*Whhuuuuufff!*
Pendulum dengan ujung berupa jangkar berayun menuju Arka dan teman-temannya. Namun, Arka tetap santai melangkah walaupun dia melihatnya. Karena, bagi dia hal seperti itu meskipun mengenainya, tidak akan memberikan damage apapun kepadanya.
Dan Arka juga berencana untuk membelah jangkar itu dengan Kuroshi, katana yang terbuat dari dark magic miliknya, yang selalu digantung di pinggang kirinya.
*Shriingg*
Akan tetapi, belum sempat Arka mencabut pedangnya, Syla yang berjalan di belakang Arka langsung mengulurkan tangannya ke arah jangkar tersebut. Tanpa berbicara apapun, jangkar yang berayun itu seketika membeku.
*Fyussh*
Tepat ketika jangkar itu sudah membeku, tiga buah batu kecil ditembakkan oleh Aesa, juga tanpa berbicara apapun, dengan kecepatan yang sangat tinggi ke jangkar dan rantainya yang sudah membeku karena magic Syla sebelumnya.
*Pletaaarrrr*
Seluruh bagian pendulum yang telah membeku tersebut, pecah berhamburan menjadi serpihan-serpihan logam beku.
"Makasih." Ucap Arka dengan santai sambil terus berjalan menuju tengah-tengah bagian depan kelas.
"Haha... Permainan bocah." Syla, menirukan nada bicara sombong Arka.
"Sama-sama..." Jawab Aesa sambil tersenyum.
Para Siswa yang melihat itu semakin tercengang setelah melihat dua orang Pelatih baru itu baru saja mengeluarkan magic tanpa mengucapkan mantra skill magic-nya. Chantless Magic! Hanya Mage yang sangat hebat yang mampu melakukan Chantless Magic. Tak satupun Pelatih di akademi ini yang dapat melakukannya sebelum kedatangan mereka.
Namun, baru saja serpihan pendulum itu berhamburan di lantai kelas, langkah kaki Arka sudah mengaktifkan trap berikutnya.
*Trak*
*Whuumm*
Trap: Thorn Smash. Skill trap yang memunculkan duri di sepetak lantai yang kemudian terangkat lalu menghantam apapun yang mengaktifkan trigger-nya. Dalam kasus ini, Arka-lah yang mengaktifkannya.
*Daarrrrrr!*
Sayangnya, entah bagaimana, lantai berduri yang terangkat dan menghantam targetnya itu, hancur lebur sesaat sebelum menyentuh Arka. Tidak ada satupun dari siswa yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan Felsy sendiri, yang memasang trap tersebut, hanya bisa diam melotot melihatnya.
"Hoo... Habis ini apa lagi yaa..." Ujar Arka santai, dan tak menghentikan langkahnya sedikitpun.
Tadi, Arka menendang Trap: Thorn Smash dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga tak terlihat oleh para siswa. Hanya Ren, Syla, dan Aesa yang dapat melihatnya. Ruby sebenarnya juga bisa, tapi dia terlalu sibuk melihat-lihat para siswa yang ada di kelas ini.
Akhirnya, Arka sampai di tengah-tengah bagian depan kelas. Dan saat itu pula, tiba buah anak panah melesat dari bagian belakang kelas menuju posisi dimana Arka berdiri sekarang.
*Syuu syuu syuuu*
*Trak trak trak*
*Clink*
Arka memegang gagang Kuroshi dan menguncinya kembali. Dari tiga buah anak panah yang ditembakkan ke arah Arka, tak satupun mengenai sasaran. Mereka semua tertancap di papan tulis yang terdapat di depan kelas.
Tapi anehnya, bukankah anak panah yang ditembakkan tadi berjumlah tiga? Kenapa yang tertancap di papan tulis ada enam bilah?
Setelah diperhatikan lagi, masing-masing dari anak panah yang ditembakkan itu terbelah dua tepat di bagian tengahnya. Tiga anak panah, semuanya masing-masing terbelah menjadi dua! Dan semua siswa sama sekali tidak melihat proses ketika Arka membelahnya!
Yang mereka lihat hanyalah momen ketika terdengar bunyi *clink* saat Arka mengunci katana-nya.
"Oke. Ada lagi? Atau permainannya sampai di sini aja?" Tanya Arka dengam senyuman yang sedikit menyeramkan.
Mendapat pertanyaan itu, semua siswa yang berjumlah hanya tujuh orang ini, hanya diam membisu. Kelas terdengar hening. Felsy yang memasang semua trap tersebut, juga hanya mampu membisu, terbelalak lebar, sambil mengucurkan keringat dingin sebesar biji jagung.
Revon pun sama bisunya. Dia hanya bisa menelan ludah yang sejak saat para Pelatih baru itu membuka pintu sampai detik ini sudah terkumpul di dalam mulutnya dan belum sempat ia telan.
"Gimana? Ada lagi, nggak?" Tanya Arka kembali.
Revon tidak ingin mundur dari rencana awalnya untuk mengajak Pelatih baru berduel dengannya. Dia menggenggam erat gagang Sarcova, greatsword miliknya, dengan tangan kirinya. Lalu ia memberanikan diri untuk mengangkat tangan kanannya.
"Pe... Pelatih!"
"Oh! Yang di sana! Gimana, gimana?"
"Du-..."
"Du? Apa? Coba ngomong yang jelas."
"Du-duel... I-izinkan saya berduel dengan Pelatih!"
"Duel, ya... Hmm... Boleh juga... Tapi, kamu mau duel dengan siapa di antara kami?"
"Eenngg... De-dengan Pelatih Arka saja!" Jawab Revon setelah mengingat-ingat kembali nama Arka pada saat perkenalan di aula sebelumnya.
"Boleh... Boleh banget. Tapi, gini aja. Kita duel di luar kota, ya. Biar nggak ada yang liat. Selain itu, biar ruang kelas nggak rusak kayak semua skill trap barusan. Lagian, paling cuman bentar aja. Gimana?" Jelas Arka.
"T-tidak masalah, P-Pelatih! Tapi..." Revon menunduk, memikirkan bagaimana cara mereka pergi keluar kota padahal sepengetahuan Revon sebelumnya, waktu kelas homeroom tidak begitu banyak.
"Tenang aja, kita ke sana pake ini... Teleportation Gate." Ujar Arka seakan bisa membaca pikiran Revon.
Arka kembali memanggil gerbang magis yang sama persis seperti pada saat kedatangannya tadi pagi.
"Ayo, yang lainnya juga ikut, yaa!" Syla mengajak siswa yang lainnya untuk ikut dengan nada yang ramah.
Pada akhirnya, semua ikut. Dan kelas homeroom Arka jadi kosong melompong untuk beberapa menit ke depan.
***
Aku akan berduel dengan Pelatih Arka. Apa yang kupikirkan tadi? Kenapa aku tetap mengajaknya duel setelah melihat sedikit saja kemampuan yang sudah membuat semua orang tercengang!? Ini namanya bunuh diri!
Pikiranku sudah berkata tidak. Tapi tubuhku tetap meminta untuk berduel. Ah... Apa boleh buat. Paling, aku akan kembali ke kelas dengan babak belur dan luka di sana-sini. Terlanjur sudah...
"Sip. Mantap. Di sini nggak ada orang lain. Ayo, kamu, siapa namamu?" Tanya Pelatih Arka.
"Revon, Pelatih!"
"Ha! Revon! Aturannya kubuat mudah aja. Aku kasih kamu waktu satu menit untuk menyerangku. Kalo dalam 1 menit kamu bisa menyentuhku dengan cara apapun, kamu menang. Jangan ragu-ragu, ya! Sekuat apapun seranganmu, tidak akan dapat melukaiku dengan kemampuanmu yang sekarang. Itupun kalau kena, hahaha..."
Wah! Pelatih satu ini meremehkanku! Tapi... Ya dia memang punya kemampuan dan alasan yang kuat untuk meremehkanku. Baiklah, kalau begitu, aku tidak akan segan-segan dari awal.
"Baik, Pelatih!"
"Siiip... Kamu bisa mulai kapanpun kamu mau."
"Aku datang, Pelatih! Haaaaaaaaah!"
Aku memulai serangan pertamaku. Aku berlari menuju ke arah Pelatih Arka sambil menyiapkan Sarcova untum menyerangnya. Aku tidak akan menahan diri. Dia sendiri yang mengatakannya kepadaku untuk tak ragu-ragu.
"Hmm... Bagus, bagus... Semangat yang tinggi. Aku suka orang kayak kamu, Revon!" Ujar Pelatih Arka.
"Kaaaaahhhh!"
Aku menebaskan pedangku sekuat tenaga dan secepat mungkin secara vertikal berkali-kali.
*Shuuusssh shuaaassh shaaasssh shuuussh*
Dari penglihatanku, aku melihat bahwa Pelatih Arka sudah berada di dalam area jangkauan tebasan pedangku. Tapi tiap kali bilah pedangku hampir mengenainya, tubuh Pelatih Arka sudah tidak lagi ada di situ.
Dia berpindah mundur, atau ke samping, yang jelas hal itu membuat seranganku selalu meleset. Bahkan, sesekali dia malah lenyap kemudian sudah berada di belakangku saja. Kecepatan yang luar biasa!
Kecepatan Pelatih Arka melebihi akal sehat! Seolah dia melawan hukum alam!
"Hmm... Kekuatan ayunan pedangmu cukup tinggi... Tapi sayang, kecepatanmu terlalu rendah... Kalo gini, sih... Kamu nggak bakal bisa bertahan lama pas ngelawan monster kelas atas..." Jelas Pelatih Arka sambil terus menghindari seranganku.
Sudah setengah menit berlalu dengan sia-sia. Pedangku hanya menebas angin dan debu. Aku harus mengeluarkan skill area untuk menyerangnya. Skill yang tidak begitu memerlukan kecepatan untuk dapat mengenai targetnya karena memiliki AoE yang lumayan lebar.
"Earth Crush!"
*Duaaaarrr!*
Dengan meningkatkan kekuatan serang pedangku menggunakan magic, aku memecah tanah di sekelilingku hingga hancur dalam AoE yang lumayan lebar. Tapi, Pelatih Arka tak terlihat dimanapun.
"Shining Ray Slash!"
*Zzzhiiiiiiinnnnn*
Aku membuat pedangku menjadi lebih panjang dengan mengimbuhkan magic netral pada bilahnya. Lalu aku menebaskan Sarcova-ku memutar 360°. Karena, aku punya feeling bahwa Pelatih Arka masih berada di sekitarku.
"Aha! Tindakan bagus! Untuk mengkompensasi Agility-mu yang rendah menjijijkan itu, kamu manfaatin skill area luas supaya musuhmu susah buat menghindar. Bagus, bagus... Tapi, hahaha... Itu masih di level yang memalukan! Hahaha... Kamu masih terlalu lemah!"
Pelatih Arka terus berbicara dan mengomentariku dengan santainya. Tidak tampak sedikitpun bahwa dia sedang 'berusaha' menghindari serangan-seranganku. Sialan!
Kalau begitu, mau tak mau, aku akan mengeluarkan skill pamungkasku. Aku akan mengeluarkan seluruh energi yang sudah lama kukumpulkan di dalam Sarcova. Pelatih Arka ini, bukankah dia sangat kuat sehingga dia tidak akan terluka parah oleh serangan ini? Ini... Tidak akan kenapa-kenapa.
"Jump Strike!"
Aku mengeluarkan skill serangan dengan melompat tinggi. Tapi tidak ke arah Pelatih Arka, melainkan lurus ke atasku. Saat momentum lompatanku hampir habis, aku melanjutkan dengan skill lain.
"Fencing Stab!"
Dengan posisi masih di udara, aku mengeluarkan skill yang memberikan dorongan tambahan kepada tubuhku agar dapat melompat lebih tinggi lagi. Saat momentum lompatan kedua hampir usai, aku melihat ke arah dimana Pelatih Arka berada, untuk mengarahkan seranganku yang berikutnya. Skill pamungkasku.
"Energy Release!!!"
Cahaya terang kemerahan seakan keluar dari dalam pedangku. Cahaya itu semakin terang dan menyelimuti seluruh bilah pedangku. Semakin lama semakin pekat energi yang keluar dari dalam pedangku.
Energi pekat yang keluar dari dalam Sarcova, kini menjadi bergetar liar. Seperti bubuk mesiu kembang api yang dibakar, cahaya kemerahan yang merupakan materialisasi dari kumpulan energi yang telah tersimpan selama ini, keluar semuanya.
"Huuuaaaaaaaaaarrrhhhhh!!!"
Setelah kekuatan energi maksimum tercapai, aku menebaskan pedangku, Sarcova, sekuat tenaga ke arah Pelatih Arka. Tebasan tersebut melepaskan seluruh energi yang telah dikeluarkan dari dalam Sarcova. Sabit besar berwarna kemerahan melesat menuju dimana Pelatih Arka sekarang berada.
*Zzzhhhiiiiiiiisssssshhh*
*BLEGAAAARRRR*
Ledakan besar terjadi. Tekanan udara di sekitar berubah dapam sekejap akibat ledakan megah tersebut. Ternyata, energi yang telah kukumpulkan selama ini dari membunuh monster sudah sebesar ini jadinya.
Lalu, bagaimana kondisi Pelatih Arka?
"Hahaha... Baguuuss! Kamu punya banyak potensi yang bisa kamu kembangkan. Tapi, untuk sekarang, karena waktunya udah habis... Ya, kamu kalah." Kudengar suara Pelatih Arka dari arah belakangku.
"Te-terima kasih, Pelatih!"
Sialan. Ternyata dia sudah melompat tinggi ke belakangku sebelum skill Energy Release mengenainya. Siaaal!
***
"Baiklah... Waktunya perkenalan ulang. Aku Arka. Aku adalah Wali Kelas kalian mulai sekarang." Kata Pelatih Arka di depan kelas saat kami sudah kembali.
"Aku Syla! Aku akan melatih kelas tingkat lanjut bagi Archer dan Rogue. Mohon kerjasamanyaaa!"
"Aku... A-Aesa. Mengajar kelas M-Mage... M-mohon bantuannya..."
"Panggil saja saya dengan Ren. Saya akan bertugas sebagai asisten dan admin bagi mereka bertiga. Tapi nanti saya akan melatih skill Appraisal khusus untuk kelas Z. Ini akan sangat berguna bagi kalian di kemudian hari. Mohon kerjasamanya..."
"Aku Rubyyy! Naga cantik kesayangannya Arkaaa! Salam kenaaal! Ehehehee..."
Para Pelatih telah selesai memperkenalkan diri. Lalu, Pelatih Arka berjalan menuju Kursi Pelatih yang ada di depan kelas. Sedangkan yang lainnya langsung keluar dari ruangan.
Eh, tunggu dulu! Masih ada satu trap lagi di kursi Pelatih! Dan, itu adalah skill trap terbaikku! Aku penasaran, apa yang akan terjadi jika Pelatih Arka mengaktifkan trigger-nya, ya?
"Baiklah semua siswa..." Kata Pelatih Arka, menarik kursinya dan bersiap untuk duduk.
Dan kemudian...
Skakmat!
***BERSAMBUNG***
______________________________________
Vote, yaa! Thanks!
Nama penting di chapter ini :
- Earth Crush
- Trap: Thorn Smash
- Energy Release, skill unik dari pedang Sarcova.