Halo halo!
Anyway, selamat membaca dan jangan lupa vote.
_______________________________________
"Makasih, ya! Kalian berempat! Akhirnyaaaaa!"
Aku lega, akhirnya semua item yang kubutuhkan untuk membuat bow, dagger, dan armor, semuanya sudah kudapatkan. Tinggal memprosesnya saja.
"Y-Yang Mulia... Apakah cukup segitu saja? Aku bisa memberikan kedua tandukku dan bagian kulitku yang lainnya..."
"Udah cukup kok, Salamander."
Salamander, setelah ditendang oleh Syla dan pingsan, akhirnya sadar kembali dalam beberapa menit. Aku langsung palakin Pure Fire Crystal-nya dan bagian-bagian tubuhnya. Dan seperti tiga Elemental Spirit lainnya, Salamander juga mengucapkan sumpah setianya kepadaku.
A/N : Keempat kristal elemen itu, nama aslinya adalah Pure Element Crystal. Kalau saya ketik Water Crystal atau Wind Crystal, hanya untuk menyingkatnya saja. Yang benarnya adalah Pure Water Crystal atau Pure Wind Crystal, begitu juga untuk Earth dan Fire.
"Eh, ngomong-ngomong, gimana kabar Aesa dan yang lainnya, ya?" Tanyaku kepada Syla dan Ren.
"Oh, iya! Aku nggak pernah kepikiran mereka semenjak waktu Arka pingsan itu!" Jawab Syla.
"Gimana kalau Arka pake telepati Ruby?" Usul Ren.
"Ok. Ruby..."
"Siaaap, Arkaaa!"
Setelah Ruby mengaktifkan telepati kepada Lunar Eclipse, Aesa, dan Cyane, aku langsung menyapa mereka.
'Halo semuaaa! Semalam bobo dimana? Bobo sama siapa? Ngapain aja~?' Demikian telepatiku ke mereka semua sambil menyanyikan lagunya L*cinta L*na.
'Arkaaaa!'
'Kak Arka udah baikan?'
'Tuan Arka! Hamba rindu!!!'
'Arka, kami butuh bantuanmu segera!'
Suara Garen, meminta bantua segera? Eh... Author ini benar-benar tidak memberiku kesempatn beristirahat setelah kelelahan bertarung dengan Salamander...
'Kalian dimana?' tanyaku
'Kami di dekat perbatasan utara Kerajaan Elysium yang berbatasan dengan Kerajaan Krauzer.' Jawab Garen.
'Ok, kami kesana.'
Mereka sedang kesulitan? Bagaimana bisa? Bukankah Cyane dan Aesa sudah sangat kuat?
Aku tidak tahu detail yang terjadi. Tapi yang jelas aku harus segera kesana. Sepertinya mereka sedang dalam kesulitan.
"Yok kita bantuin mereka." Aku mengajak yang lainnya.
"""Ok.""" Ren, Syla, dan Ruby menjawab serentak.
"Kalau begitu, kami mohon izin dulu, Yang Mulia. Tapi, kapanpun Yang Mulia membutuhkan kekuatan kami, tinggal sebut saja nama kami, maka kami akan langsung datang." Jelas Sylph dengan nada bicara yang sangat sopan.
"Ok. Kalo gitu, mohon bantuannya nanti."
"""Baik, Yang Mulia Arka!"""
Keempat Elemental Spirit itu lenyap entah kemana. Kamipun tak bisa membuang-buang waktu. Aku segera mengktifkan Teleportation Gate menuju Istana Kerajaan Elysium.
Berbincang sejenak dengan Ratu Marca untuk mengetahui gambaran umum dari situasinya sekaligus minta petunjuk arah. Tak lama, kami langsung terbang menuju lokasi Aesa dan lainnya.
Terbang dengan kecepatan penuh, dalam waktu 10 menit kami sudah tiba di lokasi. Lokasi peperangan antara manusia melawan monster dan Demihuman. Banyak sekali monster-monster besar yang menyerang. Dan aliran datangnya monster tambahan menuju medan perang juga sangat deras dan tak ada habisnya.
*Debumm debuum blegarr jedaarrr*
"Kayaknya itu skill Aesa dan Cyane." Kataku.
"Iya Ar. Nggak salah lagi." Ucap Syla.
"Ok, kalo gitu... Ren tetep di punggung Ruby, Aku akan mencari sumbernya. Syl, kamu coba ngetes kekuatanmu yang tadi itu lagi."
"Nggak apa-apa itu, Ar? Kalo nggak ada kamu, aku nggak tau gimana cara berhentinya, loh..."
"Ntar kan aku balik lagi, Syl..."
"Beneran, ya! Janji, ya!"
"Janji..."
"Ok..... Aku coba lagi yang kayak tadi..... Celestial Wrath."
"Oh... Itu namanya..." Aku bergumam pada diri sendiri.
Syla terdiam sejenak. Seperti sedang berkonsentrasi penuh. Lalu, tidak lama kemudian, muncul cahaya keemasan dari dalam tubuh Syla yang membentuk sayap malaikat. Lalu iris mata Syla yang berwarna merah itu tertutup oleh cahaya keemasan yang sangat terang.
Syla benar-benar bisa berubah menjadi seperti malaikat... Tapi dengan hawa pembunuh yang sangat pekat menyelimutinya. Seperti... Alter ego.
Sambil meracau membisikkan hal-hal yang terdengar sangat gelap, Syla terbang dari punggung Ruby menuju medan perang.
Sekilas Syla tampak seperti bertarung dengan tangan kosong. Tapi jika diperhatikan lagi, setiap pukulan dan tendangan Syla akan diikuti dengan ledakan energi magic berwarna keemasan.
Setiap serangannya memberikan efek AoE yang sangat luas. Selain luas, damage-nya juga absurd. Semua serangan AoE Syla adalah serangan yang membuat seluruh tubuh targetnya hancur terurai halus menjadi partikel debu.
"Haha... Itu wanitaku..." Gumamku bangga.
Melihat Syla menggila, aku juga ingin mencoba 2 skill baruku. Demon Form dan Spirit Magic. Itu yang tertulis di statusku barusan saat kuintip sedikit.
Demon Form adalah evolusi dari Darkness Enhancement, yang membuat aku berubah wujud menjadi sosok Demon dengan kekuatan yang menakjubkan, dua kali lipat dari tambahan status yang didapat dari Darkness Enhancement. Sedangkan Spirit Magic adalah jenis skill serangan magic yang meminjam kekuatan dari Elemental Spirit untuk menyerang targetku.
"Spirit Magic: Undine. Bunuh semua monster itu." Ucapku sambil menunjuk massa monster yang terus berdatangan.
"L-Laksanakaaan, Yang Muliaaa! Ancient Tsunamiii!" Ucap Undine yang telah hadir di sampingku dalam sekejap.
Setelah menyebutkan skill miliknya, muncul air bah yang sangat tinggi entah dari mana asalnya. Lalu gelombang tsunami menghantam dan menelan semua monster yang berada di AoE seluas 500 meter melebar dan 500 meter memanjang. Semua monster di pihak musuh hancur. Beserta beberapa teman dari kubu Tentara Kerajaan Elysium yang ikut menjadi korban.
Syla juga kena, tapi energi magic miliknya yang berwarna keemasan itu telah melindunginya dengan mutlak. Bahkan pakaiannya pun tidak basah sama sekali setelah terkena Ancient Tsunami.
"Ups... Hehee..." Tapi aku tidak ambil pusing. Aku langsung mencoba skill berikutnya. "Demon Form." Ucapku.
Setelah berubah wujud menjadi sosok iblis, aku langsung menyusuri arus monster yang tak ada hentinya berdatangan terus-menerus tersebut, sambil menghancurkan semua musuh yang menghalangiku. Karena, untuk menghentikan aliran air, aku harus menutup sumber airnya, bukan hanya menanggulangi air yang sudah keluar saja, bukan begitu?
Tidak heran kenapa Aesa dan Cyane dibuat kuwalahan seperti ini. Pasukan monster milik musuh tak ada habisnya!
***
"Tidak... Tidak! Tidak mungkin! Apa itu!? Kenapa makhluk-makhluk yang ku-summon tiba-tiba berkurang drastis seperti ini!? Apa yang terjadi di sana!?" Fazar panik setelah merasakan terlalu banyak monsternya yang mati.
Fazar bersama Tentara Kerajaan Elysium memulai invasi besar-besaran setelah puluhan monster yang dikirimnya untuk menghadang Lunar Eclipse, Aesa, Cyane, dan Liviara dapat dikalahkan. Dia mengeluarkan skill summon terkuat yang dimilikinya saat ini.
Evocation Portal.
Skill summon yang mendatangkan berbagai makhluk secara nonstop dan masif melalui sebuah portal sihir raksasa. Skill itu mengurangi banyak mana Fazar tanpa henti setiap detiknya. Namun Fazar memiliki Regenerasi MP yang sangat tinggi pula untuk dapat mempertahankan skill tersebut tanpa perlu mengkhawatirkan mana miliknya.
Awalnya mereka berada di posisi menang. Akan tetapi, sesuatu yang berada di luar dugaan pun terjadi. Seperti membalikkan telapak tangan, musuhnya telah membalik keadaan dalam waktu yang sangat singkat.
"Apa yang terjadi, Tuan Fazar?" Tanya Rufius, cemas.
"Makhluk-makhluk yang ku-summon... Sangat banyak yang dibantai... Mereka... Dua orang dan seekor naga... Tidak, itu bukan orang! Itu... Iblis? Ha? Malaikat!? Bagaimana... Bisa!?" Fajar langsung pucat setelah melihat musuh yang baru datang via mata Gryphon.
"Ap-apa!? Tuan Fazar tidak salah lihat???" Rufius pun terkejut mendengarnya.
"... Dan Iblis itu sedang menuju kemari dengan kecepatan yang sangat tinggi..." Fazar berbicara dengan wajah ketakutan.
"Apa!? Pasukan!!! Perketat pertahanan di sekitar sini!!!" Rufius langsung menginstruksikan kepada seluruh pasukannya.
"Tuan Rufius... Percuma."
"....." Rufius tak dapat berkomentar lagi.
Dan beberapa detik kemudian...
*DHUAAAARRR*
Sebuah meteor hitam mendarat tepat di lokasi Evocation Portal milik Fazar berada, dan menghancurkannya menjadi puing-puing energi magic yang tak berguna lagi. Debu dan tanah berhamburan, menutupi pandangan semua orang.
Dari balik kabut debu tebal itu, terdengar suara yang parau dan berat.
"SIAPA YANG MEMBUAT MAGIC PORTAL INI !?!?"
Hening...
Semua orang yang ada di sana hanya bisa diam. Demonic Aura telah membuat mereka semua menjadi gentar. Tidak ada yang mampu membuka rahangnya untuk bicara.
Setelah beberapa waktu berlalu dengan hening, debu-debu yang menyelimuti sosok bersuara parau itupun menipis. Perlahan tapi pasti, mengungkap wujudnya kepada setiap pasang mata yang melihat.
Sosok setinggi 2 meter yang seluruh tubuhnya berwarna hitam tak memantulkan cahaya. Dengan cakar panjang di setiap ujung jari kakinya. Memiliki sepasang sayap iblis di punggungnya. Mata yang memancarkan warna merah menyala. Dan sepasang tanduk melengkung menjulang tinggi dari kepalanya.
Demon.
Dan yang satu ini jelas bukan dari jenis Minor Demon yang memiliki kekuatan biasa saja. Jika dilihat dari fisiknya, paling tidak makhluk ini adalah Major Demon. Itu hanya dari fisik, karena kekuatan sesungguhnya masih belum diketahui.
Secara garis besar, di dunia ini, tingkatan hirarki dari ras Demon dibagi menjadi 4. Yaitu Minor Demon, Major Demon, Demon Lord, dan Demon God. Dimana Minor Demon adalah Demon golongan lemah, dan Demon God adalah Demon yang memiliki kekuatan setara dengan Dewa.
"A-apa yang kalian lakukan! Serang makhluk itu!!!" Rufius berteriak kepada semua pasukan yang hanya terdiam melihat sosok Demon di hadapan mereka.
Tapi karena mereka telah mendapat perintah untuk menyerang, mereka terpaksa melawan rasa takut dan menyerang Demon tersebut.
"""Aaaaaaaaarrrrrrrrrrggghh!!!"""
Bersama teriakan itu, semua Pasukan Kerajaan Krauzer yang ada disana menyerang sang Demon. Sayangnya, teriakan itu hanya bertahan selama tak lebih dari 2 detik.
"DEATH FATE." Demon tersebut mengatakan sesuatu dengan suara paraunya.
Tanpa adanya pergerakan dari Sang Demon dan tanpa adanya luka fisik di tubuh mereka, semua Tentara Kerajaan Krauzer yang menyerang Sang Demon langsung lemas dan rubuh.
Lemas dan rubuh?
Tidak, bukan hanya sebatas lemah dan rubuh.
Tapi mereka semua mati di tempat.
"Apa... Yang terjadi... Barusan...?" Rufius bergumam ketakutan dan terkejut.
"JANGAN SAMPAI AKU BERUBAH PIKIRAN DAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA. KUTANYA SEKALI LAGI. SIAPA YANG MEMBUAT MAGIC PORTAL INI?"
Sang Demon bertanya lagi. Dengan suara cukup pelan tapi parau dan berat.
Mendengar pernyataan sebelum pertanyaan Sang Demon tersebut, dan setelah melihat sendiri ribuan pasukan dibunuh dengan mudahnya, Fazar tidak sanggup lagi melihat lebih banyak korban yang berjatuhan di dekatnya. Mentalnya bukanlah mental seorang Ksatria yang sudah ditempa dari puluhan hingga ratusan peperangan.
Fazar hanyalah seorang anak SMA berusia 16 tahun sebelum dia di-summon ke dunia ini.
Demi berhentinya pembunuhan massal oleh Sang Demon, jiwa pahlawannya bergetar. Dia memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan Demon itu.
"S-sa-saya..." Ucap Fazar sambil melangkah maju perlahan dengan gemetar.
***
"HOO... KAMU..." Ujarku
Wah... Lumayan juga kekuatan bocah ingusan ini... Dia bisa memanggil monster-monster dalam jumlah luar biasa masif secara terus-menerus. Bahkan sampai membuat Aesa dan Cyane kerepotan karena banyaknya jumlah monster lemah yang bisa di-summon olehnya sekaligus dan nonstop.
Eh, by the way... Kenapa suaraku jadi parau dan busuk seperti ini kedengarannya, ya? Seperti anjing Herder tersedak kolor Zeus. Apa karena efek dari Demon Form sehingga anatomi pita suaraku jadi berubah?
Tapi untuk sementara ini bukan masalah, menurutku. Ini malah semakin mendukung untuk melakukan penyamaran. Seperti Batm*n yang suaranya diserak-serakkan sampai tidak jelas lagi apa yang dibicarakannya. Untung ada subtitle.
"I-iya..." Jawab bocah itu.
"HENTIKAN SEMUA INI. TARIK KEMBALI SEMUA PASUKAN KALIAN. DAN KAU, BOCAH... MASIH BANYAK RUANG BAGIMU UNTUK BERKEMBANG. BERLATIHLAH DAN TINGKATKAN TERUS KEKUATAN SUMMON MAGIC-MU. KAMU PASTI SUMMONER DARI DUNIA LAIN. DAN AKU AKAN MEMBUTUHKAN KEKUATANMU DI MASA YANG AKAN DATANG." Brengsek, suara parau ini tidak keren.
"Ha? Bagaimana bisa tau..." Bocah itu masih bingung dengan kata-kataku.
"UNTUK SEKARANG, TARIK KEMBALI SEMUA PASUKAN KALIAN! SEBELUM AKU BERUBAH PIKIRAN!"
*DHUUUUUSSSSSSSHHH*
Aku terbang meninggalkan camp pasukan musuh setelah menyampaikan semua itu. Aku tak membunuh Bocah Summoner tadi. Ya, memang karena aku tidak sembarangan membunuh orang. Walaupun sesekali tidak sengaja membunuh orang tak bersalah seperti Pasukan Elysium sebelumnya. Tapi itu karena tidak sengaja.
Bocah itu... Pastinya dia adalah Summoner dari isekai entah mana. Kemampuannya memanggil monster dalam jumlah sebanyak itu, adalah aset besar bagiku untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang akan datang, seperti yang telah disampaikan oleh Dewi Nyx sebelumnya.
Tapi, aku melihat masih banyak yang bisa dikembangkan dari kemampuannya. Misalnya, monster-monster yang di-summon olehnya baru hanya sebatas monster lemah saja. Mungkin, paling kuat hanya monster kelas C, atau hanya sampai D.
Pasukan banyak tapi lemah, sampai di taraf tertentu sudah tidak ada artinya lagi. Misalnya seperti jika mereka melawan kami... Tidak ada artinya, mau seribu atau sejuta monster seperti itu, tetap saja bisa kami hancurkan semuanya sekaligus.
Sesampainya di lokasi pertempuran sebelumnya, aku melihat monster-monster yang berada di sana hampir semuanya sudah dibunuh. Dan dari kejauhan, aku melihat ada cahaya kekuningan yang sedang mengamuk. Monster musuh sudah habis, malah pasukan teman yang diserangnya juga.
"Oh, di sana rupanya calon istriku..."
Untung aku cepat kembali. Syla, saatnya meminum dosis harian obatmu... Dari mulutku.
Pada akhirnya, yang bisa menenangkan Syla hanya aku. Dan hanya Syla yang dapat menenangkanku di kala aku lepas kendali. Mungkin ini yang dimaksud oleh Dewi Nyx sebelumnya. Untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan orang-orang di sekitarku, terutama Syla. Karena inilah alasannya...
"Makasih, sayang... Hihi..." Ucap Syla saat dia sudah kembali ke wujud aslinya setelah berciuman denganku.
Kalau boleh jujur, air liur Syla terasa lebih manis ketika dia sedang dalam mode Celestial Wrath. Aku jadi ketagihan hehe...
Setelah semua monster dimusnahkan, tidak ada lagi tambahan pasukan monster dari pihak Kerajaan Krauzer. Sepertinya mereka mematuhi kata-kataku. Baguslah. Mari kita lihat, akan jadi seperti apa kamu di Volume 3 nanti, Bocah Summoner flek hitam ingusan?
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Vote, yaa!
Nama penting di chapter ini :
- Ancient Tsunami
- Demonic Aura
- Celestial Wrath
- Demon Form