BOOOOOM !!!
Halo! FranticDoctor kembali aktif! Terima kasih kepada semua yang sudah setia menunggu sekuel dari Isekai Medic and Magic! Kita lanjutkan ceritanya! Untuk chapter Prologue ini, Arka masih banyak muncul.
Setelah masuk ke chapter 1, saya akan kurangi jatah Arka hingga seminimal mungkin atau malah tidak ada sama sekali. Karena ceritanya saya fokuskan ke kisah perkenalan karakter-karakter baru. Mohon bersabar, ya...
FYI, ini semua adalah copy dari yang saya ketik di Wattpad. Jadi kalau ada kata-kata yang kurang pas dengan tanggal dan waktunya, harap dimaklumi.
Apabila Pembaca menginginkan agar Arka tetap sering tampil, silahkan komentar. Supaya saya pertimbangkan lagi untuk itu.
Jangan lupa vote setiap chapter-nya jika Pembaca menyukai cerita ini! dan sampaikan pendapat anda pada komentar! Selamat membaca!
Update-nya sangat tidak tentu karena sangat tergantung pada suasana hati dan kesibukan Author.
______________________________________
"Aha! Tamu yang sudah ditunggu-tunggu! Selamat datang Tuan Arkanava Kardia beserta seluruh anggota Party Dark Edge lainnya! Mari, mari... Silahkan duduk dulu... Perkenalkan, saya Aristo, Kepala Knight Academy Arvena."
"Selamat siang, Kepala Knight Academy Arvena. Panggil saya Arka saja, Tuan Aristo."
"Aah tidak usah pakai 'Tuan', saya jadi tidak enak kalau dipanggil seperti itu oleh Party Petualang Plat Diamond terkuat kepercayaan Raja Arthos dan Ratu Marca. Tidak lupa juga dengan Raja Rubion. Bukan begitu, Tuan Putri Sylaria?"
"Oh, ada yang harus saya perbaiki. Arka sekarang adalah Pangeran Kerajaan Acresta karena telah menikahiku. Dan sebelum anda bertanya, akan saya jelaskan. Berbeda dengan budaya manusia, kami Dark Elf akan mengangkat status sosial siapapun yang menikahi keluarga royal dan memberikan titel royal juga kepada yang bersangkutan." Jelas Syla dengan senyum penuh kebanggaan.
"Oh, begi--" Ucapan Aristo dipotong.
"-Tapi... Saya pribadi sangat tidak nyaman jika Aristo dan semua orang di sini memanggil saya dengan sebutan Pangeran atau apalah. Jadi, Arka saja cukup." Jelas Arka.
"Ba-baiklah kalau begitu. Saya akan memanggil Arka saja. Baiklah, baiklah... Ngomong-ngomong, apa Arka dan lainnya sudah punya tempat tinggal di Kota Arvena? Jika belum, sa--"
"-Kami sudah membeli mansion yang berjarak sekitar 100 meter dari sini." Potong Arka lagi.
"Oh? Mansion itu? Hahaha... Seperti yang diharapkan dari seorang Arka."
"Maaf, Aristo. Bisakah kita langsung ke topik utama?" Tanya Arka.
"Te-tentu saja! Hahaha..."
"Jadi, kapan kegiatan belajar mengajar yang akan kami lakukan dimulai?" Tanya Arka lagi.
"Untuk itu, sebenarnya tahun ajaran baru akan dimulai seminggu lagi. Saat ini, para siswa sedang berlibur setelah ujian kenaikan tingkat selesai 3 minggu yang lalu. Sebagian besar pulang ke kampung halamannya. Namun sebagian tetap berada di Kota Arvena karena kampung halaman mereka berada sangat jauh dari sini."
"Oh, ok kalau begitu. Lalu, untuk kelas yang akan kami didik, bagaimana pembagiannya? Aku, Aesa, Syla, dan Ren."
"Terkait hal itu, untuk sementara kami telah mengalokasikan Arka, Tuan Putri, Nona Aesa, dan Nyonya Renia untuk kelas yang berbeda-beda berdasarkan info yang telah kami dapatkan dari kerajaan. Berikut pembagiannya sudah saya tuliskan di sini." Ucap Aristo sambil memberikan selembar kertas kepada Arka.
"Panggil Syla saja. Tolong jangan panggil saya dengan 'Tuan Putri' selama di lingkungan akademi."
"Baik, Syla..." Aristo tersenyum kepada Syla setelah memberikan kertas kepada Arka.
Di kertas itu, tertulis bahwa Arka akan menjadi Pelatih di Kelas Praktek Swordsmanship dan Wali Kelas bagi Kelas Z. Bukan kelas A, B, C, atau D yang ada di Akademi ini untuk setiap tingkatan. Tapi kelas Z. Padahal kelas E saja tidak ada. Di kertas ini tidak ada keterangan lebih lanjut tentang Kelas Z.
Syla ditunjuk sebagai Pengajar di Kelas Archery dan Pelatih di Kelas Praktek Archery. Aesa, Pengajar di Kelas Magic bagi siswa tingkat pertama, khususnya earth magic. Lalu Ren. Mendapatkan bagian di Kelas Perhitungan dan Bisnis.
Arka mengernyitkan dahinya setelah membaca kertas yang diberikan oleh Aristo, Kepala KAA. Dia berpikir dalam. Lalu, setelah beberapa lama, Arka mulai berbicara.
"Aristo. Sebelumnya, ada beberapa hal penting yang harus kusampaikan. Beberapa di antaranya mungkin berpengaruh kepada pembagian kelas untuk kami. Dan, kami mohon bantuannya jika suatu saat nanti ada yang heran, bertanya, atau malah mempermasalahkannya."
"Apa hal-hal penting itu, Arka?" Tanya Aristo, memfokuskan pandangannya ke mata Arka dengan serius.
"Pertama, tentang diriku. Apa yang anda ketahui tentang keahlian dan kemampuanku?"
"Swordsman... Yang sangat hebat?" Aristo meragu.
"Kelas Swordsman itu hanyalah hobiku. Sebenarnya, aku adalah Dark Mage sekaligus Necromancer. Lalu aku juga memiliki kemampuan medis. Secara resmi, kelasku di status adalah Darkness Doctor. Tapi di Guild aku hanya menuliskan Swordsman. Dulu aku menyembunyikan ini. Tapi, sepertinya sekarang sudah tidak perlu lagi. Karena aku berniat untuk serius mendidik pasukan yang siap bertempur di sampingku saat waktunya tiba."
"D-Dark Mage? Necromancer!? Darkness Doctor!? A-apakah anda seorang Hero!?" Aristo terbelalak setelah mendengar fakta tentang Arka.
"Tulisannya di statusku... Anti-Hero. Mungkin karena sikapku selama ini yang tidak berjiwa pahlawan pembela kebenaran, apalagi pelindung bagi kaum yang lemah. Ya, aku hanya melakukan apa yang kusukai. Oh, satu lagi. Aku juga memiliki kemampuan Spirit Magic."
"S-S-Spirit Mage!?" Kejutan demi kejutan tak memberikan Aristo kesempatan untuk melemaskan urat lehernya.
"Mungkin, supaya anda percaya... Sylph, Undine, Dryad, dan Salamander... Sini kalian."
"""Kami hadir, Yang Mulia Arka...""" Keempat Elemental Spirit hadir di sekeliling Arka dalam wujud spirit kecil dan menjawab panggilan Arka serentak.
"Dah, sana kalian pergi lagi. Aku cuman mau nunjukin kalian ke Aristo aja kok."
"""Baik, Yang Mulia Arka...""" Jawab mereka lagi, senada.
"...... Empat... Elemental Spirit... Sekaligus..." Aristo semakin mengucurkan keringat dingin setelah melihat keempat Elemental Spirit tunduk kepada Arka.
"Ok, untuk info tentangku segitu saja. Lalu berikutnya, katakan semua yang anda ketahui tentang Syla."
"Uh..." Aristo semakin tidak yakin dengan informasi yang dimilikinya, tapi tetap melanjutkan. "Info yang kami ketahui hanyalah bahwa Syla adalah Dark Elf yang sangat mahir dalam menggunakan panah dengan kemampuan mengimbuhkan magic kepada tembakan panahnya."
"Itu saja? Hmm... Itu tidak salah. Hanya saja, itu baru sebagian kecil dari kemampuan istriku. Syla, sebutkan semua kelas yang ada di statusmu."
"Artemis, Magus, Assassin." Jawab Syla dengan datar.
"A-APA!?!?" Seperti yang mereka duga, Aristo sangat terkejut mendengarnya.
"Tenang, Aristo. Biar kujelaskan. Syla adalah Magic Archer yang telah melampaui batas maksimum kultivasi, sehingga kelasnya bukan lagi Magic Archer, tapi sudah berevolusi menjadi Artemis. Di sisi lain, kemampuannya dalam menggunakan magic sangat jauh, jauh di atas rata-rata Mage tingkat atas. Kelasnya telah berevolusi menjadi Magus. Lalu, yang tidak banyak orang tahu, Syla juga merupakan seorang Rogue yang sangat mengerikan. Rogue yang memiliki pendalaman dalam hal membunuh lawannya sampai titik yang biasa disebut orang dengan mustahil. Kelas itu juga telah berevolusi menjadi Assassin." Jelas Arka.
"Tu-tunggu sebentar! Berikan... Berikan aku waktu untuk bernafas! Hahh... Hahh... Hahh... Tidak... Tidak mungkin... Bohong... Kelas-kelas tersebut... Hanya bisa dicapai oleh Hero!"
"Jadi anda berpikir bahwa titel Istri Hero hanyalah sekedar untuk bergaya? Hahaha... Aristo, aku belum selesai."
"Ma-masih ada!?"
"Ya. Istriku yang kedua, Ren. Meskipun kelasnya adalah Merchant pada awalnya, tapi dia memiliki kemampuan dalam Dimensional Magic. Saat ini, Ren masih berlatih dalam menguasainya dan mencoba menggunakannya untuk hal-hal yang beraneka ragam, termasuk untuk membunuh musuh. Tapi karena tidak bisa diajarkan, kita bisa abaikan dulu skill itu dalam pendidikan di sini. Lalu, Aesa. Meskipun masih sangat muda, baru berumur 16 tahun, tapi kemampuannya juga sudah mencapai titik dimana kelasnya juga telah berevolusi menjadi Earth Magus." Jelas Arka lagi.
"A-a-apa sebenarnya kalian ini!?" Tanya Aristo, keringat dingin membasahi wajah dan tangannya.
"Hei... Anda sungguh tidak sopan, Aristo... Tentu saja, mulai hari ini kami hanyalah Pengajar dan Pelatih di Knight Academy Arvena." Balas Arka dengan senyum angkuh di wajahnya.
"B-ba-baiklah, kalau be-begitu... Kami akan merevisi pembagian kelasnya... D-dan nanti Resepsionis akan memberikan pa-pakaian seragam Pengajar dan Pelatih untuk Tuan dan Nyonya Arka, juga Nona Aesa..." Ucap Aristo sambil menyeka keringat dingin di wajahnya dengan sapu tangan.
"Oh, terakhir. Mungkin nanti saat memberi pelajaran, terutama yang di lapangan, kami akan mengajak seekor Naga dan seekor Dagon untuk membantu kami. Tapi tidak perlu khawatir, karena aku yang akan bertanggungjawab atas segala tindakan mereka."
"APA LAGI ITU!?!? Ehem... B-baiklah. T-terima kasih atas i-i-informasi yang telah anda sampaikan..."
***
"Yang Mulia Ratu Marca, ada hal yang ingin hamba laporkan..."
"Katakan."
"Hamba mendapat laporan bahwa Arkanava Kardia telah resmi menjadi Pelatih di Knight Academy Arvena. Dia dan tiga anggota Dark Edge lainnya akan mulai mengajar di akademi tersebut mulai minggu depan."
"Terima kasih atas laporanmu... Silahkan kembali."
"Laksanakan, Yang Mulia Ratu Marca!"
Hoo... Ternyata Arka dan lainnya memutuskan untuk mendidik para siswa di sana, sebagai Pelatih. Padahal, kalau aku tidak salah dulu pernah kutawari untuk menjadi Pasukan Khusus Kerajaan Elysium tapi mereka menolak dengan alasan tidak ingin terikat oleh suatu organisasi?
Apa yang merubah pikirannya? Apakah ada kaitannya dengan ramalan dari Royal Sage Kerajaan Balvara tentang kiamat di masa yang akan datang?
Aku sendiri masih skeptis tentang ramalan itu. Dan memang tidak ada yang bisa memastikan kebenarannya. Tapi, untuk seorang Arka bisa putar haluan seperti itu...
Yah, tidak ada salahnya jika aku meningkatkan kekuatan tempur Elysium dengan cara menambah kualitas calon-calon pasukanku yang masih belajar di Magic Academy Syndas. Dan mungkin, aku bisa bekerjasama dengan Arthos untuk mengadakan pertukaran pelajar serta sejenis turnamen agar siswa di Magic Academy Syndas semakin terpacu untuk meningkatkan kekuatan mereka?
Tidak menutup kemungkinan juga... Kerajaan Goliath akan kami libatkan untuk mempererat hubungan antar kerajaan. Lagipula, permasalahan dengan Kerajaan Krauzer sudah bukan masalah lagi selama masih ada Arka dan teman-temannya.
Kita lihat saja bagaimana cerita selanjutnya.
***
"Paman, aku sudah memutuskan. Aku akan berlatih magic di Magic Academy Syndas."
"Oh, benarkah itu, Alex? Kalau sudah seperti itu, Paman tidak bisa menahanmu. Baiklah, nanti akan Paman uruskan untuk registrasinya dan Paman akan membiayai semua kebutuhanmu dan biaya belajar di akademi."
"Terima kasih banyak atas semua bantuannya, Paman. Dan aku masih akan terus merepotkan Paman hingga aku lulus nanti."
"Hahaha... Tidak perlu sungkan, Alex. Kau adalah anak dari almarhum kakakku. Artinya, kau adalah anakku juga."
"Sekali lagi, terima kasih, Paman Gono."
Aku tidak lagi bisa meningkatkan kemampuan magic-ku sendiri. Aku sudah bertarung melawan ratusan hingga ribuan monster, dan sekian puluh di antaranya adalah Minor Dragon. Tapi kemampuanku dalam menggunakan Magic tak lagi dapat kutingkatkan dengan signifikan.
Aku harus mengikuti pendidikan tentang magic. Di sana, tentu banyak buku-buku tentang magic yang bisa kubaca untuk menambah wawasanku tentang magic. Di samping itu, aku juga berharap di akademi itu ada seorang Pelatih hebat yang dapat mengajariku magic. Dan kalau beruntung, buku-buku tentang Composite Magic.
***
"Oi, Dal! Sampai kapan kita mau menunggu? Kristal Ameth-Or yang dicuri oleh manusia dulu tidak dapat kita rebut kembali. Tapi Demon Lord tidak kunjung datang!"
"Lak, aku juga sudah mulai kehabisan kesabaran. Tapi Demon Lord hanya memerintahkan kita untuk kembali dan jangan mengganggu manusia lagi. Apa yang harus kita lakukan? Hei, Gun, kau ada ide?"
"Kataku, kita mangsa saja manusia di sekitar sini. Melanggar perintah Demon Lord memang sama dengan bunuh diri. Tapi kalau kita terus-terusan seperti ini dengan kurangnya makanan yang ada di Hutan Goturg ini, sama saja dengan membunuh diri secara perlahan."
"Dal, kau dengar ucapan Gun barusan? Aku setuju dengannya! Aku lebih memilih mati dibunuh Demon Lord daripada menyiksa diri seperti ini!"
"Lak dan Gun. Ras Oni di Hutan Goturg hanya tinggal kita bertiga. Kita yang memimpin pasukan Demihuman selama Demon Lord belum menempati tahtanya kembali. Pendapat kita berarti pendapat seluruh Demihuman yang ada di Hutan Goturg ini. Apakah kalian yakin kalau kita akan agresif kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan makanan seluruh Demihuman?"
"Urrgh..."
"Aku... Apa aku punya pilihan lain untuk mengakhiri tragedi kelaparan dari semua Demihuman di bawah kendaliku ini? Tolong Dal, berikan aku jawaban agar aku tidak perlu menyerang manusia!"
"Dal. Aku juga tidak ingin menentang perintah dari Demon Lord waktu itu. Tapi apakah saat ini kita punya pilihan lain?"
"Aku mengerti apa yang kalian rasakan. Aku juga merasakan penderitaan yang sama. Baiklah. Kalau begitu kita bertiga sepakat untuk agresif kepada manusia. Tapi sebelumnya, kita harus memperkuat pertahanan kita."
"Apa maksudmu, Dal?"
"Kita buat pagar pertahanan yang mengelilingi wilayah kekuasaan Demihuman di Hutan Goturg ini terlebih dahulu sebelum menyerang."
"Hmm... Aku tidak menolak ide itu."
"Ya, aku setuju dengan idemu, Dal."
"Setelah itu, kita bertiga juga harus membahas masalah ini dengan para Oni lain yang ada di Hutan Zurg. Akan lebih baik jika mereka sejalan dengan yang kita lakukan."
***BERSAMBUNG***
______________________________________
Boleh kok kalo mau vote dan komentar... Jangan malu-malu...
Nama penting di chapter ini :
- Aristo, Kepala KAA.