Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 102 - Chapter 15

Chapter 102 - Chapter 15

"Garen, apa kita beneran mau nyerang Demihuman?" Tanya Fiana.

"Kita nggak ada pilihan lain, Fi. Misi kita adalah menghentikan serangan para Demihuman. Tapi kalau nggak kita berantas sampai akarnya, besok atau lusa mereka akan menyerang lagi di tempat lain." Jawab Garen.

Fiana berpikir untuk sesaat. Mempertimbangkan jawaban Garen barusan atas pertanyaannya.

"Tapi, bukannya mereka sama kayak kita? Mereka juga punya keluarga, ada anak kecil juga pastinya. Apa kita harus membunuh mereka semua? Kalo gitu, kita sama monsternya dengan mereka." Fiana mengungkapkan isi pikirannya.

"Kamu... Kadang-kadang bisa bener juga ya, Fi..." Respon Garen.

"Anjing Garen. Orang lagi serius." Fiana kesal mendengar respon dari Garen.

"Hahaha... Ya, ya... Kamu bener, Fi. Ya udah. Mungkin untuk sekarang, kita pastikan dulu lokasi pemukiman mereka. Terus kita amati apa yang ada di sana. Nanti kita bicarakan dengan semua orang kalo kita udah ketemu lokasinya." Ujar Garen.

"Kalo gitu, kenapa nggak dikirim aja beberapa orang untuk mengintai dan melacak lokasi para Demihuman?" Tanya Fiana.

Mendengar pertanyaan dari Fiana barusan, Garen kembali berpikir. Ide dari Fiana memang ada benarnya. Kalau hanya untuk melacak dan mengintai, tidak begitu membutuhkan orang sebanyak ini.

Beberapa orang yang dipilih berangkat untuk mencari tahu informasi tentang para Demihuman yang ada di dalam Hutan Goturg, sedangkan yang lainnya dapat membuat camp di pinggir hutan. Itu bukan ide yang buruk.

"Menurutku, itu kurang efektif." Lukas menghentikan lamunan Garen, lalu ia melanjutkan, "kalau kita hanya mengirim beberapa orang saja, ada kemungkinan mereka semua akan disergap dan tidak dapat kembali lagi untuk memberikan informasi yang telah mereka dapatkan kepada kita. Tapi, dengan jumlah yang besar, kita bisa memberikan perlawanan atau mundur sewaktu-waktu dan tetap banyak informasi yang bisa kita kumpulkan."

Garen mengernyitkan dahi dan menutup mulutnya dengan kepalan tangan.

"... Kalau begitu, setelah aku mempertimbangkan dua alternatif tadi, aku lebih setuju dengan idenya Lukas. Ayo kita lanjutkan pencarian ini." Garen memutuskan dengan tegas.

Fiana mengangkat kedua bahunya, lalu berkata, "kau bosnya..." Kemudian melanjutkan langkahnya di belakang Garen dan Lukas.

Garen, Lukas, dan Fiana melanjutkan perjalanan mereka menelusuri Hutan Goturg. Sebanyak sekitar 7.000 pasukan yang terdiri dari Tentara Kerajaan Elysium dan Petualang Plat Silver hingga Gold mengikuti di belakang mereka.

Medan di Hutan Goturg ini cukup menyulitkan untuk dilalui pasukan sebanyak ini. Semakin dalam, semakin banyak semak belukar dan akar-akar pohon yang menjulang dari dalam tanah. Mereka harus menebas semak belukar tersebut dan sering kali harus memanjat akar besar yang melintang untuk dapat meoanjutkan perjalanan.

Untuk perjalanan 100 meter saja, sudah lumayan menguras tenaga. Belum lagi fakta bahwa Hutan Goturg ini sangat luas. Luas kasarnya melebihi luas wilayah Kerajaan Elysium dan hampir seluas Kerajaan Balvara. Untuk menyisir hutan seluas itu, bukanlah hal yang mudah.

Masalah muncul ketika perut mereka sudah mulai meraung karena kelaparan. Bekal makanan sudah habis, padahal wilayah hutan yang sudah mereka jelajah masih sangat sedikit. Mereka terpaksa mengumpulkan buah-buahan yang dapat dimakan. Selain itu, mereka juga berburu monster-monster kecil yang tidak beracun.

Akan tetapi, yang mereka rasakan selama mencari makanan di hutan ini adalah kesulitan. Sangat sulit untuk mencari makanan di hutan ini. Padahal, seharusnya hutan adalah tempat mencari bahan makanan yang paling banyak.

"Hahh... Kalo cuman segini, aku belum kenyang..." Fiana menggerutu sambil menggigit daging paha monster unggas yang telah dibakarnya hingga matang.

"Aneh. Kenapa sedikit sekali bahan makanan di hutan ini?" Garen melontarkan pertanyaan ini kepada awang-awang.

"Mungkin, inilah penyebab para Demihuman turun ke perkampungan sekitar dan memakan manusia." Seorang Tentara dengan armor yang lebih bagus daripada Tentara lainnya, berkata dari belakang Garen yang sedang duduk menyantap buah-buahan.

"Oh, Kapten Boret. Kemungkinan seperti itu tidak mustahil. Tapi yang membuatku bertanya-tanya, bukankah yang kita semua tahu adalah baik Hutan Goturg maupun Hutan Zurg merupakan hutan yang kaya akan bahan makanan baik itu dari tanaman atau dari monster-monster kecil yang bisa dimakan? Apa yang membuatnya menjadi berubah drastis seperti ini?"

"Haha... Mungkin, para Demihuman yang ada di sini dapat menjawabnya?" Kapten Boret memberikan pertanyaan sambil bercanda.

"Hahaha... Kapten ini bisa saja..." Garen menanggapi pertanyaan Kapten Boret dengan tawa.

"Garen, coba pikirkan lagi. Demihuman itu menyerang manusia. Anggap saja alasannya karena kelaparan akibat kurangnya bahan makanan di hutan ini. Nah, siapa lagi yang bisa kita tanya selain Demihuman itu sendiri?" Lukas menanggapi bercandaan itu dengan serius.

"Eh? Tunggu... Kalau dipikir-pikir, hal seperti itu masuk akal ju--"

"Sekelompok Demihuman terlihat!!!" Ucapan Garen terpotong oleh teriakan salah satu tim pengintai yang sedang berada di atas pohon.

"Semua! Siapkan senjata!" Garen memerintah seluruh pasukan.

"Hoo... Itu mereka... Hell F--" Mantra Fiana dihentikan oleh Garen.

"--Stop, Fi! Jangan pake magic api area! Nanti hutan ini jadi terbakar!" Bentak Garen.

"Ups... Hehe... Kalo gitu, Flame Saber!" Ucap Fiana setelah menghentikan rencananya untuk mengeluarkan skill Hell Fire, lalu berlari ke arah para Demihuman yang menyerang.

"Throw Dagger."

*Shuuu!*

"O-oi! Tunggu, Lukas! Aku juga mau menyerang!" Protes Fiana kepada Lukas.

Lukas menyela pergerakan Fiana dengan cepat dengan melempar dagger ke arah Kobold yang sedang bergerilya untuk menyerang pasukan manusia. Hampir secepat lemparan daggernya, Lukas berlari menuju lokasi para Kobold.

*Crokk*

Dagger yang dilempar oleh Lukas tepat mengenai dahi salah satu Kobold yang sedang bersembunyi di balik semak. Tak sampai satu detik kemudian, Lukas sudah sampai di dekat sasaran lemparan daggernya.

Lukas melompat dan salto di udara di atas Kobold yang baru saja di-instakill olehnya. Saat posisinya tepat di atas Kobold yang sudah tak bernyawa namun masih berdiri itu, Lukas mencabut dagger yang tertancap di dahi Kobold tersebut.

Lukas mendarat di lokasi yang sudah diperkirakannya, yaitu tepat di samping Kobold lain yang sedang bersembunyi di balik batang pohon besar. Lukas berdiri membelakangi target keduanya itu dan mengayunkan tangannya yang sudah memegang dagger dalam posisi terbalik.

Ayunannya tepat ke arah leher belakang Kobold kedua ini. Sebelum sang Kobold selesai mencerna informasi yang diterima oleh penglihatannya dan menyadari bahwa bahaya sudah mendekatinya, dagger Lukas sudah tertancap di punggung atas Kobold itu, tepat di leher belakangnya.

"Backstab." Ucap Lukas.

*Jleb* *crass* Lukas menusukkan dan langsung mencabut daggernya.

Kobold kedua yang tertusuk dagger Lukas, tak mengeluarkan suara sedikitpun dan langsung tumbang.

Setelah selesai membunuh dua ekor Kobold, Lukas dengan cepat dan jeli memperhatikan sekitarnya. Di dekat dia, masih ada sekitar enam ekor Kobold yang sedang bersembunyi dan siap menyerang siapapun yang datang.

Siap?

Musuh selevelan Kobold-Kobold ini tidak akan pernah siap menghadapi sang Bayangan Merah. Bayangan Merah adalah julukan tidak resmi yang diberikan oleh seluruh Petualang yang memiliki Plat Petualang di bawah Diamond, yang pernah menyaksikan secara langsung aksi dari Lukas ketika mereka menjalankan misi bersama.

Bukan bualan, julukan itu tersebar dari mulut ke mulut para Petualang karena gaya bertarung Lukas yang sangat cepat bagai bayangan, dan setiap pergerakannya hanya akan menyisakan bercak merah yang bercipratan kemana-mana dari musuhnya. Ya, darah.

Sebenarnya, tidak semua monster memiliki darah berwarna merah. Tapi sepertinya para Petualang rendahan itu menggeneralisasikan bahwa darah itu merah. Dan jadilah julukan Lukas sang Bayangan Merah tersebar di seluruh kalangan Petualang.

Julukan... Semua anggota Party Lunar Eclipse sudah memiliki julukan masing-masing. Seperti Grista yang dijuluki sang Hati Malaikat, Fiana yang dijuluki sang Monster Neraka, dan Garen yang dijuluki sang Gunung Logam. Tapi, hanya Fiana yang mempermasalahkan julukan terhadap dirinya. Entah kenapa, bahkan Author saja tidak tahu alasannya.

Setelah Lukas selesai melakukan scanning singkat atas sekitarnya, dia juga sudah merencanakan langkah yang akan diambilnya. Pertama...

"Haahh!" Lukas melompat sangat tinggi ke sebuah cabang pohon besar.

Di sana, sudah ada Kobold yang sedang bersembunyi. Tapi entah bagaimana, Kobold tersebut tidak menyadari kehadiran Lukas di belakangnya. Ia baru menyadari ketika terdengar suara bisikan dari belakangnya disertai rasa sayatan logam dingin di lehernya.

"Slice Throat..."

*Sraaassss*

"Kkhhhkkk!" Kobold tersebut berusaha berteriak namun saluran nafasnya sudah tergenang oleh darah.

Lukas tak berlama-lama di atas cabang pohon itu. Dia langsung melompat ke arah Kobold lain yang bersembunyi di balik gundukan tanah yang jaraknya agak jauh dari posisinya.

Di tengah-tengah lompatannya, Lukas sempat melepaskan sebuah skill ke arah Kobold yang berada di sebelah kanan jalur lompatannya.

"Throw Dagger!"

*Shuuu* *crepp*

Tepat pada jakun Kobold ketiga, lemparan dagger Lukas mendarat. Dagger lukas tertanam lurus ke tenggorokan Kobold tersebut dan menyumbat saluran nafasnya, juga menembus celah antara tulang lehernya yang membuat saraf tulang belakang Kobold tersebut putus.

Di saat lompatan Lukas sudah hampir sampai ke tujuannya, Lukas mengaktifkan skill berikutnya.

"Spinning Stab!"

Berbeda dari skill-skill sebelumnya yang hanya skill tingkat bawah, kali ini Lukas mengeluarkan skill tingkat menengah. Tidak ada alasan khusus bagi Lukas kenapa dia sampai mengeluarkan skill tingkat menengah padahal skill tingkat bawah saja sudah cukup untuk instakill.

Tapi Lukas hanya merasa bahwa skill ini cocok dipakai ketika sedang melompat. Dengan itu, seluruh tubuh Lukas berputar dengan cepat. Seperti baling-baling, ia merentangkan tangannya yang hanya memegang sebilah dagger, karena dagger satu lagi masih tertancap di leher Kobold sebelumnya.

Momen kontak terjadi. Kobold tersebut sempat berusaha menahan serangan Lukas dengan gagang palu yang digunakannya. Akan tetapi, serangan Lukas masih terlalu kuat jika hanya ditahan dengan gagang kayu selemah itu.

*Krrakk* *crrraasssss*

Baling-baling maut mematahkan gagang palu Kobold dan membelah bagian depan tubuh Kobold dari wajah hingga selangkangannya. Seperti membelah buah durian, organ dapam tubuhnya dapat terlihat dan darah bercipratan kemana-mana. Dengan kondisi seperti itu, tidak mungkin Kobold itu tidak mati.

Lukas segera berlari menghampiri Kobold yang dibunuhnya ketika sedang melompat tadi, lalu mencabut dagger-nya yang sudah berlumuran darah Kobold.

Bersamaan dengan saat Lukas mencabut dagger miliknya, sebuah anak panah yang dilontarkan dengan kekekuatan penuh oleh Kobold lain, sudah melesat menuju punggung Lukas. Pandangan Lukas sedikit terganggu oleh cipratan darah yang mengenai wajahnya sehingga ia tak melihat anak panah itu datang.

*Syuuu!*

Anak panah yang ujungnya telah dilumuri racun Rogon, racun yang diekstrak dari kulit reptil kecil beracun bernama Rogon. Apabila setitik racun itu sampai masuk ke dalam tubuh korbannya, dalam hitungan menit, seluruh tubuh korban akan mengalami pendarahan spontan. Darah akan mencuat keluar dari mata, hidung, telinga, mulut, kelamin, anus, dan dari seluruh pori-pori di kulit korbannya.

Dan kali ini, Lukas adalah calon potensial untuk menjadi korban racun dari anak panah yang ditembakkan Kobold. Dalam sepersekian detik, Lukas akan terkena racun Rogon. Dan Grista yang membawa antidotum masih berada jauh di belakang karena sebelumnya ia sibuk mengobati pasukan yang terluka.

***BERSAMBUNG***