Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 97 - Chapter 10.5

Chapter 97 - Chapter 10.5

Warning!

18+ only!

Anak di bawah usia 18 tahun silahkan langsung skip ke chapter berikutnya. Melewatkan chapter ini tidak akan berpengaruh kepada cerita secara keseluruhan.

______________________________________

"Haaahhh... Akhirnya... Kasurrr..."

Fazar membantingkan tubuhnya di atas kasur, telentang dan membuka kedua lengannya lebar-lebar. Dia baru saja selesai berlatih untuk meningkatkan kemampuan summon magic miliknya. Sekalian, dia melatih kemampuannya mengendalikan monster summon-nya agar dapat bergerak sesuai yang diinginkannya.

Untuk melaksanakan latihan ini, Fazar yang didampingi Pasukan Pengawal Hero dari Kerajaan Krauzer harus melakukan perjalanan selama sebulan untuk menuju sarang monster yang akan dimanfaatkan sebagai tumbal bagi latihannya.

"Tuan Fazar, apa Tuan butuh bantuanku?" Terdengar suara seorang wanita yang familiar dari luar pintu kamat Fazar.

"Relvi... Sudah kubilang, panggil Fazar saja kalau tidak ada orang lain di sekitar kita. Sebenarnya aku juga tidak masalah kalau kamu panggil Fazar saja walaupun di depan orang banyak."

"Ba-baik... F-Fa-Fazar... Tapi, aku tetap tidak bisa hanya memanggil Fazar di depan orang banyak!"

Relvi, Maid yang ditugaskan oleh Raja Kerajaan Krauzer untuk menjadi Maid Pribadi bagi Fazar.

"Vi, aku mau tidur saja. Kamu juga istirahat saja, pasti capek habis perjalanan jauh."

"Kalau begitu, saya juga beristirahat. S-selamat tidur, F-Fazar..."

"Um. Selamat tidur, Relvi."

Fazar pun langsung terlelap sesaat setelah ia mendengar suara langkah Relvi menjauhi depan pintunya. Tubuhnya sangat kelelahan. Saat ini, sudah hampir dua tahun semenjak Fazar di-summon dan menjadi seorang Hero. Dia hanyalah pemuda berusia 18 tahun yang terjebak di dunia ini diluar keinginannya.

Tapi, semakin dia menjalani kehidupan di sini, dia malah sangat menikmatinya. Tentu saja. Fazar adalah seorang yang mencintai hal-hal yang berbau fantasi di dunianya sebelum ini. Dan sekarang, fantasi itu menjadi hal nyata dan terjadi di sekelilingnya, dan juga pada dirinya.

Sepanjang malam, Fazar benar-benar tertidur pulas. Tubuhnya seperti sepotong balok kayu yang terhampar di atas kasur. Sama sekali tak bergerak.

***

Pagi menyambut. Cahaya mentari yang masuk dari celah tepian jendela yang tak tertutup sempurna oleh gorden mulai menghangatkan kelopak mata Fazar. Fazar pun terbangun.

Tapi yang ganjil adalah, bukan cahaya mentarilah yang memaksa Fazar untuk terbangun. Tetapi suatu hal lainnya yang sedang terjadi tatkala Fazar masih berenang-renang di alam mimpi.

"Ungh..." Fazar melenguh karenanya.

Sesuatu sedang terjadi dan itu membuat Fazar terbangun. Lokasi kejadiannya, adalah di bawah sana. Di area dimana Fazar sendiri bisa memastikan bahwa lokasi itu adalah tempat yang tidak seharusnya kejadian itu terjadi.

Fazar merasakan gesekan-gesekan lembut di area terlarangnya. Gesekan lembut tersebut sesekali diselingi hisapan halus pada ujung batang kelelakiannya. Hal tersebut mengirimkan sensasi geli yang sedikit ngilu kepada otak Fazar yang masih berkabut.

"Eh... F-Fazar sudah bangun..."

Suara Relvi menyusup ke lubang telinga Fazar, menggetarkan gendang telinganya yang kemudian mengirimkan sinyal suara melalui tulang-tulang pendengaran menuju reseptor auditoriknya. Dari situ, Fazar mengetahui bahwa Relvi sedang berada di kamarnya, seperti biasa.

Fazar masih belum membuka matanya. Dia masih menikmati sensasi yang dirasakan di area sekitar selangkangannya. Tapi Fazar mulai berpikir.

Sensasi geli yang dirasakannya...

Suara Relvi, Maid Pribadi dari ras Manusia Kucing...

Jika kedua informasi itu dijadikan satu dan dicari benang merahnya, berarti...

"HAH!?!?" Fazar sontak terkejut, bangun terduduk, dan membelalakkan matanya ke arah selangkangannya.

Di sana, Relvi yang lengkap dalam seragam Maid di Kerajaan Krauzer sedang dalam posisi membungkuk. Fazar tidak dapat melihat kemaluannya karena terhalangi oleh kepala Relvi.

"E-eh!?" Relvi mengangkat kepalanya, membuat sensasi geli yang dirasakan Fazar "F-Fazar tidak suka ya kalau Relvi melakukan ini?" Lalu dia bertanya dengan wajah takut.

"Suka--! Eh--! M-maksudku, kenapa Relvi melakukan ini!?"

"Ka-karena... Tadi sewaktu Relvi masuk untuk menyiapkan sarapan, Relvi melihat Fazar yang ini sudah bangun. Jadi, Relvi berpikir, mungkin kalau Relvi melakukan ini, Fazar akan senang..." Jelas Relvi sambil tertunduk.

Fazar terdiam untuk sesaat. Memikirkan tentang apa yang harus dilakukannya saat ini. Fazar bingung. Di samping itu, dia juga sedang berusaha menahan paniknya.

Betapa tidak? Bangun di pagi hari, di saat hormon lelaki berada pada konsentrasi yang tinggi, lalu tiba-tiba seorang gadis kucing cantik seusianya sedang mengulum penisnya.

Konflik batin yang pelik sedang berkecamuk di dalam hatinya. Dia ingin menolaknya, tapi pasti Relvi akan menangis karena malu. Selain itu, di satu sisi hatinya, sebenarnya Fazar juga menginginkan hal ini. Well, semua remaja laki-laki normal pasti menginginkan hal ini. Fazar tidak terkecuali.

"Ennggg... Re-Relvi... A-aku suka... Si-silahkan diteruskan..." Ucap Fazar setelah menetapkan hatinya.

"Um!" Mendengar ucapan Fazar, Relvi mengangguk dan tersenyum.

Relvi langsung melanjutkan apa yang dilakukannya tadi. Dia mengulum penis Fazar, dengan perlahan dan hati-hati.

"Unghh... Relvi... Huu..."

Fazar menikmati setiap gesekan antara lidah dan bibir Relvi dengan batang penisnya. Fazar merasakan geli yang nikmat. Geli yang hampir ngilu pada penisnya yang sudah sekeras kayu.

"Ah! Huuuuh... Uunnngggh..."

Untuk sepersekian detik, Fazar dikejutkan oleh rasa ngilu di tepian kepala penisnya. Relvi tidak sengaja mengenainya dengan giginya. Tapi Fazar tidak mempermasalahkan hal sesepele itu. Sebagai perjaka culun, dia tidak bisa menuntut lebih. Fazar berpikir, berarti Relvi juga masih awam dalam hal seperti ini.

"Rel... Relvi... Jilati dari pangkal sampai ke lubang di ujungnya..."

"Um!" Relvi memberikan yang diminta Fazar.

Lidahnya, ia julurkan hingga melengkung keluar dari mulutnya. Lalu ujung lidah yang basah itu mulai menyapu sekujur batang penis Fazar. Mulai dari bagian bawah skrotumnya, menyusuri perlahan hingga ke ujung penisnya. Lalu Relvi menjilat lubang penis Fazar dengan gerakan lidah memutar mengitari lubangnya.

"A-ahhh... Relvi... Lidahmu menjilati seluruh penisku... Aahh... Geli rasanya... Enak, Relvi..."

Fazar benar-benar menikmati rangsangan dari Relvi. Relvi pun tersenyum sambil terus menjulurkan lidahnya untuk menjilati penis dan skrotum Fazar.

Setiap jilatannya membuat otot-otot di paha Fazar secara refleks berkontraksi. Rasa geli nikmat yang tak tertahankan itu juga membuatnya sedikit sulit untuk bernafas karena otot-otot di perutnya juga ikut berkontraksi.

"Aah... Re-Relvi... Hisa--... Ahh... Hisap penisku... Masukkan ke dalam mulutmu, Relvi..." Pinta Fazar kepada Relvi.

Relvi, tanpa menunggu lagi, langsung melahap penis Fazar yang mengacung ke langit-langit kamar di hadapannya.

"Haaahhh... Relvi... Penisku... Penisku keluar masuk mulutmu... Ahhh... Nikmat..."

Fazar mengernyitkan dahinya. Dia menatap Relvi yang seolah-olah sedang asyik mengulum es krim. Tapi itu bukan es krim. Itu adalah penis Fazar. Pemandangan dimana seorang gadis cantik sedang mengulum dan menghisap penisnya, bukanlah hal yang seperti di video porno yang pernah dilihat Fazar.

Faktor nyata dan benar-benar terasa ini, membuat pemandangan tersebut menjadi sesuatu yang berbeda. Perbedaannya begitu jauh. Bagaikan perbedaan antara melihat kue coklat dengan memakan kue coklat secara langsung. Sensasi yang nyata ini, sungguh berada di level berbeda daripada sekedar onani sambil menonton video porno seperti yang selalu dilakukannya sebelum ini.

"Relvi... Relvi... Aku... Aku mau keluar... Cepat, Relvi... Tolong percepat gerakanmu... R-Relvi... Relvi... Cepat Re-- Rel-- Relv--"

Kepala Relvi bergerak naik turun semakin cepat. Mulutnya memasukkan penis Fazar hingga bagian sulcus coronarius, yaitu cekungan di belakang kepala penis Fazar. Kemudian diangkatnya lagi sampai ujung penis Fazar terlihat.

Sebelumnya, Relvi sudah mencoba untuk memasukkan penis Fazar lebih dalam lagi. Namun, ketika baru separuh penis masuk ke dalam mulutnya, Relvi menjadi hampir muntah. Relvi masih sangat amatir dalam melakukan blow job. Mungkin sebelum ini, dia sama sekali belum pernah melakukannya. Akhirnya dia hanya bermain dangkal saja.

Tapi di sisi lain, Fazar sama sekali tidak protes ataupun kecewa. Fazar tampak sangat menikmatinya. Rangsangan dari kuluman Relvi yang sama sekali tidak ber-skill itu, telah menghantarkan Fazar mendekati orgasme.

"Relvi! Relvi! Aku mau keluar! Aahkk! Ayo! Cepat! Sedikit lagi!"

"Umf! Ughuf ughuf ughuf!"

Relvi mempercepat gerakan kuluman mulutnya terhadap penis Fazar. Rangsangan ngilu dan geli akibat gesekan kulit penis dengan mukosa pada lidah dan bibir Relvi sudah mendekati puncaknya. Rasa tegang dan ngilu yang menjalar dari pangkal penis Fazar hingga ujung kepala penisnya sudah sangat intens.

Fazar sudah nyaris mencapai klimaksnya. Perasaan ingin meledak dan menyemburkan lendir putih kental dari ductus seminalis ke dalam mulut Relvi sudah tak tertahankan lagi. Jika Relvi berhenti sekarang, tak terbayang lagi akan betapa sakitnya kepala Fazar karenanya.

"Ughuff ghufug ughufugh!" Suara yang keluar dari hidung Relvi karena kulumannya, memberikan rangsangan auditorik kepada Fazar yang sudah kalap.

"Rel! Relvi! Aku! Aku keluar! Keluarr! Keluaaarrr! Aghaakkk! Uukkkhh! Haahhhkk!"

Sambil berteriak, Fazar dengan refleksnya memegang bagian belakang kepala Relvi ketika ia ejakulasi. Menarik kepala Relvi sehingga penisnya masuk sedalam-dalamnya ke dalam rongga mulut Relvi. Mungkin malah sampai ke tenggorokannya.

*Crrooottt! Croooottt! Crroooottt! Croooottt! Croott!*

"Aaaaaaarrrrkkkk!!!" Fazar berteriak puas saat ia menyemburka  benih-benih kehidupannya ke dalam mulut Relvi.

"UGGGGGGFFFF!!!" Relvi terkejut karena Fazar tiba-tiba menarik kepalanya dengan hentakan kasar hingga seluruh penis Fazar masuk ke dalam mulutnya.

Tapi yang membuat Relvi lebih kaget adalah semburan cairan kental panas dari dalam lubang penis Fazar. Langsung menyembur kencang ke dalam tenggorokannya. Untuk sesaat, Relvi berpikir bahwa sesuatu akan membakar tenggorokannya.

Namun, pikiran seperti itu hanya melintas sepersekian detik saja. Karena berikutnya, Relvi merasakan dorongan kuat untuk batuk sekaligus ingin muntah.

"Ugggggffffaaaaaah! Uhuhuk! Uhuk uhuk! Uhueeeekk! Uhuk uhuk! Maaf-- uhuuk! Ma-- uhuhuk! Ueeekk! Maafkan aku, Fa--uhuk!"

Relvi langsung terbatuk kuat sampai hampir muntah setelah ia mengeluarkan penis Fazar dari mulutnya. Sebagian lendir putih Fazar tersembur keluar dari mulut Relvi karena batuk. Sebagian lagi meleleh keluar di bibirnya. Tapi Relvi menampung semua yang keluar dengan tangannya.

"Hahhh... Ahhh... Haahh... Relvih... Maaf... Aku refleks... Menarik kepalamuh... Tadihh..." Ujar Fazar sambil merampas seluruh oksigen yang ada di sekitarnya.

"U~um..." Relvi menggelengkan kepalanya. Lalu memasukkan lagi seluruh mani yang keluar dari mulutnya. "Glekk... Ummh... Benih cinta Fazar, rasanya gurih... Uhuk!"

Relvi menelan semua mani yang disemburkan oleh Fazar. Semuanya, tanpa sisa. Lalu ia kembali terbatuk sedikit. Dan setelah tenggorokannya sudah terasa cukup tenang, Relvi kembali menggenggam penis Fazar.

"Umm... Kata temanku yang sudah berpengalaman melakukan ini, setelah seorang pria selesai ejakulasi, masih ada lendir yang tersisa di dalam penisnya hang harus dikeluarkan.

"O-oh..." Fazar bingung, entah apa yang harus dikatakannya untuk menanggapi perkataan Relvi barusan.

"M-maaf, aku sama sekali belum pernah melakukan ini... Jadi, biar aku coba dulu untuk membersihkannya..."

"... Iya..."

Relvi menggenggam pangkal penis Fazar dengan melingkarkan jari telunjuk dan jempolnya. Lalu dengan kedua jari itu, ia meremasnya dengan mantap, dan menggeser remasan kedua jari itu dari pangkal menuju kepala penis Fazar.

"Mmmhh..." Fazar melenguh ketika Relvi melakukan itu.

Fazar merasakan bahwa penisnya yang mulai melunak itu menjadi lebih peka terhadap rasa ngilu setelah dia ejakulasi. Dengan yang dilakukan Relvi barusan, Fazar sedikit bergidik karena menahan rasa ngilu pada penisnya.

"Eh! Benar! Rupanya masih ada cairan putih kental yang keluar! Mungkin, melakukan ini saja tidak cukup untuk membersihkan semuanya. Kalau begitu... Fazar, boleh aku hisap keluar semua sisa cairan di dalamnya?" Relvi bertanya dengan tatapan seorang gadis lugu yang baru saja menemukan hal baru.

"Bo-boleh... T-tolong ya, R-Relvi..." Fazar masih bingung harus berkata apa pada situasi seperti ini, jadi dia mengikuti alurnya saja.

"Uumm... Cuupp... Sluurrppp... Mmhh... Cupslurrpp..." Relvi mulai menghisap seluruh sperma yang masih tersisa di dalam lubang penis Fazar.

"Ngghh... Ngg--aahh..." Fazar kembali melenguh dan mendesah karena rasa ngilu ketika Relvi menghisap penisnya lagi.

"Glekk... Cuman sedikit yang tersisa, tapi aku sudah tidak bisa mengeluarkannya lagi..."

Fazar sudah merasa puas setelah ejakulasi. Penisnya sudah mulai lembek kembali. Tapi dengan Relvi membersihkan sisa sperma yang ada di dalam lubang penisnya, batang kenikmatan Fazar kembali bangkit secara perlahan.

Tapi Fazar tidak ingin merasa puas sendiri. Dia ingin membagi kepuasan yang dirasakannya kepada Relvi. Relvi juga berhak untuk mendapatkan kepuasan seksual, pikirnya.

"R-Relvi... Bisa... Kamu buka semua pakaianmu?" Tanya Fazar ragu-ragu.

"Tentu saja! Kalau Fazar menginginkan itu, akan kubuka!"

Relvi bergegas melucuti pakaiannya. Maid dress yang dikenakannya, ia buka resletingnya yang ada di punggung. Lalu ia melepaskan dress itu mulai dari bahunya, lalu mengeluarkan kedua lengannya, dan mendorong dress tersebut menuju pinggulnya. Relvi mengeluarkan kedua kakinya dari dress itu.

Hanya tersisa seorang gadis kucing yang cantik dan imut terbalut setelan bra dan celana dalam simple yang berwarna putih. Kemudian Relvi menggapai kait bra yang ada di punggungnya, lalu melepasnya. Seketika bra yang dikenakannya menjadi longgar. Dan bra yang menutupi kedua bukit kembar yang ada di dadanyapun dilepaskan dengan mudah.

Dan terakhir, Relvi melepaskan celana dalamnya dengan santai. Tidak tampak sedikitpun keraguan di wajah Relvi untuk melucuti semua pakaiannya di depan Fazar. Relvi memang sudah membulatkan niatnya untuk mengabdikan seluruh jiwa raganya untuk sosok yang diimpikannya. Seorang Hero. Dalam hal ini, Fazar adalah seorang Hero.

"..." Fazar terpana melihat apa yang tersuguhkan di depan matanya.

"M-maaf, tubuhku jelek..." Ujar Relvi, tertunduk.

"... Indah... Tubuhmu indah, Relvi..." Kata-kata itu keluar dari mulut Fazar tanpa terkontrol, isi hatinya bocor keluar begitu saja.

"F-Fazar..." Wajah Relvi merona merah, masih tertunduk dengan tangan kiri memegang siku kanannya, dan lengan kiri menjuntai ke depan paha kirinya.

Tanpa bicara, Fazar meraih kedua tangan Relvi lalu menariknya perlahan. Kedua mata Fazar menyantap pemandangan seluruh tubuh Relvi.

"... Cantik..." Gumam Fazar.

"..." Relvi tak menanggapinya, tapi malah semakin tertunduk malu.

Kedua tangan Fazar berpindah menuju kedua sisi pipi Relvi. Fazar mengangkat wajah Relvi secara perlahan dengan kedua tangannya hingga wajah Relvi dapat terlihat jelas seluruhnya.

"Relvi... Cupp..."

Seperti dikendalikan oleh perasaannya yang terhanyutkan dalam suasana, Fazar mengecup bibir mungil Relvi. Satu kecupan kecil, dan seluruh tubuh Relvi tersentak ketika bibirnya bersentuhan dengan bibir Fazar.

"F-Fazar..." Ucap Relvi.

Tatapan mata Relvi lurus menuju pupil mata Fazar yang sudah terbuka maksimal. Fokusnya berpendar, seakan bergetar. Air mata sedikit demi sedikit mulai terkumpul di kelopak mata bagian bawahnya.

Untuk beberapa saat, hanya keheningan bising yang terdengar. Hanya suara nafas yang lebih cepat dari biasanya yang dapat memberikan variasi pada keheningan ini.

Bayangan di kornea mata Fazar adalah wajah Relvi. Dan bayangan di kornea mata Relvi adalah wajah Fazar. Saat itu, waktu terasa berhenti. Semua kebimbangan dan konflik batin yang ada di benak Fazar sudah menjadi hitam tak berwujud lagi. Logika dan rasionalitas Fazar sudah lenyap.

Relvi pun tak jauh berbeda. Kecupan Fazar yang masih meninggalkan sensasi bagaikan listrik statis pada bibirnya, memberikan keyakinan pada dirinya bahwa Fazar merasakan hal yang sama dengan yang dirasakannya.

Cinta.

Seorang Maid yang ditugaskan untuk mengabdi kepada seorang Hero, telah menaruh hati kepada tuan-nya. Dan dengan yang terjadi saat ini, dia menyadari bahwa perasaannya terhadap Fazar telah berbalas.

Di sela keheningan itu, tangan Fazar mulai membelai sedikit rambut Relvi yang jatuh menghalangi wajahnya. Fazar menyibakkan rambut itu dengan jemarinya ke arah telinga kucing milik Relvi. Merapikan rambut Relvi.

Relvi yang merasakan sentuhan lembut jemari Fazar pangsung merinding. Relvi sangat sensitif di bagian daun telinganya. Dan Fazar tidak melewatkan pertanda itu.

Kali ini, Fazar langsung mengelus daun telinga Relvi dengan lembut menggunakan jemarinya. Relvi memicingkan mata dan sedikit tertunduk dibuatnya.

"U-uu..."

"Relvi..." Fazar memanggil nama Relvi dengan sedikit berbisik di dekat telinganya.

Kemudian Fazar mendekatkan tubuhnya ke arah Relvi, sambil mendorong tubuh Relvi agar telentang di kasur.

Relvi hanya diam dan mengikuti arahan dari Fazar. Relvi telentang di kasur, tatapan masih terkunci pada kedua mata Fazar. Tubuhnya yang bugil tampak tak berdaya dan pasrah. Relvi telah lama menyiapkan hatinya untuk peristiwa ini. Dia tak lagi canggung atau ragu. Relvi hanya terbaring menunggu tindakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh Fazar terhadap dirinya.

Melihat sikap Relvi yang seperti ini, Fazar langsung mengambil inisiatif untuk memberikan rangsangan kenikmatan pada Relvi. Fazar memulainya dengan kecupan lagi, lalu berpindah ke payudara Relvi yang mungil dan kencang.

"Hihh..." Relvi melepas suara desahan erotis ketika Fazar menyantap payudaranya dengan tiba-tiba.

Hati Relvi memang sudah siap untuk menerima seluruh tubuh Fazar pada tubuhnya. Tapi, sepertinya tubuh Relvi masih belum begitu siap. Rangsangan geli pada puting susunya yang datang mendadak membuatnya sedikit tersentak.

"Relvi... Puting susumu... Imut dan pemalu, ya..." Ujar Fazar sambil menjilati dang mengenyot puting susu kiri Relvi yang hanya timbul sedikit dari sekitarnya.

Fazar pernah membaca sebuah artikel di internet tentang payudara sebelah kiri yang sedikit lebih sensitif daripada payudara kanan. Oleh karena itu, mulut Fazar langsung mencari tahu kebenaran dari artikel itu pada payudara Relvi.

"F-Fazar... Ge-gelii..." Ucap Relvi.

Fazar, tidak akan menghiraukan keluhan sepele dari Relvi dan terus melanjutan kenyotannya pada payudara kiri Relvi. Sedang tangan kirinya, meremas payudara kiri Relvi. Saat tangan kirinya meremas payudara Relvi, jari telunjuk Fazar selalu memberikan goyangan dan gesekan pada puting susu Relvi untuk memberikan rangsangan juga.

"U-uuhhh... Fazar... Seperti bayi yang kehausan... Aahh... Kedua puting susuku... Merasakan geli yang berbeda... F-Fazar..."

Fazar masih tak mempedulikan ocehan Relvi. Dia masih fokus kepada kedua puting susu Relvi yang berwarna pink agak pucat.

Dan, apa yang dilakukan Fazar mulai membuahkan hasil. Keduanputing susu Relvi mulai bereaksi. Yang awalnya lembut, kini telah menjadi sedikit lebih keras. Dan yang awapnya hanya timbul sedikit, kini telah menjadi lebih menonjol keluar. Kedua puting susu Relvi semakin menonjol dan mengeras.

Pada saat seorang wanita terangsang, salah satu tandanya adalah puting susu yang mengeras dan semakin menonjol. Itu, juga pernah dibaca oleh Fazar dari internet. Internet memang hebat. Tapi, tidak ada yang lebih hebat dari apa yang sedang dialami secara langsung oleh Fazar saat ini.

"F-Fazar... Ter-terus... Lebih... Lebih kuat lagi... Aahhh... Tubuh Relvi... Tubuh Relvi mulai terasa aneh... Sesuatu di dalam perut Relvi... Terasa bergejolak... Fazar... Fazar... Terus..."

Fazar sempat terkejut mendengar ucapan Relvi. Dari ucapan Relvi itu, menunjukkan bahwa Repvi... Mendekati orgasme? Fazar sedikit bingung, tapi terus merangsang kedua puting susu Relvi selama beberapa menit.

"Fazar... Fazar... Putingku geli... Perutku aneh... Rasanya... Seperti ada aliran listrik yang mengalir dari kedua ujung puting susuku menuju ke perut bagian bawah.... Haahhh... Aaah... Fazar... Enak, Fazar... Terus... Ahhh... Teruuuss...

Fazar semakin kuat mengulum puting susu kiri Relvi sambil semakin memperkuat remasan tangannya pada payudara kanan Relvi. Setelah sekian menit berlangsung, Relvi semakin tak teroendali. Tubuhnya berkontraksi mengikuti irama kuluman Fazar.

"F-Fazaarr... Ahh... Ahhh.. Uhh... Mmmmmm--aaaahhhhaaaaakkk!"

"R-Relvi!?" Kata Fazar setelah kulumannya terlepas.

Fazar kaget, karena tiba-tiba seluruh tubuh Relvi mengalami katatonik untuk beberapa detik. Tubuhnya menjadi kaku dan melengkung ke atas seperti busur panah.

"Aaakkkk.... Ahhh... Hahh... Haahhh... Fazar... Aku... Aku kenapa barusan... Hahhh... Hah... Tiba-tiba, aku seperti disambar petir... Tapi... Aku merasakan kenikmatan yang memuaskan... Dan... Vaginaku... Jadi ikut terasa geli... Hahh... Ubbmmmhhhmmmm..."

Fazar langsung mencium Relvi yang terlalu banyak memgoceh. Mereka berdua melakukan french kiss cukup lama, sampai akhirnya jemari Fazar mulai menjelajah ke area terlarang Relvi. Area selangkangannya, dimana terdapat liang vagina Relvi.

"Mmmaaahh! Aahh... Fazar... Ahh... Itu... Jemari--aahhh... Enaaak... Aahh..." Oceh Relvi setelah melepaskan ciumannya.

Fazar tersenyum, dan berkata...

"Relvi... Di bawah sini, ada Relvi imut yang sudah becek..."

"F-Fazar... Faz--aahhh... Ke atas... Sedikit... Lagi... Sedikit lag--aaaahhh... Ituhh... Aahh enaak..."

"Relvi suka aku sentuh di sini? Enak? Kalau di sini?" Tanya Fazar sambil melanjutkan eksperimen kecilnya pada vulva Relvi yang sudah banjir oleh cairan kental yang membuatnya menjadi semakin licin.

"Ituhh... Ahh... Enak juga... Enaak... Aakhh... Uuhh... Ummhh... Fazar... Digosok... Dari atas ke bawah... Semuanyahh... Aahhh..."

Relvi benar-benar menikmati sentuhan jemari Fazar pada vulvanya. Dia mengarahkan gerakan jari Fazar. Fazar pun melakukan apa yang diminta Relvi.

Belasan menit telah berlalu. Fazar sudah cukup lama menahan desiran di dapam pembuluh darah penisnya yang menderu seakan dia belum ejakulasi beberapa menit yang lalu. Kini, dia pun tak kuasa lagi menahannya.

"R-Relvi... Boleh aku masukkan ini ke dalam sana?"

Fazar bermaksud untuk melakukan hubungan seks yang sesungguhnya bersama Relvi. Dan tentu saja, Relvi memahami maksud dari pertanyaan ini. Bahkan faktanya, inilah yang sudah ditunggu oleh Relvi dari tadi.

"Um..." Relvi mengangguk, kemudian melanjitkan, "tapi... Pelan-pelan... Ini baru pertama kalinya bagiku..."

"P-pertama!?" Fazar terkejut dengan fakta ini. Lalu ia kembali bertanya, "Relvi... Masih perawan?"

"J-jadi, Fazar berpikir kalau aku sudah sering melakukan ini dengan laki-laki lain?"

"Bukan! Bukan itu maksudku! Tapi... Apa ini tidak apa-apa?"

"Relvi... Tidak mau kalau bukan dengan Fazar..."

"Ka-kalau begitu... Aku mulai, ya..."

"Um..." Relvi mengangguk.

Fazar memegang batang penisnya lalu mengarahkan ujungnya ke arah lubang vagina Relvi yang berwarna pink dan mengkilat karena becek. Perlahan, Fazar menempelkannya. Saat kontak, tubuh Relvi mulai menjadi agak kaku.

"Relvi... Santai saja... Kalau kamu tegang, nanti malah jadi sakit..."

"I-iya..."

Fazar mulai mendorong pinggulnya secara perlahan agar penisnya menusuk lubang vagina Relvi. Fazar merasakan tahanan yang menghalangi penisnya untuk masuk. Tahanan tersebut ada meskipun vagina Relvi sudah sangat becek oleh lendir birahinya.

"Unggh..." Relvi meringis nyeri.

Fazar terus berusaha mendorong penisnya. Tapi tahanan tersebut begitu kokoh. Hingga seluruh tubuh Relvi ikut terdorong oleh dorongan Fazar pun, penis Fazar masih belum bisa masuk.

"Relvi... Aku akan mencoba lebih kuat lagi... Apa kamu tidak apa-apa kalau aku dorong lebih kuat?"

"Ti-tidak apa-apa, Fazar..."

"Baiklah, kalau begitu... Uggh!" Fazar menghentakkan pinggulnya ke arah selangkangan Reovi yang sudah mengangkang selebar mungkin.

"Iyaaaaahhhh!!! Aaaakkkk... Fah-Fazaarr... Penismu besar sekali! Vaginaku... Vaginaku rasanya robek!" Relvi menjerit kesakitan.

Fazar, setelah memasukkan seluruh penisnya ke dalam vagina Relvi, hanya bisa diam mematung sambil mengambil nafas. Ia menikmati sensasi yang dirasakannya ketika penisnya berada di dalam vagina seorang wanita.

Penisnya terasa seperti diselimuti oleh kulit licin berlendir yang hangat. Dan ia merasakan ada sedikit gerakan meremas dari vagina Relvi setiap kali Relvi menarik nafas. Lalu ia merasakan adanya sedikit gerakan vagina yang seperti mendorong penisnya keluar setiap kali Relvi menghela nafas.

Hal ini baru pertama kali ia rasakan. Tidak pernah sekalipun Fazar merasakan kenikmatan pada penisnya bahkan ketika ia hanya diam mematung. Sensasi yang diberikan oleh vagina Relvi sungguh membuat pikirannya menjadi kosong.

Fazar melotot memperhatikan bagaimana vagina Relvi menelan penisnya bulat-bulat. Bagaikan anakonda yang sedang melahap mangsanya. Dan ia juga melihat adanya sedikit aliran darah yang menodai pangkal penisnya. Darah itu keluar dari vagina Relvi.

Berarti, sebelum ini Relvi benar-benar masih gadis dan akulah yang telah membuatnya menjadi seorang wanita?

Begitu yang terlintas di pikiran kosong Fazar. Saat itu pula, Fazar kembali pada dirinya lagi. Dia tersadar dari lamunan kosongnya.

"Rel--ohhh... Ahh... R-Relvi..."

Fazar berusaha memanggil Relvi. Namun saat ia mulai berbicara dan tubuhnya tergerak 1 milimeter saja, ia merasakan gesekan nikmat dari dinding vagina Relvi terhadap penisnya.

"F-Fazar... Lanjut--kan..." Pinta Relvi.

Relvi telah sering mendengar cerita dari sesama Maid yang lebih dewasa dan berpengalaman tentang hubungan seks. Jatuhnya, yang mereka ceritakan selama ini tidaklah berlebihan. Karena Relvi memang merasakan sakit saat ini, saat pertama kali liang peranakannya dimasuki oleh penis ereksi.

Tapi dia mengingat satu hal. Yang pernah dipesankan oleh Maid lainnya itu kepadanya. Palsukan ekspresimu seolah-olah kamu menikmati hubungan seks tersebut, walaupun perih, entah bagaimana caramu, yang penting Tuanmu bisa menikmatinya juga.

Maka itulah yang sedang dilakukan Repvi saat ini. Dia tersenyum manis kepada Fazar. Walaupun selangkangannya perih, dia berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan rasa perih tersebut dan memasang senyum manis senatural mungkin.

"Relvi, aku bergerak, ya..."

"Iya... Fazar... Nikmati tubuhku... Lakukan sepuas hatimu kepada tubuh ini..." Ucap Relvi sambil melempar senyum yang sangat meyakinkan.

Fazar mulai bergerak perlahan.

"Uuuhhh... Relvi... vaginamu... Nikmat sekali... Rasanya aku melayang ke surga dunia..."

"Aahh... Ahhh... Fazar... Penismu besar sekali... Vaginaku terasa sesak... Ahh... Teruskan... Ini enak sekali... Fazar... Fazar... Ahhh..." Akting Relvi masih berlanjut.

Fazar merasakan geli dan nikmat yang menjalar dari penisnya menuju dada, membuat nafasnya jadi tidak beraturan. Rasa nikmat di penisnya juga menjalar sampai ke mulut dan matanya. Membuat mulutnya terbuka lemas dan liurnya mengalir tak terkontrol. Matanya terputar ke atas sampai korneanya hampir hilang.

Kedua tangannya meraih payudara Relvi yang terpental kesana kemari setiap kali selangkangan mereka beradu. Fazar mencengkramnya dengan rasa gemas yang bercampur birahi.

"Relvi... Vaginamu... Berlendir... Ada lendir berwarna agak putih keluar dari vaginamu... Lendir itu membasahi seluruh penisku sampai menetes ke kasur... Lendir itu membuat vaginamu semakin terasa nikmat... Oh Relvi... Baru kali ini aku merasakan seperti ini... Menyetubuhi seorang wanita... Ternyata... Rasanya menakjubkan... Ohh... Ohhh... Aahh..."

Usaha Relvi dalam memalsukan ekspresinya dan berusaha sekuat tenaga untuk dapat menikmati hubungan seks pertamanya membuajkan hasil. Vaginanya mengeluarkan banyak lendir yang membuat gesekan penis Fazar menjadi semakin dan semakin terasa enak. Rasa perihnya masih ada, tapi rasa nikmatnya lebih mendominasi.

"Fazar... Relvi bahagia... Relvi adalah wanita pertama Fazar... Aahh... Aku merasakan gesekan kulit penismu di dalam perutku... Fazar... Aahhh... Aahh... Rahimku seperti disodok-sodok oleh tongkat yang panjang... Relvi mencintai Fazar... Kumohon... Cintai Relvi... Aahhh... Aahh..."

"Aku mencintaimu... Oohhh... Aku mencintai Relvi... Uuhhh nikmaatt... Relvi... Vaginamu menghisap penisku... Seakan vaginamu tidak ingin terpisah dari penisku. Aaahh... Itu membuatnya semakin terasa nikmat, Relvi... Aahhh... Ooohhh... Oohhh...  Enak..."

Tanpa ia sadari, gerakan piston penis Fazar menjadi semakin cepat. Baru beberapa menit ia bersenggama dengan Relvi, tapi rasa panas membara di dalam perutnya sudah terasa ingin menyembur keluar.

"Relvi... Relvi... Aku... Aku mau keluar! Aku mau keluar, Relviii..."

Gerakan pinggul Fazar menghantam selangkangan Relvi sudah tidak terkontrol lagi. Irama pistonnya sudah tak lagi stabil. Fazar sudah mendekati orgasmenya hanya dalam waktu 5 menit saja. Fazar memang baru pertama kali melakukan ini. Dia masih tidak tahu bagaimana cara menikmati hubungan seks dalam durasi waktu yang lebih panjang.

Rambut Relvi tergerai berantakan di kasur. Dia terus berakting untuk memuaskan Fazar. Dan Fazar kini telah memegang kedua pinggul Relvi. Sebagai pegangannya agar dapat menusukkan penisnya lebih kuat lagi ke dalam vagina Relvi.

"Fazar... Keluarkan semuanya di dalam tubuh Relvi! Jangan sisakan satu tetespun! Relvi menginginkan seluruh semburan mani Fazar! Keluarkan di dalam rahimku! Fazar... Fazar... Relvi juga... Mau keluar... Cepat! Fazar cepaaat... Ah ah ah ah ah ah ah aku keluaaarr!!!" Relvi menjerit dan mendesah dengan ekspresi selayaknya orang yang sedang mabuk seks sambil berpura-pura menegangkan tubuhnya.

Relvi, lagi-lagi memalsukannya. Jangankan orgasme. Untuk bisa menikmati hubungan seks ini saja dia baru bisa. Tapi dia tidak ingin mengecewakan Fazar. Dia ingin memberikan pelayanan seks terbaik bagi Fazar. Dan sepertinya, Fazar berhasil ditipu.

*Crooooootttt*

"Rel! Relvi! Relviiii! Aaaaaaakkkkkhh!!! Aku keluaaaaarrr!!! Aahhh! Aahh! Haahh! Hahh! Relvi! Aahh! Nikmaat! Relvi! Oohh... Aku... Mengeluarkan semuanya... Di dalam vagina Relvi... Aku akan menghamili Relvi dengan benihku..."

*Croottt... Crottt... Croottt...*

Setelah beberapa detik Fazar ejakulasi di dalam vagina Relvi, ia langsung tumbang di atas payudara Relvi. Seluruh tenaganya habis terkuras. Penisnya masih tertancap di dalam vagina Relvi.

Perlahan, penis Fazar menyusut dan sebagian spermanya meluber keluar dan mengalir ke anus Relvi dan jatuh di sprei kasur. Fazar tak dapat berbuat apa-apa lagi. Bernafas adalah satu-satunya yang dapat ia lakukan saat ini.

Relvi, mendapati Fazar tertelungkup lemah tak berdaya di dadanya, langsung memeluk Fazar dengan kedua lengannya. Sambil dielusnya rambut Fazar dengan perasaan sayang yang ada di hatinya.

Relvi berharap bahwa perasaan cinta yang ia rasakan terhadap Fazar benar-benar terbalas. Ia berharap bahwa ketika Fazar mengatakan bahwa dia juga mencintai Relvi, bukanlah sekedar kata-kata spontan karena sedang tenggelam dapam kenikmatan seks saja. Dia berharap bahwa kata-kata Fazar tadi benar-benar tulus dari hatinya. Karena Relvi juga tulus mencintai Fazar.

***BERSAMBUNG***

______________________________________

Silahkan vote ya... Jangan lupa dibersihkan yang netes-netes itu.