"GRRRROOOOAAAAAAARRRRHH!!!"
Raungan seekor Naga Api yang baru saja mendarat di lapangan depan akademi membuat seluruh Siswa dan Pelatih yang ada di aula menjadi gemetar. Efek yang ditimbulkan oleh Dragon Aura milik Ruby disertai suara yang sangat keras telah menimbulkan efek fear bagi semua yang melihat dan mendengarnya. Apalagi mereka semua bukanlah petarung berlevel tinggi yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap debuff seperti fear.
"N-Naga Api Raksasa!"
"Itu... I-itu adalah Naga Api yang dulu, kan!?"
"Beberapa orang t-turun dari punggungnya!"
"Ja-jangan bilang... M-mereka adalah Pelatih yang baru!?"
"Petualang Plat Diamond memang menakjubkan!"
"Bu-bukankah itu Naga Api milik Dark Edge!?"
"Dark Edge!? Petualang Plat Diamond yang sangat terkenal di benua ini!?"
"K-kau benar! Ti-tidak salah lagi!"
"Jadi... Pelatih baru kita adalah... Dark Edge!?!?"
Suara berisik yang berisi kata-kata ketakjuban terdengar dari barisan para Siswa. Para Pelatih pun juga saling berbisik sesama mereka.
Semua Siswa dan Pelatih di sana melihat dan memperhatikan sekelompok orang yang mengenakan pakaian resmi Pelatih Knight Academy Arvena berjalan menuju aula setelah mereka turun dari punggung Naga Api raksasa. Dan Naga Api itu pun langsung berubah menjadi wujud manusia. Lebih tepatnya, wujud Gadis Dragonoid berambut merah dengan sayap dan ekor bersisik merah juga, serta tanduk naga di kepalanya.
Lalu sekelompok Pelatih baru itu tiba-tiba berhenti setelah berjalan beberapa langkah, dan seorang dari mereka mengeluarkan magic yang membentuk sebuah gerbang magic di hadapan mereka. Kemudian mereka masuk ke gerbang itu dan lenyap entah kemana.
"Oh! Di sana!" Seorang siswa berteriak sambil menunjuk ke arah samping podium.
Di sana telah ada gerbang magis yang serupa. Satu per satu, para Pelatih baru tadi keluar dari gerbang itu.
Melihat yang terjadi di depan mata mereka, semua orang hening sambil menganga. Mereka terpana melihat pertunjukan yang dihadirkan oleh para Pelatih baru itu di hari pertama kedatangan mereka.
"Selamat datang, Pelatih Arkanava, Pelatih Sylaria, Pelatih Renia, Pelatih Aesa, dan Gadis Naga!" Sambut Aristo dengan senyum ramah.
"Ruby! Namaku Ruby!" Ruby protes karena Aristo hanya mengatakan gadis naga namun tidak menyebutkan namanya.
"Ah! Maafkan aku. Selamat datang, Ruby!" Aristo langsung meminta maaf dan memperbaiki kesalahannya.
"Terima kasih, Pak Aristo." Ucap Arka mewakili yang lainnya.
"Tepat sekali waktunya. Kalau begitu, dipersilahkan kepada para Pelatih baru untuk memperkenalkan diri masing-masing."
"Baik, Pak Aristo." Ujar Arka sambil naik ke podium setelah dipersilahkan oleh Aristo. Lalu Arka mulai berbicara, "perkenalkan, saya adalah Arkanava Kardia. Kalian cukup memanggil saya dengan nama Arka saja. Saya akan melatih di kelas Swordsman dan Praktek Tempur. Tujuan saya di sini adalah untuk melatih petarung yang sangat kuat agar dapat melindungi dunia ini di masa yang akan datang. Sekian, terima kasih."
Arka berbicara dengan suara yang datar dan terdengar agak malas. Selesai memperkenalkan diri, dia turun lalu digantikan oleh Syla.
"Perkenalkan, saya Sylaria Wyndia! Cukup dipanggil Syla. Mulai hari ini, saya akan menjadi Pelatih untuk kelas Archer dan Rogue! Mohon kerjasamanya, yaa! Terima kasih!" Syla memperkenalkan diri dengan sangat ramah dan ceria.
Berikutnya, Ren yang naik ke podium.
"Selamat pagi... Perkenalkan, saya Renia Misha, biasa dipanggil Ren. Saya sendiri tidak melatih kelas khusus, tapi saya di sini sebagai asisten bagi teman-teman saya yang lainnya. Dan jika kalian mengalami permasalahan terutama untuk kelas yang dilatih oleh teman-teman saya, bisa bertemu saya dan kita akan mencari solusi permasalahannya. Sekian saja. Mohon kerjasamanya, terima kasih atas perhatiannya."
Seperti biasa, Ren berbicara dengan nada yang sangat lembut, menenangkan, dan sangat dewasa walaupun tubuhnya mungil. Dan terakhir, Aesa.
"S-salam kenal... Sa-saya Aesa Aelum... K-kelas yang akan saya latih adalah M-Mage... Mohon kerjasamanya... Te-terima kasih..."
Aesa tampak sangat gugup. Sepertinya dia belum terbiasa berbicara di depan orang banyak dan menjadi sorotan.
Semua Pelatih baru sudah memperkenalkan diri. Namun, Aristo melihat wajah Ruby yang sangat bersemangat untuk ikut memperkenalkan diri. Jadi, dia mempersilahkan Ruby untuk ikut memperkenalkan diri.
"Halooo! Namaku Ruby! Aku naganya Arkaaa! Ayo kita main-main bareng nanti, yaaa!"
Setelah Ruby, sesi perkenalan Pelatih baru pun selesai. Aristo menutup acara pagi ini dan menyampaikan bahwa para siswa bisa melihat kelas homeroom mereka yang sudah ditempelkan di dinding sebelah timur aula setelah acara seremonial ini selesai. Mereka juga bisa melihat denah akademi untuk mengetahui dimana posisi ruang kelas apa.
***
"Androa, sepertinya kita sekelas lagi. Dan lihat itu. Mage yang waktu itu menyerangku. Sepertinya dia tak mengenaliku. Mungkin karena aku pakai helm yang menutupi wajah waktu itu, ya?" Ujar Halea.
"Benar, Lea. Tapi inget, jangan berkelahi di area akademi. Kalaupun mau, tantang dia latihan duel secara resmi. Ngomong-ngomong, kenapa kita di kelas Z? Apa sebenarnya kelas Z ini!?" Androa menanggapi.
"Wah, kalian berdua juga di kelas Z!?" Felsy menyerobot di antara Halea dan Androa.
"Pergi sana kucing bau!" Bentak Halea kepada Felsy.
"Hahaha! Sini Lea aku peluuuuk!" Kata Felsy sambil mengulurkan kedua tangannya kepada Halea.
"Jauh sana jauh! Aku nggak mau dipeluk kucing kotor!" Jerit Halea sambil menghunuskan halberdnya ke Felsy.
"Bweeeekk! Hahaha!"
"Kau!!!" Bentak Halea, mengayunkan halberdnya untuk menyerang Felsy.
"Hey kalian! Berhenti! Jangan berkelahi di sini!" Seorang Pelatih yang melihat Halea mengayunkan halberd, langsung bertindak untuk mengamankan mereka.
Tapi Pelatih itu terlambat. Selain angkuh, Halea memang temperamen dan tidak bisa diajak bercanda. Jika dia tidak suka, maka ia tak akan segan-segan untuk menggunakan kekerasan.
*Whuuuuung*
Gesekan antara udara dan halberd Halea menghasilkan suara mendengung yang kencang. Felsy terlalu dekat untuk dapat terhindar dari serangan itu. Serangan yang dilancarkan tanpa adanya rasa untuk menahan diri dari Halea.
*Diinnggg*
Sesaat sebelum melukai Felsy, ayunan halberd Halea terhenti di tengah jalan. Halea sangat terkejut ketika mendapati sisi mata kapak dari halberd-nya ditahan dengan lengan oleh seseorang.
Lengan? Seseorang telah menangkis halberd Halea hanya dengan lengan yang terbalut kain dari lengan bajunya? Tanpa armor?
Itulah yang membuat Halea terkejut. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa seseorang menghentikan serangan menggunakan logam tajam hanya dengan lengannya? Di samping itu, bunyi benturan yang terdengar adalah seperti logam bertemu sebuah benda keras lainnya.
"Kamu gila, ya!? Kamu mau ngebunuh temenmu?" Orang yang menahan serangan halberd Halea berbicara, ternyata dia adalah Arkarrnava Kardia.
*Ngrreeekk*
"A-apa!?"
Halea terkejut ketika Arka membuat kepala halberd miliknya yang terbuat dari logam campuran menjadi penyot hanya dengan remasan tangannya.
"Dengan gini, senjatamu udah nggek bisa dipake buay membunuh orang dengan mudah. Yaa setidaknya selama kamu masih belajar di sini."
"Waaa! Pelatih Arkanava! Makasih, yaa!" Ucap Felsy karena menyadari bahwa dirinya sudah diselamatkan.
"Arka aja. Kepanjangan kalo Arkanava."
"Kalian berdua! Hentikan! Bubar!" Pelatih yang menegur mereka tadi akhirnya bisa mengamankan sumber keributan.
***
Aku masuk kelas Z ternyata... Kenapa, ya? Apakah kelas biasa tidak mampu lagi untuk melatihku?
Dan... Apakah di kelas Z aku bisa sering berlatih tarung? Aku ingin bertarung untuk melatih kemampuanku!
Bicara soal bertarung, apakah Pelatih baru itu jago dapam bertarung? Harusnya dia sangat jago. Karena, dia adalah mantan Petualang Plat Diamond. Puncak dari kejayaan seorang Petualang. Aku jadi penasaran. Aku ingin mencobanya!
"Oooii! Revooon!" Suara Felsy terdengar sedang memanggilku.
"Fel! Kamu masuk kelas Z juga, ya!?" Balasku dengan pertanyaan.
"Iya dooong! Androa dan Halea juga. Mereka sekelas denganku tahun kemaren." Jawab Felsy.
"Wah enak, ya... Dari kelasku cuman aku sendiri. Tapi, Fel... Aku pengen ngetes duel sama Pelatih baru."
"Wah, kebetulan. Baru aja aku mau nyiapin trap buat Pelatih baru, Rev."
"Eh, jebakannya jangan yang bahaya. Kalo dia kabur dan nggak mau ngajar kita, gimana?"
"Ahahahahaaa... Tenang... Party Petualang yang bernama Dark Edge tidak akan selemah itu. Kalo mereka kalah hanya karena trap-ku, berarti mereka palsu."
"Emm... Kata-katamu itu... Ada benernya juga. Berarti, kalo mereka bisa ngelewatin jebakanmu, giliranku nantangin duel, ya!"
"Nahh aku setuju banget tuh, Rev!" Kata Felsy, mengacungkan jempol tangannya kepadaku sambil memasang trap di depan pintu kelas, di lantai menuju papan tulis, serta di kursi dan meja Pelatih.
Felsy merangkak
"Fel, jebakanmu apa nggak ngerusak lantai dan perabotan, tuh?"
"Hahaha... Ya ngerusak lah, Rev... Tapi harusnya itu nggak masalah kan? Paling aku cuman dihukum seperti biasa. Udah kebaaal hahaha..."
"Dasar kamu, Fel..."
Felsy melanjutkan pemasangan trap (jebakan) di tempat-tempat yang akan dilewati oleh Pelatih. Dia berada dalam posisi bersujud di depan pintu masuk, memasang trap di lantai. Bokong yang besar dan padat milik Felsy menjiplak ke rok ketatnya. Garis tepian celana dalamnya terjiplak juga dan aku dapat melihat siluet celana dapamnya dengan jelas.
Oh! Felsy semakin merendahkan kepalanya ke lantai! Pantatnya! Pantatnya semakin menunggingg! Sedikit lagi... Sedikit lagiii... NAHHH! Aku bisa melihatnya!
Celana dalam dengan pola garis-garis berwarna pink dan biru muda. Di bagian tengahnya, terlihat seperti ada dua gundukan kecil dengan lipatan seperti lembah di bagian tengah. Dan bokong Felsy juga mengintip, memperlihatkan kulit yang mulus dan otot gluteus yang kencang dan terlatih...
*Serrr...*
Setetes darah keluar dari hidungku. Cepat-cepat aku lap dengan sapu tangan. Aku harus berhenti melihat bokong Felsy. Aku harus berhenti berkhayal yang jorok!
Aku langsung mempersiapkan pedangku. Sarcova, greatsword yang diwariskan oleh ayahku. Pedang yang mampu menyerap energi magic dari monster yang telah dibunuhnya dan disimpan untuk sewaktu-waktu dikeluarkan sekaligus menjadi energi serangan yang sangat besar.
Tapi, kekuatannya tak akan kugunakan di sini, tentunya. Hanya jika aku terpojok antara hidup dan mati saja barulah kukeluarkan kekuatan itu.
Sambil membersihkan pedang, aku memperhatikan siswa-siswa lain yang juga masuk ke dalam kelas ini. Selain aku, Felsy, dan dua teman sekelas Felsy dulu, ada juga seorang Elf laki-laki yang sepertinya memiliki kelas Archer kalau dilihat dari senjata yang dibawanya.
Ada juga seorang Elf perempuan. Elf? Tunggu... Memang, bentuk daun telinganya terlihat lancip. Tapi, berbeda dengan daun telinga Elf laki-laki tadi. Daun telinga gadis ini tidak sepanjang daun telinga Elf pada umumnya. Malah, ukurannya hampir sama dengan daun telinga manusia, hanya saja ujungnya lancip. Mungkinkah... Dia Half-Elf? Tapi, aku tidak bisa menyimpulkan kelasnya karena dia tidak membawa senjata apapun.
Terakhir, ada seorang manusia laki-laki yang membawa magic wand dengan batu permata sebesar kepalan tangan yang sangat bening dan mengeluarkan cahaya redup berwarna seperti pelangi. Berarti dia adalah seorang Mage. Dan magic wand itu, kemungkinan itu adalah senjata yang langka, sama halnya seperti pedangku.
Itu saja. Siswa di kelas Z ini hanya berjumlah tujuh orang termasuk aku. Padahal, kelas biasa bisa berisikan 25 hingga 30 orang dalam satu kelas. Sebenarnya kelas apa ini!?
"Selesaaaaiii!" Teriakan Felsy memutus lamunanku.
Sepertinya dia sudah selesai memasang beberapa trap beruntun untuk menguji kemampuan para Pelatih baru. Tak pama setelah teriakan Felsy, terdengar suara langkah beberapa orang dari lorong di depan kelas.
*Cekrek*
Pintu kelas dibuka. Di pintu, kami dapat melihat 4 sosok Pelatih baru yang merupakan mantan Petualang Plat Diamond. Mereka memberikan aura yang tidak biasa. Udara di sekitar terasa menjadi lebih berat.
Di saat yang sama pula, trap pertama Felsy teraktivasi. Itu, kalau aku tidak salah, nama skill trap-nya adalah Pendulum Swing. Ketika trigger-nya terpicu, maka jangkar besar jatuh dari langit-langit dan berayun ke arah yang diinginkan pembuatnya. Dalam hal ini, jangkar berayun ke arah pintu.
Para Pelatih baru sudah melihatnya, tapi ekspresi mereka seperti sudah menduga hal ini terjadi dan mereka tetap melangkah masuk dengan santai.
*Whuuuuuuuffff!*
Dalam hitungan sepersekian detik, jangkar besar itu akan menghantam mereka.
***BERSAMBUNG***
___________________________________
Nama penting di chapter ini :
- Revon, Swordsman, pedang Sarcova.
- Trap: Pendulum Swing.