"Huhh!" Sang Oni menghentakkan nafasnya sambil melompat ke arahku yang masih terduduk di tanah setelah dibuatnya melayang.
"Kuhh!" Aku menggulingkan badanku ke kiri.
*Dhaassss*
Tinju Oni tersebut mendarat di tanah tempat aku terduduk barusan. Tanah dan batu berhamburan, beterbangan ke sekitar. Seluruh tubuhku pun tak luput dari hamburan tanah. Untung saja aku masih sempat menghindarinya. Jika tidak, seluruh puing-puing tubuhku juga pasti sudah bertaburan di sekitar sini.
Setelah berguling, aku langsung kembali berdiri secepat mungkin. Posisi duduk atau terbaring di tanah sangat tidak menguntungkan bagiku. Aku menjadi sulit untuk menghindari serangan ataupun untuk menyerang.
"Hohoo... Boleh juga refleksmu... Hup! Heaah! Hah! Huah! Huf! Ha!" Ucap Oni sambil menyerangku.
*Wuss whuuf shaah wuut baamm jedaarr*
Serangan combo dari sang Oni dengan menggunakan kedua tangan dan kakinya diarahkan kepadaku tanpa jeda. Oni ini, sangat lihai dalam bertarung dengan tangan kosong. Hanya menggunakan knuckle yang terbuat dari logam tebal.
Seluruh gerakan tubuhnya terlihat kokoh. Gerakan patah-patah yang tegas dan bertenaga besar darinya, menunjukkan bahwa di adalah petarung yang sangat kuat. Padahal yang kurasakan hanyalah serangan-serangan fisik tanpa menggunakan chi. Tapi dampaknya sudah sekuat ini!
Tunggu, apakah dia tidak dapat menggunakan chi?
"Apakah aku tidak dapat menggunakan chi? Begitu pikirmu? Hahaha... Naif. Tapi, kalau kau sangat menginginkan untuk melihatku menggunakan chi, baiklah..."
Apa!? Apakah ekspresi wajahku dapat dibaca olehnya!? Kemampuannya dalam mengamati lawannya sangat hebat!
Tiba-tiba, dia melompat setinggi kepalanya, dan mendaratkan sebuah tendangan yang telah diisi dengan chi yang sangat besar! Ini berbahaya! Aku tidak bisa menghindarinya dengan santai. Aku harus melompat jauh dari arah mendaratnya!
Kenapa? Karena chi sebesar itu akan menciptakan ledakan hebat saat kontak. Jika hanya menghindarinya sedikit saja, aku masih akan terkena efek ledakan chi!
"Huaaaahh!" Aku berteriak sambil melompat ke belakang sekuat tenaga.
*Blegaaarrrr!*
Seperti dugaanku. Ledakan chi dari tendangannya tadi menghasilkan ledakan besar. Pilihanku untuk melompat sudah tepat! Berikutnya, setelah aku menjaga jarak, aku bisa melakukan serangan balik. Giliranku menyerang.
Eh? Kenapa aku melihat sekelebat senyuman di bibir Oni itu?
"Kena kau... Heyaaaahh!"
*Bhuumm*
Oni itu menendang tanah di bawah telapak kakinya dan melompat lurus ke depan. Menuju kemana aku akan mendarat.
Apa!? Jadi yang barusan itu adalah skill jebakan!? Dan dia melakukan serangan itu untuk membuatku agar melompat jauh? Kalau dipikir lagi, memang benar tindakan yang dilakukannya. Sebab, ketika seseorang sedang berada di udara, maka dia tidak akan mampu bermanuver dengan leluasa. Apalagi untuk menghindari serangan lawan.
Dan posisiku saat ini, persis seperti yang diinginkannya. Aku sudah terjebak di dalam permainan Oni itu! Licik sekali!
Sang Oni sudah melakukan dash dan telah berhasil mengejar lompatanku. Beberapa saat lagi, ketika aku hampir mencapai tanah, pasti pukulannya akan mengenaiku! Ini sangat berbahaya!
Mengingat kekuatan serangannya yang sangat besar tadi, aku sampai merinding karena terbayang olehku. Ya, terbayang olehku apa yang akan terjadi pada tubuhku ketika serangannya telah mencapai tubuhku.
Aku harus melakukan sesuatu yang berada di luar perkiraan Oni ini agar aku dapat menghindari serangannya!
"Shattering Palm!"
Hanya skill serangan inilah yang terlintas di pikiranku saat ini. Skill serangan yang menembakkan chi melalui telapak tanganku. Chi yang ditembakkan menyebar ke depan sesuai arah menghadapnya telapak tanganku.
Selama aku berlatih semua skill fighter dengan Kakek Guryu, skill inilah yang paling besar memberikan dorongan kepada tubuhku ketika aku melepaskan chi. Ketika menggunakannya dalam posisi berdiri, kuda-kuda harus kuat agar aku tak terhuyung ke belakang saat menggunakan skill Shattering Palm.
Dan kali ini, skill Shattering Palm tidak kugunakan untuk menyerang musuh. Melainkan untuk memberi dorongan ke atas pada lompatanku, agar aku tidak mendarat di posisi yang sudh diperkirakan Oni itu. Kuarahkan hentakan chi dari Shattering Palm ke bawah, menuju tanah.
*Bammmm!*
Rupanya... Berhasil! Lompatanku menjadi bertambah tinggi dan semakin jauh setelah kulepaskan Shattering Palm ke tanah! Dengan begini, aku terhindar dari serangan fatal Oni tersebut.
"Bagus sekali keputusanmu!" Oni itu memujiku, lalu ia melanjutkan kata-katanya, "tapi, itu juga masih dalam perhitunganku! Heyaahh!"
Skill terakhir Oni tadi, hanya meninju udara awang-awang di lokasi yang tidak jadi kudarati. Tapi dia tidak berhenti. Karena ternyata dia sudah mempersiapkan skill selanjutnya untuk menyerangku jika kejadian seperti ini terjadi.
*Dap!*
Di ujung dash yang dilakukannya, dia kembali menghentakkan kakinya ke tanah. Dia... Melompat. Dia melompat ke atasku. Kali ini, dia langsung menghampiriku yang masih berada di udara. Dan di matanya, aku melihat tatapan seorang petarung haus darah yang sedang menikmati permainan kejar-kejaran dengan mangsanya.
Mangsanya... Tidak lain dan tidak bukan, adalah aku.
Kepalan tangan sang predator telah mendapatkan fokus energi chi yang tinggi. Jika pukulan itu mengenai kepalaku, tulang tengkorak kepalaku tidak akan berbentuk simetris lagi. Mungkin malah akan hancur seperti kue klepon yang dikunyah dengan beringas.
Jika dada atau perutku yang menjadi targetnya, sudah dipastikan seluruh tulang dan organ dalam yang kena akan lebur dan tak akan bisa berfungsi lagi. Bahkan, menangkisnya pun bukanlah sebuah alternatif. Tentu saja, karena hanya seperti melindungi tubuhku dari tinjunya dengan selembar kertas koran yang sudah basah. Tak berguna!
Maafkan anakmu, Bu. Anakmu masih terlalu lemah untuk melindungi dirinya sendiri. Anakmu sudah lancang karena sempat berpikir bahwa dirinya mampu menyelamatkanmu. Mungkin, itulah dosa terbesarku selama ini. Karena terlalu sombong.
Setelah Oni itu berada sangat dekat denganku, yaitu tepat di depan wajahku, aku sudah pasrah. Aku tidak memiliki semangat juang lagi untuk melawannya. Apapun yang kulakukan sekarang, hanya akan ada dua kemungkinan. Yaitu takkan sempat, atau sia-sia.
*Whuuuuuttt*
Bunyi armor Oni yang menabrak angin dengan kasar, lalu bunyi gesekan udara dengan kepalan tangannya, semuanya terdengar jelas olehku. Entah nyata atau halusinasi auditorikku, aku tidak tahu. Tapi apapun itu, yang jelas tubuhku tak dapat bereaksi apa-apa. Kupejamkan mataku karena aku tidak siap menerima kematianku yang sudah di ambang gerbang menuju alam baka ini.
Akan tetapi, sebuah bunyi lain tiba-tiba menutupi segala bunyian yang sedang kudengarkan.
*Peeennggg!*
Ha? Bunyi apa itu? Lalu kubuka mataku dengan cepat, untuk memuaskan rasa penasaranku terhadap bunyi ganjil yang kudengar barusan.
Dan di dalam lapang pandangku, aku melihat sebuah punggung yang terlindungi sepenuhnya dengan plate armor. Membawa pedang pendek dan tameng besar. Orang yang memiliki punggung itu melintas di hadapanku. Di antara aku dan sang Oni.
"Haarrgh! Mengganggu saja!" Teriak sang Oni yang sedikit terpental mundur, lalu mendarat di tanah.
"Hell Fire!" Teriakan seorang wanita dari kejauhan juga terdengar olehku.
*Bhuuuzzzzzzssshh*
Tak berselang lama dari teriakan wanita itu, muncul semburan api biru dari bawah tanah tempat Oni itu mendarat.
"Hah! Kalian... Para pengikut Demon Lord waktu itu!?" Oni itu mengucapkan kalimat yang tidak kupahami sambil melompat menjauh dari Hell Fire.
"Scissor Illusion!" Terdengar suara seorang pria yang sedikit terdistorsi seolah-olah terdapat dua sumber gelombang suara yang saling bertabrakan, tepat ketika aku mendarat.
Kemudian, siluet yang bergerak cepat dari dua arah dan bertemu pada lokasi sang Oni pun terlihat olehku. Skill apa itu!? Cepat sekali gerakan orang ini!
*Shiiisss*
*Crrraangg!*
Sang oni menahan serangan bayangan tadi dengan sisi keras dari knuckle-nya. Pertarungan apa ini!?
"Aku tidak ingin melawan kalian! Kami akan pergi dari sini!" Teriak Oni tersebut, lalu melompat sangat tinggi dan jauh berkali-kali.
Tiga orang yang datang menolongku, tidak mengejar Oni tersebut. Mereka hanya menghabisi Demihuman lain di sekitar sini yang belum mati.
"Grista! Obati adek itu!" Kata pria bertameng tadi.
"Baiklah!"
Seorang wanita lain berlari mendekatiku. Sementara aku sedang berlutut karena kelelahan, sambil memegang tangan kiriku yang terasa nyeri akibat beradu dengan kepalan sang Oni tadi.
Ternyata, mereka berempat. Bukan bertiga.
"Dek, kamu nggak apa-apa?" Tanyanya kepadaku.
"I-ibuku! Tolong ibuku!"
"Ibumu? Yang di sana, bukan?" Tanya wanita yang menghampiriku sambi menunjuk dimana posisi ibuku berada.
"Iya! Ibuku di sana!" Jawabku.
"Tenang aja, tadi pas baru sampe sini, sebelum yang lainnya bantuin kamu, aku udah ngasih obat buat luka di tungkai ibumu."
"Te-terima kasih, Kakak..."
"Loh, tanganmu kenapa? Sini Kakak liat... Cedera, ya... Bentar." Wanita ini memeriksa tanganku, lalu mengambil sesuatu dari dalam tas miliknya.
"Nggak apa-apa kok, Kak..." Ujarku.
"... Nih, minum ini! Terus biar kuolesin krim anestesi di tangan kananmu."
"Anestesi?"
"Oh, maksudnya krim penghilang nyeri. Krim anestesi itu Arka yang ngasih nama, dia teman kami."
"B-baiklah... Ma-makasih, Kak..."
Perempuan ini memberiku HP Potion yang langsung kutenggak sampai habis. Kemudian dia mengoleskan krim di seluruh permukaan kulit tangan kananku. Ajaibnya, setelah beberapa detik, nyeri yang kurasakan jadi berkurang drastis. Tapi rasanya memang jadi kebas.
"Oh, ya. Aku Grista. Siapa namamu, Dek?" Tanya perempuan yang mengobatiku ini.
"Namaku... Quinta."
"Kalo gitu, Quinta, kamu bisa berdiri?"
"Bisa, Kak Grista."
"Baguslah. Sekarang, kamu bawa ibumu ke tempat aman dulu. Di sekitar sini udah nggak ada Demihuman lain. Kami udah periksa. Bisa kan kamu bawa ibumu?"
"Iya, Kak. Bisa. Sekali lagi, makasih, kakak-kakak semua..."
"Ok, kami mau ke desamu dulu. Semoga kami belum terlambat."
"Iya, Kak..."
"Nanti kami kesini lagi. Daaah!"
Perempuan itu, bersama tiga orang temannya, langsung berlari dengan cepat menuju desa. Aku menjemput ibu dan langsung memapahnya untuk berjalan menuju gua persembunyian.
Di dalam gua, aku melihat luka di kaki ibu sudah sedikit berkurang. Pendarahannya sudah berhenti. Ibu juga tidak terlihat kesakitan seperti sebelumnya. Kemudian aku merobek kain di bagian bawah celanaku sejukupnya. Aku membalut luka di tungkai Ibu dengan kain itu. Sekedar untuk berjaga supaya tidak terjadi pendarahan lagi sekaligus menutupny agar tidak kotor.
Setelah sekitar satu jam mereka pergi, aku mendengar teriakan mereka memanggil-manggil namaku. Aku langsung keluar dari gua dan memanggil mereka.
"Maafkan keterlambatan kami. Saat kami sampai di desa, tak satu orangpun yang masih hidup. Yang kami temui hanyalah Demihuman dari berbagai ras yang sedang memakan mayat penduduk yang sudah mati." Pria bertameng besar menjelaskan yang mereka temui kepada aku dan Ibu.
"K-Kakek Guryu!?" Tanyaku.
"... Kami tidak menemukan satupun orang yang masih hidup..." Tegas pria bertameng itu.
Yang terjadi berikutnya, tentu saja kami menangis. Lalu kami kembali ke desa untuk memastikan keberadaan jasad Kakek Giryu. Yang sudah hampir habis dgingnya karena dimakan. Lalu kami menguburkannya di belakang rumah.
"Quinta dan Ibu... Kalian berdua, sekarang mau gimana?" Tanya Kakak Mage, yang katanya bernama Fiana, kepada kami.
"Kami... Tidak punya tujuan lagi..." Ibu menjawab dengan lirih.
"Gimana kalo ikut kami? Quinta bisa sekolah di akademi, Ibu bisa bantu-bantu untuk memasak dan membersihkan rumah? Tapi itu juga kalo kalian mau... Gimana?" Kak Grista memberi sebuah tawaran kepada kami.
Aku dan ibu tidak punya alasan untuk menolak. Lagipula, selama ini kami selalu bergantung kepada Kakek Guryu. Sekarang beliau telah tiada, kami tidak punya pilihan lagi.
"Kalau kami bisa berguna untuk kalian para penyelamat kami, maka kami akan menerima tawaran tersebut dengan senang hati..." Ibu menjawabnya, mewakilkan aku.
"Ok! Beres!" Ucap Kak Grista.
"Eh, Gris, kita belum tanya Arka, loh!" Kata Kak Fiana kepada Kak Grista.
"Udah tenang aja. Arka banyak duit. Kalo Arka nggak mau, pake duitku aja." Jawab Kak Grista.
"Grista emang gitu... Hahaha..." Kata Kak Garen, pria bertameng besar.
***BERSAMBUNG***
______________________________________
Vote, komentar, share! Terima kasih!