Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 82 - Chapter 47

Chapter 82 - Chapter 47

Semoga chapter ini bisa cukup menghibur.

Silahkan vote dan komentar. Jangan buat saya bersedih, please! Haha JK

Langsung saja dibaca. Kalian tidak akan mempedulikan coretan-coretan ini juga, kan...

_______________________________________

"Aku datang!!!" Teriak Arka sembari terbang menerobos gesekan udara, lurus menuju Salamander.

Arka memilih untuk menempatkan keselamatannya sendiri di dalam situasi yang sangat berbahaya ini. Meskipun Syla sudah melarangnya berkali-kali, tapi Arka tetap teguh pada ucapannya. Dia akan bertarung melawan Salamander untuk mendapatkan Fire Crystal, Tanduk Salamander, dan Sisik Salamander yang berada pada kulit dahinya.

Sebenarnya, aku tidak mengerti kenapa Arka sampai senekat ini untuk mendapatkan semua itu. Apakah sepenting itu untuk mendapatkan keempat Pure Element Crystal ditambah bagian-bagian tubuh dari Salamander ini? Sampai-sampai dia mengambil resiko yang sangat besar. Aku tidak mengerti. Aku yakin Syla juga tidak mengerti dari ekspresinya tadi.

Di saat yang sama, aku melihat Syla sedang berusaha keras menahan sesuatu di dalam hatinya. Aku paham apa yang sedang dirasakan oleh Syla. Aku sendiri juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakannya kepada Arka saat ini. Tapi aku tahu tidak ada gunanya untuk melarang Arka sekarang.

*Shink shink tringg tiingg shink*

Arka berusaha menebas sisik Salamander sambil bermanuver terbang untuk menghindari serangan dari Salamander. Tapi yang kulihat, Arka tidak mampu menembus sisik keras milik Salamander.

Tadi aku tak mendengar Arka mengeluarkan skill Darkness Enhancement sebelum dia terbang menyerang Salamander. Mungkin karena itulah damage yang dapat diberikan Arka kepada Salamander tersebut menjadi tidak signifikan sama sekali. Arka menahan diri.

*Dhaakkk*

*Wuuuunnggg*

*BRRAAAKKK*

"Ha!!! Selemah itu! Berani-beraninya kau mengaku sebagai Demon Lord!" Bentak Salamander.

Hal yang kutakutkan pun terjadi. Cambukan ekor Salamander berhasil menghantam keras bagian punggung dari Arka. Seketika pula, Arka terlempar dan terbentur keras ke dinding aula besar ini. Dinding batu tersebut hancur sebagian. Arka tertimbun di bawah tumpukan bongkahan batu yang pecah dari dinding itu.

Tanpa kusadari, kedua telapak tanganku mengepal sangat kuat hingga gemetar melihat pertarungan Arka melawan Salamander. Aku merasakan takut yang luar biasa. Seluruh uratku menegang karena rasa takut itu. Aku takut terjadi hal yang buruk hingga fatal kepada Arka.

Syla lebih lagi...

"Ar...ka... Tolong... Hentikan..." Syla berbicara pelan sambil mengalirkan air matanya melihat yang terjadi barusan, bahunya bergetar.

Ha? Pandanganku tiba-tiba jadi berpendar. Kelopak mataku menjadi berat dan terasa penuh. Dan kurasakan sesuatu membasahi pipiku. Aku... Hatiku menangis hingga air mataku tak mampu menahannya.

*Duaaarrrr*

"Haaaaaarrrrrggh!!! Darkness Enhancement!!! Heeyyaaaaaarrrrgh!!!"

Arka berteriak dan mengaktifkan skill Darkness Enhancement. Bersamaan dengan itu, bebatuan yang menimbunnya pun meledak berhamburan. Arka sudah tidak lagi menahan diri.

Ini berbahaya. Emosi seperti itu akan membuat Arka tidak mampu menahan diri pada titik tertentu. Terakhir kali dia seperti itu, berakhir pada hilangnya kontrol diri untuk membatasi kekuatan dark magic yang digunakannya.

"Arka! Udah! Jangan diterusin! Aku nggak mau kehilangan kamu!!!"

Syla berteriak sekuat tenaganya. Sampai urat lehernya dan pembuluh darah di kepalanya dapat terlihat jelas olehku. Pipinya yang telah basah kuyup oleh air mata itu menggambarkan betapa sakitnya perasaan Syla saat ini melihat semua yang sedang terjadi kepada Arka.

Tapi Arka sama sekali tidak menghiraukan Syla. Dia masih berusaha menyerang Salamander itu.

*Triingg shink shink krakk shink trinngg krakkk*

Namun kali ini Arka tampak sedang berada di atas angin setelah meningkatkan kekuatannya. Serangan-serangan Arka yang masuk dengan telak mulai berhasil membuat sisik Salamander mulai retak di sana-sini.

"Hahaha! Kekuatanmu bertambah! Bagus! Baguuusss!!! Aku suka musuh yang kuat! Ayo kita tingkatkan lagi tempo pertarungan ini!"

Setelah menerima serangan-serangan telak dari Arka yang membuat sisik-sisiknya retak, Salamander malah terlihat semakin bahagia. Tidak ada rasa cemas ataupun takut yang terdengar dari nada suaranya. Sepertinya dari tadi dia hanya mengukur batas kekuatan Arka setelah menjadi lebih kuat.

*BWOOOOOOZZZZZZZSSSHHH!*

*BLLAAAAAAAARRRRRRRRR*

Salamander itu, meledakkan energi magic api dari dalam tubuhnya. Ledakan api yang sangat besar menyelimuti tubuh raksasanya dan semakin melebar dengan cepat ke sekelilingnya. Arka yang melihat itu, langsung terbang menjauh untuk menjaga jarak aman.

"Humanoid Transformation!!!"

Setelah Arka menjauh, Salamander memanfaatkan kesempatan sesaat itu untuk melakukan transformasi. Dia berubah wujud dari seekor Naga Api Raksasa menjadi seperti manusia yang tubuhnya dilapisi oleh armor dari sisik naga yang telah dibuat menjadi lebih keras.

Sayap, ekor, dan tanduk naga masih ada di tubuh itu. Tangan kanannya sudah menggenggam gagang pedang merah berpijar yang sepertinya terbuat dari sisik naga yang sudah diimbuhkan fire magic.

"Apa--!"

Arka tidak menduga bahwa Salamander akan berubah wujud menjadi seperti manusia yang memiliki ukuran selayaknya manusia biasa.

"Dengan begini, ukuran kita sudah setara. Tidak ada lagi alasan bagimu! Ayo menari bersamaku! Uuurrrryyyaaaaahhh!!!"

*Tiinngg craang craangg triinng triiingg craaangg*

Arka dan Salamander bertarung dengan kecepatan yang sangat tinggi tak terkira. Aku tidak dapat mengikuti arah pergerakan mereka berdua. Yang dapat ditangkap oleh inderaku hanyalah bunyi seperti logam beradu dengan logam yang diikuti percikan kembang api mencekam.

Di penglihatanku hanya tampak siluet berupa garis-garis hitam dan merah yang kusut tak beraturan di seluruh ruangan ini. Garis-garis merah dan hitam itu semakin lama semakin terlihat liar. Aku tak dapat lagi membedakan mana ujungnya dan mana pangkalnya.

Dalam duel ini, tidak ada satupun dari kedua belah pihak yang menyerang dengan menggunakan tembakan atau serangan magic. Baik Arka maupun Salamander tidak ada yang menggunakan skill serangan jarak jauh.

Mereka hanya bertarung menggunakan fisik. Pedang beradu pedang. Pukulan melawan pukulan. Tendangan dibalas tendangan. Satu-satunya jenis magic yang digunakan hanyalah yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fisik dan kekuatan serangan fisik.

Ketiga monster Elemental Spirit lainnya hanya diam dan menyaksikan duel itu dengan serius di dekat kami. Ruby yang biasanya ceria dan tidak mempedulikan sikon pun hanya diam mematung. Tidak ada satupun komentar dari mereka. Atmosfer di aula besar ini telah berubah menjadi kelam mencekam.

*Traangg criiing tringg tiiinngg craaang*

*Craaakk*

*Wuuuuung*

*BRRAAAAKKK*

Salah satu dari mereka terkena serangan telak dan terlempar ke dinding batu lagi! Aku berharap yang terlempar adalah Salamander.

"MUWAHAHAHAHAHAA!!! AYO BANGUN, DEMON LORD PENIPU!!! DEMON LORD YANG KUKENAL TIDAK AKAN SELEMAH INI HAHAHAHAHA!!!"

Tapi harapanku telah mengkhianati diriku sendiri. Sosok yang terlempar ke tembok itu meninggalkan siluet hitam di garis yang telah dilewatinya sebelum menabrak dinding batu. Sedangkan sosok yang berpijar merah sedang diam melayang di udara sambil mengepakkan sayapnya.

Ar--

"ARKAAA!!! SUDAH, ARKAAA!!! HENTIKAAANNN!!! KUMOHOOOONNN!!! AKU MOHON PADAMU HENTIKAN PERTARUNGAN INI ARKAAAAAAAA!!!"

Syla mendahului yang kupikirkan. Dia sudah lebih dulu berteriak untuk menyuruh Arka berhenti. Sedangkan aku? Jangankan untuk berteriak. Untuk mengeluarkan suara pelan saja aku tak sanggup lagi. Bahkan untuk menghirup dan menghela udara pun sudah memaksaku untuk menggunakan seluruh tenagaku.

Hanya satu hal di diriku yang sama sekali tidak terganggu oleh pertarungan antara Arka dengan Salamander ini.

Aliran air mata di pipiku...

***

"Gaahh! Brengsek! Bangsat bangsat bangsat kau kadal haram! Uuuwaaaaaaaaarrrrrrrgghh!"

Aku dengan sengaja mengabaikan semua peringatan dari Syla. Aku juga tidak mau melihat Syla. Karena jika aku melihat Syla sekarang, apalagi jika yang kulihat adalah wajahnya yang sedang menangis, maka hilanglah kesempatanku untuk dapat mengalahkan naga ini. Aku pasti akan kehilangan fokusku.

Kurang ajar naga ini! Aku sudah mengeluarkan seluruh potensi dark magic yang dapat kukontrol untuk melawannya, tapi dia tetap dapat mengimbangiku dengan mudah!

Tidak. Bukan mengimbangi. Terlalu arogan bagiku untuk mengatakan bahwa dia mengimbangi kekuatanku. Karena faktanya, serangan Salamander itu dapat mengenaiku dengan telak meski sudah kukerahkan seluruh kekuatan dan kecepatanku yang masih bisa kukendalikan.

Aku masih belum memahami batas maksimum untuk mengeluarkan energi dark magic di dalam tubuhku yang masih bisa diemban oleh ragaku, setelah aku lepas kendali sebelumnya. Dewi Nyx memang sudah memberitahu bahwa saat ini kemampuanku untuk mengendalikan dark magic di dalam tubuhku sudah meningkat. Tapi yang aku masih tidak tahu adalah, seberapa besar peningkatannya?

"Hahahahaha! Makhluk lemah! Kau tidak akan bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan sekecil ini!"

"Diam kau bajingaaaann!!!"

*Craang craangg tringgg tingg tingg tiing criiing traang*

Aku kuwalahan! Aku sedang berada di posisi kalah! Naga ini! Kenapa dia bisa kuat sekali!? Kenapa kekuatan seekor Superior Dragon bisa sedahsyat ini!? Ini jauh melebihi yang kubayangkan! Apakah sejauh ini perbedaan Tiamat di dalam dungeon dengan Salamander di alam liar!? Padahal mereka sama-sama Superior Dragon!!!

Aku tidak bisa kalah di sini. Aku tidak boleh kalah! Aku harus harus menang! Aku akan mendapatkan Fire Crystal! Aku akan memotong salah satu tanduknya! Dan aku akan menguliti dahinya!

Aku yakin Syla dan Ren saat ini sedang tidak memahami kenapa aku segila ini dengan menantang Salamander di saat baru seminggu aku tersadar dari tidur panjang setelah pingsan akibat lepas kendali atas dark magic di dalam diriku. Tapi aku belum bisa mengatakan alasan utamaku kepada mereka. Tidak, sebelum aku berhasil mendapatkannya.

"Marahlah! Ledakkan emosimu! Keluarkan seluruh kekuatan yang masih kau simpan! Dan aku akan menghancurkannya bersama dengan setitik harapan yang kau miliki! Muwahahahahaha!"

Sialan! Dia masih bisa berbicara dengan leluasa di tengah pertarungan seperti ini!? Pertarungan dimana aku sendiripun tidak sempat untuk berkedip!

Kalau seperti ini, mau tidak mau aku harus melakukannya. Aku akan meningkatkan aliran dark magic pada skill Darkness Enhancement untuk mengalahkan Salamander laknat ini. Aku harus meningkatkan efek dari Darkness Enhancement. Aku akan mengambil kesempatan beresiko ini. Aku akan bertaruh untuk ini.

Tidak ada jalan lain yang dapat kutempuh selain ini. Aku akan berjudi dengan mempertaruhkan nyawaku!

"Salamander laknat! Kau akan menyesali ini, bangsat! Uwaaaaahhhh!!! Darkness Enhancement!!!"

"Oh, ya!? Muwahahahaha! Lelucon paling lucu yang pernah kudengar selama ribuan tahun ini!"

Skill Darkness Enhancement memang merupakan self buff yang non-stackable (tidak dapat ditumpuk untuk mendapatkan hasil yang berlipat ganda). Tapi yang kulakukan bukanlah untuk stacking. Melainkan untuk memperbarui Darkness Enhancement sudah kuaktifkan sebelumnya dengan yang baru dan jauh lebih kuat.

Tentunya aku mengalirkan jauh lebih banyak mana yang telah menjadi dark magic, pada skill Darkness Enhancement yang baru.

Dan tak lama setelah kuaktivasi ulang skill itu, aku merasakan kekuatanku semakin meningkat dan terus meningkat secara konstan! Aku tak peduli lagi dengan semua itu! Aku tak peduli lagi dengan tubuhku! Satu-satunya yang ada di benakku saat ini hanyalah untuk mengalahkan Salamander haram laknat ini!

*Traaang craaakk shiiink drraakk triiingg kraaakk*

"Hoi! Apa ini!? Apa yang terjadi!? Kenapa bisa begini!?"

Sekilas samar-samar kudengar, Salamander itu mulai panik karena kekuatanku dan kecepatanku sudah meningkat sangat pesat hanya dalam waktu singkat. Tebasan pedangku sudah tak dapat ditangkis ataupun dihindarinya lagi. Dan setiap kali seranganku mengenai tubuhnya, sebagian dari armor milik Salamander yang terbuat dari sisiknya yang telah diperkuat dan diperkeras itupun pecah.

"T-tubuhmu! Wu-wujud itu! Gohaaakk!"

*Wuuuunnnggg*

*Braakkk*

Kini, giliran Salamander yang terkena serangan telak lalu terlempar ke dinding batu. Salamander menembus dinding batu itu hingga bolong.

Perasaanku menjadi ringan saat ini. Terlalu ringan. Bukan perasaan ringan yang menyenangkan. Perasaan ringan seakan-akan aku mulai mendekati batas maksimal kendaliku.

Akan tetapi, aku... Aku menyukainya?

Kini di dalam pikiranku hanya ada satu kata.

BUNUH.

Dari tadi aku merasakan sesuatu menyelimuti seluruh permukaan kulitku. Dan saat benar-benar kusadari, bahwa tubuhku tidak lagi terbalut Exoskeleton 'Lucifer Mode', melainkan telah terlapisi oleh kulit keras berwarna hitam pekat. Sayapku bukan lagi sayap buatan yang ada pada Lucifer Mode. Tapi telah berganti sayap organik menyerupai sayap kelelawar yang menyatu dengan tubuhku, tepatnya di bagian punggung.

Di kepalaku, telah tumbuh dua tanduk hitam yang melengkung dan menjulang tinggi ke atas. Aku tidak tahu bagaimana bentuk wujudku secara menyeluruh saat ini. Tapi aku tahu bahwa diriku telah berubah menjadi sesuatu yang berbeda.

Dan kabar baiknya, kesadaranku masih compos mentis (sadar penuh), meskipun sudah terasa mulai mendekati ambang batas.

"Mampus kau, Salamander!!!" Aku berteriak dengan suara parau, seperti bukan suaraku.

Lalu kuterjang Salamander tersebut di tempat dimana dia kukirim terbang membentur dinding batu hingga bolong. Bunuh! Aku akan membunuhnya hanya dengn satu serngan ini!

Tapi, belum sempat aku menanamkan ujung pedangku di tubuh Salamander itu, ayunan pedangku dihentikan dengan paksa hingga menjadi diam di tempat tanpa bergeming. Ujung Kuroshi hanya tinggal berjarak sejengkal dari leher Salamander yang masih berwujud seperti manusia itu.

"Arka... Kumohon... Berhenti..."

Kemudian aku mendengar suara yang sangat familiar, tapi nadanya sangat dalam dan tenang. Mendengar suara itu, seluruh tubuhku langsung menjadi berhenti bergerak. Serta naluri membunuh di dalam jiwaku menjadi lenyap seketika. Begitu kuat efek suara yang tenang tersebut, sehingga dapat menenangkan riak gelombang dark magic yang sudah menderu di dalam jiwaku.

Syla! Tidak salah lagi, ini Syla! Tapi... Ada yang aneh dari dirinya...

***

"Arka... Arka... Arka... Berhenti... Kumohon........ Salamander... Kau ingin merenggut Arka dari hidupku... Kau ingin merenggut orang yang kucintai... Salamander... Kau akan kubunuh... Salamander... Mati... Salamander... Mati... Bunuh..."

Syla!? Syla mulai meracau! Sepertinya Syla mulai kehilangan akal sehatnya setelah rasa takut akan kehilangan Arka menggelapkan seluruh relung di hatinya.

Dan... Arka!? Arka berubah wujud!? Arka berubah menjadi seperti seorang iblis! Jangan katakan kalau Arka kehilangan kendali lagi! Karena wujud itu... Sama persis dengan yang waktu itu ketika Arka kehilangan kendali atas kesadarannya dan mengamuk!

"Arka... Kubunuh Salamander..."

Ah??? Apa yang terjadi dengan Syla!? Setelah Syla melihat wujud Arka yang berubah menjadi iblis, kenapa tiba-tiba tubuhnya menjadi begini!?

Tubuh Syla diselubungi oleh cahaya berwarna keemasan! Dan mata Syla... Iris mata Syla yang berwarna merah darah itu, kini berubah menjadi bercahaya kuning keemasan! Apa yang terjadi!? Apa yang harus kulakukan!? Aku bingung! Aku harus berbuat apa sekarang!?

"S-S-Syla..." Aku berusaha memanggil namanya perlahan.

"Bunuh... Salamander... Mati... Salamander..." Tapi Syla sama sekali tidak menggubrisku.

Dan tiba-tiba, cahaya terang berwarna keemasan yang menyelimuti Syla, perlahan membentuk sesuatu di punggung Syla! Tidak lama, cahaya keemasan itu berubah menjadi menyerupai sepasang sayap malaikat, memancarkan sinar keemasan yang menyilaukan.

Tolong, seseorang! Beritahu aku apa yang sedang terjadi! Akalku tidak dapat mencerna lagi apa yang sebenarnya sedang terjadi!

*Whuuuuussssssss*

Di saat kepalaku masih pusing untuk mencerna semua ini, Syla lenyap dari sampingku. Dia terbang melesat menuju ke lokasi dimana Arka akan menebaskan pedangnya kepada Salamander.

***

Syla menghentikan ayunan pedang Demon Arka yang ditujukan ke arah dimana leher Salamander berada, hanya dengan menjepit ujung pedang Arka menggunakan jari telunjuk dan jempol tangannya. Demon Arka pun terdiam. Tidak bergerak sama sekali.

"Salamander... Kau ingin merenggut kebahagiaanku... Salamander... Kau ingin merenggut Arka dariku... Salamander... Mati... Bunuh... Salamander..."

Syla terus meracau. Dia menatap mata Salamander. Wajah Syla tak menunjukkan ekspresi apapun. Tatapan kosong kedua mata Syla yang bercahaya keemasan kepada Salamander itu, seakan menembus mata dari Salamander tersebut dan merasuk ke dalam tubuhnya hingga membekukan seluruh aliran mana pada tubuh manusia naga itu.

"K-kau! S-s-siapa kau!?" Salamander semakin panik setelah menatap mata Syla.

"Mati... Salamander... Bunuh..." Syla tak henti-henti mengulangi kata-kata yang sama.

Perlahan, Syla melangkah ke depan Salamander. Tatapan matanya yang kosong dengan wajah tanpa ekspresi itu masih mengunci kedua mata Salamander. Lalu setelah Syla berada di tepat di hadapan Salamander...

*Dhuaaaakk*

*Wiiiinnngggg*

*JEDAAAARRRR JEDAAAARRRRR JEDAAAARRRRR*

Tanpa terlihat sekelebat bayanganpun, kaki kanan Syla sudah diangkat lurus ke atas. Salamander dikirimnya ke langit, meninggalkan serpihan armor Salamander yang seudah terpecah belah dan terurai setelah menerima satu saja tendangan Syla yang sedang terlihat seperti malaikat pencabut nyawa. Tubuh humanoid Salamander terpental menembus semua lapisan batu di Gunung Berapi Derioth yang menghadang arah terbangnya akibat tendangan Syla.

"Salamander... Mati... Bunuh... Mati... Salamander... Bunuh... Tak akan ada lagi yang bisa memisahkanku dari Arka... Bunuh... Salamander..."

Tanpa berhenti mengatakan hal yang sulit dimengerti. Tanpa ada ekspresi emosi di wajahnya. Tatapan mata yang kosong. Syla bersiap akan melompat, untuk melakukan serangan berikutnya kepada Salamander dengan tujuan untuk membunuhnya.

"Syla!"

Arka, dengan suara Demon yang parau, memanggil Syla dan menggenggam kuat lengan Syla sebelum ia melompat untuk mengejar Salamander yang telah dikirimnya terbang ke langit secara brutal. Lalu Arka menarik lengan Syla dengan sedikit paksaan.

Tarikan tangan Arka membuat tubuh Syla terputar menghadap ke arahnya. Perlahan, Arka melangkah mendekati Syla dan meletakkan kedua tangannya di pipi Syla.

"Ar....ka..."

Syla meresponnya dengan berhenti meracau lalu memanggil nama Arka. Kemudian wajah mereka berdua mendekat, secara perlahan, dan semakin mendekat. Hingga bibir dari sosok yang menyerupai iblis bersentuhan dengan bibir dari sosok yang menyerupai malaikat.

"Mmh... Cupp... Mmm..."

"Mmm... Cupp... Mmhm..."

Untuk beberapa lama, mereka berciuman sangat intim. Selama proses pertukaran liur itu berlangsung, cahaya gelap dari tubuh Arka dan cahaya keemasan dari tubuh Syla saling bereaksi, beresonansi. Kedua cahaya bergerak berputar mengitari dua makhluk yang sedang berpelukan sambil berciuman itu.

Pusaran energi berwarna hitam dan keemasan terus berputar. Semakin lama, cahaya hitam dan cahaya keemasan semakin bercampur menjadi satu. Keduanya menyatu dan saling meniadakan. Hingga tepat pada saat kedua bibir mereka terpisah, pusaran energi itupun lenyap, seolah tak pernah terjadi apa-apa pada mereka berdua.

"Syla, maafin aku..."

"Arka... Jangan bikin aku ketakutan akan kehilangan kamu seperti tadi lagi... Aku mohon..."

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

Halo Pembaca! Wah, akhirnya saya selesai juga mengetik battle dalam 1 chapter penuh. Tidak terasa, kita sudah semakin mendekati Epilogue di Volume 2 hahaha...

Vote dan komentarnya jangan lupa, ya!