi.

"Maaf!"

Sudah sekitar 30 detik berlalu, dan Alex sudah siap untuk melepaskan skill terkuatnya.

"Semuanya! Menyingkir!" Teriak Alex.

Mendengar aba-aba dari Alex, mereka semua mundur menjauhi Giscor secepat mungkin. Dan setelah Alex menilai bahwa yang lainnya sudah aman dari AoE skill miliknya, ia langsung melepaskan fire magic terkuat.

"Salamander Inferno!"

*BHUWOOOOZZZZZZSSSSSSHH!!!*

Dari kristal yang terdapat di ujung magic wand Alex, semburan api sangat panas berkobar keluar dan membakar seluruh area seperti kipas di hadapannya. Dua ekor Giscor ditelan bulat-bulat oleh api maha dahsyat tersebut.

*Zuuurrrrrrrrr*

Kobaran api menjilat-jilat ke langit. Asap hitam mengepul di atas AoE Salamander Inferno. Rumput dan pohon menjadi abu. Dua ekor Giscor menjadi patung arang.

Namun, sembari api menghanguskan Giscor, seseorang berteriak dari kejauhan.

"Adooooh! Adodododohhh! Panaaaaaassss! Kok aku terus sih yang kenaaa!"

Itu adalah jeritan kesakitan dari Revon. Revon tidak sempat berlari jauh dari area Salamander Inferno. Revin memiliki Agi yang rendah.

Sebenarnya, dia tidak terkena api dari Salamander Inferno. Namun ia masih terkena radiasi panas dari api besar yang dihasilkannya.

Alex sudah tepat dalam menentukan timing untuk mengeluarkan skill. Namun yang tidak diperkirakan Alex adalah bahwa area di sekitar AoE tetap akan teroena radiasi panas dari apinya.

Bukan hal aneh jika itu terjadi. Lagipula, sepama ini Alex bukanlah seseorang yang bertempur di dapam tim. Dia selalu bertarung sendirian ketika melawan monster yang kuat. Ketika dia bertarung dalam sebuah tim, hal yang seperti ini tidak masuk dalam perhitungannya.

"Bocil-bocil! Pelajaran praktek hari ini selesai. Yok kita balik ke akademi. Teleportation Ga--" Ujar Arka setelah Siswanya berhasil mengalahkan tiga ekor Giscor, namun terpotong oleh panggilan seseorang yang tak dikenalnya.

"--Tuan! Tunggu! Tunggu sebentar!" Seorang Tentara, mengenakan baju zirah yang dikenal betul oleh Arka, tiba-tiba datang dari arah Hutan Goturg dan memanggil Arka sambil berusaha mengejar nafasnya sendiri.

"He? Kamu siapa?" Tanya Arka.

"Seben-hah... Hah... Hah... Sebentar... Hah... Hah... Sebentar, Tuan... Hah... Hah..." Dia membungkuk dengan kedua tangan menopang tubuhnya pada lututnya, terlalu ngos-ngosan untuk berbicara.

"Ok, ok... Woles. Santai aja... Bocil-bocil, kalian istirahat dulu di bawah pohon sana!" Kata Arka.

"""Baik, Pelatih!""" Jawab para Siswa serentak.

***

*Syuuuu!*

Anak panah yang telah dilumuri racun Rogon melesat ke arah Lukas dan Lukas tak mengetahui hal itu karena arah tembakannya berasal dari arah yang merupakan titik buta dari Lukas.

Namun, bagi seorang lukas yang memiliki Dex sangat tinggi, ia dapat mendeteksi adanya serangan dari bunyi gesekan udara terhadap buntut anak panah yang sedang melesat ke arahnya. Dan bukan Lukas namanya jika dia tidak memiliki Agi yang sangat tinggi.

Lunar Eclipse adalah Party Petualang Plat Diamond yang sangat kuat. Apalagi, mereka sudah mendapatkan skill pasif yang hanya akan diterima bagi orang-orang yang telah bersumpah setia untuk menjadi pengikut Arkanava Kardia, MC kita.

Skill pasif itu adalah Dark Vassal. Skill ini meningkatkan semua status poin mereka sebanyak 5% dari status Int milik Arka. Status Int Arka dalam keadaan biasa adalah 1177. Dari status itu, 5% berarti 58 poin. Ini hampir sama dengan memiliki 58 level lebih tinggi dari level mereka seharusnya.

Level seluruh anggota Lunar Eclipse berada di kisaran 90 kebatas, dengan Grista yang memiliki level terendah di antara mereka. Yaitu level 90.

Maksimal level yang bisa dimiliki oleh Manusia dan Demihuman biasa adalah 100. Untuk mereka yang mendapatkan Blessing dari para Dewa, dapat meningkatkan levelnya hingga 200. Meskioun demikian, sangat sulit untuk meningkatoan level setelah mencapai level 100.

"Hep!"

Lukas menggeser posisi tubuhnya dengan cepat. Lalu menoleh ke belakang, dan menangkap anak panah tersebut di bagian tengahnya.

Tanpa jeda, Lukas langsung melemparkan anak panah tersebut kepada Kobold yang menembakkannya.

*Syuuu*

*Jleb*

Anak panah tersebut berhasil mengenai sang Kobold di bagian bahu kanan.

Kobold itu kesakitan, lalu segera mencabut anak panah yang menancap di bahunya. Dia berguling-guling di tanah sambil memegangi bekas tusukan panah.

Setelah 1 menit, darah mulai menyembur dari sekujur tubuhnya. Dan tak lama, Kobold tersebut mati kehabisan darah.

*Zzzzzrrrrrrrr*

Di saat yang sama, Fiana sudah selesai membunuh Kobold terakhir dengan Flame Saber.

"Oi, Garen! Kita istirahat dululah!" Fiana berteriak kepada Garen.

"Hmm... Bener juga. Udah sore. Semuanyaaa! Kita dirikan camp di dekat sini!

Semua orang langsung membagi tugas seperti yang sudah dibagikan sebelumnya. Membangun tenda, mencari bahan makanan, dan memasak makanan.

Hal yang terjadi hanya seperti itu saja. Namun, setelah beberapa hari lagi menelusuri Hutan Goturg, akhirnya mereka menemukan pemukiman para Demihuman.

Seperti sebuah benteng, pemukiman para Demihuman dipagari oleh palisade yang terbuat dari kayu besar, diikat dengan akar yang kuat. Palisade tersebut diperkuat dengan adonan tanah liat yang sudah mengeras. Setiap jarak beberapa meter, terdapat pohon besar yang menambah kekuatan palisade.

Secara umum, gambarannya adalah jejeran kayu-kayu yang disusun rapat dan kokoh, menghubungkan satu pohon besar ke pohon besar lain di dekatnya. Lalu jejeran kayu-kayu itu mendapatkan "semenisasi" dengan dilapisi oleh lapisan tanah liat kering yang cukup tebal.

Di atasnya, para Archer dari berbagai varian Demihuman sudah berjaga-jaga. Andalan mereka adalah racun Rogon yang dilumurkan ke mata anak panah.

Namun, Pasukan yang dipimpin oleh Lunar Eclipse tidak langsung menyerang. Mereka kembali ke camp mereka yang terakhir. Mereka harus mengatur rencana untuk tindakan selanjutnya setelah melihat benteng kokoh dengan penjagaan ketat dari kaum Demihuman.

"Tuan Garen... Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Di camp darurat yang telah didirikan oleh para Pasukan yang diutus oleh Kerajaan Elysium untuk mengatasi kekacauan yang ditimbulkan akibat serangan dari para Demihuman, yang berlokasi tak jauh dari pinggiran Hutan Goturg, Party Lunar Eclipse bersama para Pemimpin Pleton dari Tentara Kerajaan Elysium sedang berdiskusi.

"Hmm... Pertama, kita harus mengetahui lebih lanjut tentang seberapa besar kekuatan tempur yang mereka miliki. Kita juga harus tahu, trik apa saja yang mereka gunakan untuk melawan serangan kita. Selain itu, kita juga harus memperhitungkan besar kerugian di pihak kita apabila kita putuskan untuk menyerang mereka." Garen menyampaikan semua yang dipikirkannya.

"Yang paling mengkhawatirkanku adalah racun yang mereka gunakan pada anak panah mereka. Dari pengalaman kita sebelumnya, Pasukan yang sempat terkena panah beracun mereka langsung meninggal hanya dalam hitungan menit. Itu artinya, 1 anak panah cukup untuk membunuh 1 orang dengan pasti asalkan ujungnya berhasil melukai kita." Salah satu Pemimpin Pleton juga menyampaikan pendapatnya.

"Apakah sebaiknya kita laporkan dulu hasil temuan kita ini kepada Ratu Marca?" Pemimpin Pleton yang lainnya menyampaikan ide yang berbeda.

"Itu... Juga bisa menjadi salah satu alterna--"  Ucapan Garen terhenti oleh sesuatu.

*Deblaaaaarrrrrrrrr*

"Apa itu?"

"Ledakan?"

"Apakah seseorang menggunakan magic tingkat atas?"

Garen terdiam untuk beberapa saat. Yang terlintas di pikirannya saat ini hanya satu. Ya. Magic skala besar dengan bunyi yang tetap keras meskioun hanya dari kejauhan. Hanya 1 orang yang ia kenal mampu mengeluarkan itu.

"Rogue! Siapa Rogue yang memiliki Agi tertinggi di sini! Selain Lukas!" Teriak Garen.

Setelah pertanyaan dari Garen itu diteruskan ke semua orang yang berada di sekitar camp, salah satu Rogue datang ke kemah tempat Garen dan para Pemimpin Pleton sedang berembuk.

"Saya, Tuan Garen!"

"Kamu! Secepatnya pergi ke arah sumber suara itu! Minta bantuan dari orang terkuat yang ada di sana!" Perintah Garen.

"Siap, Tuan Garen!" Lalu ia segera berlari keluar.

Garen kembali melamun. Dia membatin.

Kalau ada dia, pasti permasalahan seperti ini akan terselesaikan dengan mudah. Ya, Arka pasti bisa menyelesaikan masalah ini tanpa perlu meneteskan keringat.

***BERSAMBUNG***

______________________________________

Vote, komentar, share. Terima kasih!