Vote vote vote! Beri semangat Author-nya supaya bisa terus membuat cerita yang lebih seru!
Selamat membaca ya...
_______________________________________
"Di sana, di dalam pusaran air besar yang ada di Samudera Noir itulah tempat Undine berada, Yang Mulia." Kata Dryad yang dari tadi berubah menjadi kecil dan menempel di pundak Arka.
"Silahkan lewat sini, Yang Mulia..." Sylph dengan sopan menuntun kami.
Ruby menurunkan ketinggian terbang sesuai arahan dari Sylph dan Dryad. Setelah sampai pada tepian pusaran yang mereka tunjukkan...
"Ancient Tornado! Dryad!"
"Tak perlu khawatir, Sylph! Gan Eden!"
Sylph menyebutkan sebuah skill yang cukup familiar dan terdengar mirip dengan skill yang sering digunakan oleh Mage yang menguasai skill elemen angin tingkat atas. Bedanya, kalau yang biasa digunakan oleh Mage bernama Sylph Tornado, sedangkan yang digunakan oleh Sylph sendiri bernama Ancient Tornado.
Aku sendiri juga bisa mengeluarkan skill yang menyerupai itu. Namun, tornado yang diciptakan oleh Sylph berada pada level yang jauh berbeda. Sebuah tornado maha besar turun dari langit dan membuka lautan di tepi pusaran air.
Setelah lautan terbuka, Dryad mengeluarkan sebuah skill yang asing bagiku. Dia menumbuhkan banyak sekali tanaman raksasa yang berbaris melingkar dengan rapat. Barisan tanaman itu membendung laut yang telah dibuka oleh Sylph dengan tornado-nya.
""Silahkan, Yang Mulia Arka..."" Lagi-lagi, Sylph dan Dryad berbicara serentak.
"O... Makasih." Arka sedikit tercengang.
Aku juga tercengang. Karena meskipun aku dapat menggunakan magic tingkat atas yang bernama Sylph Tornado, jika dibandingkan dengan Ancient Tornado, maka skill magic-ku hanya akan jadi bahan tertawaan semua orang.
Dengan Ancient Tornado dan Gan Eden dari mereka berdua, terowongan raksasa menuju dasar samudera telah tercipta. Diameternya saja mungkin sampai 500 meter.
Ruby dan kami yang berada di punggungnya, terbang menurun menuju dasar terowongan tersebut. Setelah sampai di dasar, Ruby mendarat di atas terumbu karang yang cukup besar.
"Undine!" Sylph memanggil Undine
"Undine! Cepat keluar! Jangan membuat Yang Mulia Demon Lord menunggu!" Dryad memanggil Undine dengan semangat yang menggebu.
Tak lama, keluar pusaran air yang menjorok keluar dari dasar lautan yang sudah dikeringkan ini. Dan, ya, itu Undine.
Sosok menyerupai Mermaid dengan rambut terbuat dari gelombang air yang selalu bergerak. Parasnya sangat cantik. Mata bulat dan bulu mata yang lentik. Hidung mancung. Payudara bulat dan besar, tanpa puting susu.
Kenapa ya mereka semua tidak memiliki puting susu? Aku yakin, Arka pasti kecewa.
Separuh bagian bawah tubuhnya menyerupai ikan duyung dan tertutup pusaran air di sekelilingnya.
"Dryaaad! Syyyylph! Waaa aku kangeeeen!"
Undine ini terlihat seperti gadis imut yang ceria.
"Halo Undine." Sapa Sylph dengan datar.
"Haha! Undine! Aku yakin pasti kamu merindukanku!" Dryad kepedean.
"Apa apa? Ada acara apa kalian kesini?" Tanya Undine, berharap sesuatu yang seru sedang terjadi.
"Kami datang mengantarkan Yang Mulia Demon Lord untuk menemuimu." Sylph menjawab dengan serius.
"D-D-D-DEMON LORD!?!? MA-MANA DEMON LORD!? ADUH, BAGAIMANA PENAMPILANKU??? APAKAH AKU SUDAH CANTIK??? K-K-KENAPA KALIAN TIDAK MEMBERITAHUKU SEBELUMNYA SUPAYA AKU BISA BERSIAP-SIAP DULU SEBELUM MENEMUI D-D-DEMON LORD!!!" Undine berteriak panik.
Undine yang centil... Dia bahkan panik karena hal sesepele itu... Ckck.
"Ini Undine, Yang Mulia..." Sylph tidak mempedulikan teriakan Undine.
"Yang Mulia, maafkan Undine karena dia tidak seindah diriku." Dryad dengan narsisnya merendahkan penampilan Undine dengan nada suara angkuh.
"D-D-Demon Lord! M-m-maafkan hamba belum sempat berdandan!" Undine langsung bersujud di depan Arka dengan cepat. *Duugg* lalu jidatnya terbentur batu karang. "Adudududuhh sa-sakiiit..."
Sepertinya, Undine ini yang paling mudah percaya kalau Arka adalah Demon Lord. Baguslah. Semua jadi lebih cepat.
"Udah kubilang... Jangan panggil aku Demon Lord... Panggil aja Arka... Kalian ini..." Kata Arka sambil memegang dahinya.
"B-b-baiklah, Dem-- Yang Mulia Arka!" Jawab Undine.
"Undine, aku mau minta Pure Water Crystal." Kata Arka sambil berakting seolah dia benar-benar Demon Lord.
"B-b-baik, Yang Mulia! I-i-ini s-silahkan!" Undine memberikan bola kristal biru yang bercahaya terang kepada Arka dengan panik.
"Makasih ya, kalian bertiga... Terus ini... Salamander gimana ya?" Tanya Arka kepada ketiga monster Elemental Spirit itu.
"Yang Mulia cukup menghajarnya sampai dia menyadari ketololannya jika dia menantang Yang Mulia." Dryad menjelaskan dengan tegas.
Hmm... Jadi dia menyuruh Arka melawan monster sekuat Salamander itu? Bukankah Sylph paham bahwa Arka baru saja sembuh dari efek samping kehilangan kendali? Bagaimana kalau Arka lepas kontrol lagi dan membunuh mereka semua? Kalau hanya itu tidak masalah. Masalahnya, bagaimana kalau Arka sampai tidak bisa sadar lagi!?
"Arka, kamu nggak boleh maksain diri. Aku nggak mau kamu maksain diri sampe kayak waktu itu." Ujarku dengan dingin.
"Ok, aku bakal berhenti sebelum lepas kendali." Kata Arka. Lalu Arka menoleh kepada tiga Elemental Spirit. "Kalian bertiga, bantu aku kalo aku udah nggak bisa ngeluarin kekuatan lebih. Daripada kalian ikut mati terbunuh."
"B-baik, Yang Mulia."
"Y-Yang Mulia, serahkan pada kami!"
"J-j-j-jangan bunuh kami, Y-Yang Mulia!"
"Hm. Yuk, tunjukin jalannya."
"Baik, Yang Mulia!" Dryad.
"Salamander bersemayam di dalam Gunung Berapi Derioth, Yang Mulia." Sylph menginfokan.
"Y-Y-Yang Mulia! Ha-hamba akan melindungi Yang Mulia dari api di sana!" Undine tampak antusias bercampur dengan takut kepada Arka.
"Oh. Mohon bantuannya ya, Undine."
"B-baik, Yang Mulia!" Wajah imut Undine yang berekspresi serius itu terlihat sangat imut.
Kami pun terbang lagi. Menuju Gunung Berapi Derioth. Sarangnya para monster api dan Naga Api.
Kalau dipikir lagi, semua ini terjadi dengan terlalu mudahnya. Terimakasih kepada mereka yang salah menuduh Arka sebagai Demon Lord. Eh, apa benar Arka bukan Demon Lord? Aku jadi ragu setelah menyaksikan semua yang terjadi kepada Arka.
Dalam beberapa jam saja, Gunung Berapi Derioth sudah terlihat di depan mata. Puncaknya yang berupa kawah besar itu mengeluarkan asap berwarna abu-abu gelap. Sesekali, magma terlontar keluar dari kawah itu dan membakar lerengnya.
Seluruh badan gunung tersebut tidak ditumbuhi satu tanaman pun. Menjadikannya gunung yang terlihat gersang.
"Maaf, Yang Mulia. Tidak ada jalan pintas untuk memasuki ruangan Salamander. Kita harus melalui gua dan lorong yang ada di tepian kawah untuk dapat sampai ke ruangannya yang berada di inti gunung."
"Yang Mulia tenang saja. Hamba, Dryad yang paling loyal ini, akan membersihkan jalan untuk Yang Mulia." Dryad tersenyum percaya diri.
"Tidak perlu disebutkan, itu adalah hal yang sudah pasti kita lakukan." Sylph mengomentari.
"Ok, makasih. Tunjukkan jalannya." Kata Arka sok berwibawa.
"Lewat sini, Yang Mulia." Dryad membungkuk dan mempersilahkan Arka, layaknya bangsawan kelas atas.
Setelah kami mendarat di tepian kawah Gunung Berapi Derioth, Sylph terbang menuntun kami menuju jalur terdekat ke ruangan Salamander. Sepanjang perjalanan, banyak sekali monster elemen api yang menghadang kami. Tapi, tiga Elemental Spirit yang melindungi kami dapat menghabisi mereka semua dalam sekejap.
A/N: Quiz! Sebelum melanjutkan, coba jawab pertanyaan berikut...
PoV (Point of View) siapakah semua peristiwa yang terjadi dari awal chapter ini sampai saat ini?
Tapi maaf tidak ada hadiahnya. Tehee...
*Byaasssh... Deburrrr...*
Undine, yang memiliki elemen paling kompatibel dengan hampir seluruh monster di sini, membuat semua monster api itu hancur lebur dan lenyap seketika. Water magic darinya memang memiliki potensi yang sangat besar, selain juga ampuh terhadap monster api.
Tidak heran, karena dia adalah monster yang dapat mengeluarkan magic elemen air paling kuat. Kekuatan water magic-nya hanya berada di bawah Water God Dragon, salah satu monster kelas A yang tertulis di legenda. Bahkan Leviathan pun masih sedikit lebih lemah jika hanya membandingkan kekuatan water magic-nya saja.
"Ha! Aku tak akan membiarkanmu mengambil spotlight, Undine!" Dryad kini menganggap Undine sebagai lawan persaingan, entah kenapa.
Dryad yang memiliki kekuatan earth magic, tentunya bukan elemen yang cocok untuk melawan monster api -- Kalau saja dia monster yang setara dengan monster-monster liar yang ada di sini. Tapi kekuatan earth magic Dryad jauh melebihi kelemahan elemennya terhadap elemen api.
Akar-akar yang digunakannya untuk membantai monster-monster api kroco ini, sama sekali tidak terbakar oleh serangan api. Batu dan tanah yang digunakannya untuk menyerang musuh pun dapat membunuh mereka semua dengan mudahnya.
"..."
Sylph mengacuhkan semua yang terjadi di antara Undine dan Dryad. Dia tetap berfokus untuk menghancurkan semua monster liar yang ada sebelum mereka sempat mendekati Arka.
Wind magic bersifat netral terhadap api. Tidak menguatkan dan tidak melemahkan. Jadi, lebih dari earth magic Dryad, Sylph dapat membunuh semuanya dengan lebih mudah lagi.
Beberapa jam telah berlalu. Semua monster kroco yang kami temui, rata dengan tanah. Bahkan, aku tidak sempat menggunakan panahku untuk menyerang mereka. Semua monster liar yang ada di sini sudah mati sebelum mereka bisa menyadari kehadiran kami.
Kini, kami berada di sebuah ruangan, bukan, sebuah aula yang luar biasa besar. Saking besarnya, aku yakin aula ini berada di bawah Gunung Derioth. Karena tidak mungkin aula sebesar ini berada di dalam gunung.
"Yang Mulia, itu Salamander."
Sylph menunjukkan sebuah danau lava yang sangat luas di depan kami. Aku tidak dapat melihat sosok naga raksasa atau monster apapun di danau lava itu. Namun, aku baru menyadarinya setelah Dryad memanggilnya keluar.
"Salamander, keluar dan berbahagialah kamu! Karena kami datang bersama Yang Mulia Demon Lord untuk menghajarmu!" Teriak Dryad dari bahu Arka.
Aku terkejut melihat apa yang selanjutnya terjadi. Dan sepertinya hal yang sama juga tercermin di wajah Arka dan Ren.
*Blub blub blub...*
Danau lava itu tiba-tiba seperti bergejolak setelah mendengar ucapan Dryad barusan. Layaknya air yang mengalami peningkatan suhu secara drastis, gelembung yang muncul ke permukaan lalu pecah tersebut bertambah banyak secara drastis.
*Blaaasssshh!*
Tak lama setelah itu, selayaknya bom atom yang meledak di dalam laut, lava itu terangkat tinggi ke atas dan mencipratkan droplet-droplet lava berpijar ke sekitarnya!
"H-h-hamba akan melindungi Yang Mulia Arka!"
Undine bertindak cepat. Dalam sekejap, dinding arus air yang sangat kuat muncul entah dari mana dan menyelubungi lokasi kami berdiri. Melindungi kami semua dari cipratan lava panas berpijar.
*Sssshhhssss...*
Terdengar suara berdesis ketika droplat cipratan lava bersentuhan dengan dinding air yang diciptakan oleh Undine.
Dari balik dinding air yang bening, kami dapat melihat tembus ke arah danau lava yang bergemuruh di depan, walau tidak terlalu jelas karena banyaknya deviasi penglihatan. Lava itu memadat dengan cepat, lalu membentuk sebuah wujud monster yang semakin lama semakin jelas gambarannya.
Dari balik dinding air, aku melihat proses pembentukan wujud naga raksasa dari lava tadi. Besar sekali ukurannya. Tidak begitu jauh berbeda dari wujud naga Ruby, namun jauh lebih besar. Tapi tidak sebesar Vioraze, Darkness God Dragon.
"GRRRRAAAAOORRRH!!! SIAPA YANG BERANI MENGGANGGU TIDURKU!?" Naga Api itu menyemburkan api ke atas dan berteriak.
"Salamander goblok! Kamu sedang berada di hadapan Yang Mulia Demon Lord!" Dryad membentak Salamander.
"Ho? Aku mendengar suara makhluk lemah yang tidak asing lagi... Siapa... Seperti suaranya makhluk rumput lemah itu..." Salamander.
"Kurang ajar! Ini aku, Dryad! Naga goblok! Badan saja yang besar, tapi otak kerdil sekecil bongkahan tai kambing!" Balas Dryad.
"Bahh! Kekuatan adalah segalanya! Aku adalah naga terkuat di sini!" Salamander menyombongkan diri, dia tidak tahu kalau Vioraze - Darkness God Dragon - berada di Undead Tower tidak terlalu jauh dari Gunung Berapi Derioth.
Aku merasa kalau antara Salamander dan Dryad ini memiliki hubungan yang kurang baik. Mungkin, dari dulu mereka memang seperti ini? Atau karena Dryad iri akibat elemennya lebih lemah daripada Salamander, ditambah lagi kepribadian Salamander yang bentrok dengan dirinya?
"Salamandeeeeer~ Yang Mulia Demon Lord ingin menemuimuuu~" Undine berkata dengan ceria tapi lembut.
"Oh? Aku tidak salah dengar? Demon Lord, kamu bilang?"
"Iyaaa~ ini Yang Mulia Arka adalah Demon Looord~"
Dan tiba-tiba Arka memotong pembicaraan mereka yang tidak penting dan buang-buang waktu itu.
"Salamander! Berikan Fire Crystal, tanduk, dan kulit di dahimu kepadaku!" Kata Arka dengan nada masih sok Demon Lord.
"Ha!! Aku tidak percaya kalau orang ini adalah Demon Lord! Orang yang kurus, ceking, lemah, dan tidak menyeramkan itu adalah Demon Lord!? Buktikan kepadaku! Biar kekuatan yang berbicara!" Salamander menantang Arka berduel.
"Kamu mau gunung ini hancur lebur?" Tanya Sylph dengan nada dingin.
"Haha! Biarlah gunung, atau benua ini hancur! Tunjukkan kekuatanmu kepadaku, wahai peniru Demon Lord! Kekuatan adalah segala-galanya di dunia ini! Dan aku akan tunduk hanya kepada yang lebih kuat dariku!Hahaha!"
Arka akan bertarung melawan naga ini? Sendirian, satu lawan satu maksudnya? Lalu, bagaimana kalau Arka lepas kendali lagi!? Baru seminggu dia terbangun dari tidurnya!
"Baiklah. Tapi aku tidak bisa menggunakan kekuatan penuhku." Jawab Arka kepada tantangan Salamander.
"Demon Lord sejati akan dapat mengalahkanku hanya dengan kurang dari sepersepuluh kekuatannya! Majulah, kapanpun kamu mau!"
Ini serius!? Aku tidak ingin sampai terjadi apa-apa dengan Arka! Aku tidak ingin kehilangan Arka!
Sebulan saja Arka tidak sadarkan diri, rasanya aku sudah ingin mati saja! Bagaimana kalau kondisinya menjadi lebih buruk!? Bagaimana jika Arka jadi tidak sadarkan diri lalu tak dapat bangun lagi!?
Tidak... Aku tidak ingin yang seperti itu!
"Arka! Jangan!" Aku berteriak menolak pertarungan ini.
"Tenang aja. Kalo aku nggak bisa ngalahin dia, artinya aku nggak layak buat jadi pasangan hidupmu." Jawab Arka dengan senyuman yang lembut.
"Ap--..."
Aku tak dapat membalas perkataan Arka. Apa maksud kata-kata itu?
"Kan ada Undine dan Sylph kalo sesuatu terjadi dan aku nggak bisa ngelanjutin pertarungan ini." Lanjut Arka.
"T-tapi..."
Tapi apa? Apa alasanku untuk menolaknya? Karena jika aku beralasan, aku hanya akan menunjukkan keegoisanku kepada Arka. Padahal, tadi Arka mengatakan sesuatu tentang kelayakannya menjadi pasangan hidupku? Apa maksudnya itu? Apakah ada sesuatu yang ingin didapatkannya sampai dia bersikeras untuk melakukan ini walaupun membahayakan hidupnya sendiri?
Arka... Beri aku penjelasan! Aku tidak mengerti!
Tapi... Satu hal yang kupahami... Adalah bahwa Arka tetap akan melakukannya walau bagaimanapun aku melarangnya.
"Darkness Creation : Lucifer Mode dan Kuroshi Dragon Bane. Kau siap, Salamander!? Aku datang!!!"
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Jangan lupa! Vote, komentar, dan share link jika Pembaca menyukai cerita saya! Thanks!
True Dragon itu sama dengan God Dragon. Variasi penamaan saja, jadi jangan bingung.
Nama penting di chapter ini :
- Ancient Tornado
- Gan Eden