Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 80 - Chapter 45

Chapter 80 - Chapter 45

S-s-silahkan v-vote dan ko-komentar ya kak... Ma-makasih...

Hoi! Biarkan saja mereka jika tidak mau! Tuan Arka tidak butuh vote dan komentar dari manusia rendahan seperti mereka! Hanya manusia berkualitas tinggi yang vote dan komentar di sini! Muwahahahaha!

E-eh? B-baiklah...

_______________________________________

"Sylph... Sylph? Halooo Sylph..."

*Fyussshh*

Tiba-tiba muncul tornado yang sangat kecil di ruangan Kamar Tamu Kerajaan Acresta ini. Sesaat kemudian, tornado mini itu pecah dan memperlihatkan seekor peri kecil di dalamnya.

"Hamba hadir, Yang Mulia..."

"Lagi-lagi Yang Mulia... Ah terserah deh. Aku mau nanya, gimana caranya kita minta Pure Earth Crystal dan Pure Water Crystal ke temen-temenmu itu?"

"Yang Mulia hanya perlu pergi ke lokasi singgasana mereka dan memintanya saja. Biar hamba yang berbicara dengan mereka."

"Semudah itu?"

"Semua monster akan tunduk dan patuh kepada raja mereka, yaitu Yang Mulia Demon Lord sendiri."

"Kan udah kubilang, aku bukan Demon Lord atau apalah itu..."

"Yang Mulia tidak perlu merendah. Hamba sudah melihat dengan mata kepala hamba sendiri... Tidak salah lagi, Yang Mulia adalah Demon Lord kami."

"Hmmm... Ya kalo emang bisa mempermudah aku buat ngumpulin keempat Pure Element Crystal, ya udah deh. Aku bukanlah seperti birokrasi pemerintah yang punya prinsip kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah? Jadi aku nikmatin aja kemudahan ini, hehehe..."

"Baik Yang Mulia. Tinggal sebutkan saja kapan Yang Mulia menginginkannya, maka hamba akan menuntun Yang Mulia kesana."

"Hari ini aja deh. Udah bosen berapa hari nggak ngapa-ngapain. Bentar kupanggilin yang lainnya dulu."

"Baik, Yang Mulia."

Aku memanggil Ruby, Ren, dan Syla menggunakan jaringan telepati milik Ruby yang sudah kusuruh untuk selalu diaktifkan di saat mereka sedang jauh dariku. Kalau dipikir-pikir, bisa melakukan ini seperti kami sudah memiliki hape senter yang sudah diisi dengan paket nelpon keluarga sehingga bebas untuk berkomunikasi satu sama lain sepuasnya.

'Syla, Ren, Ruby, sini ke kamar bentar...'

Mereka semua menjawab dan segera berangkat ke sini. Dalam waktu beberapa menit, kami semua sudah berkumpul di kamar. Aku menyampaikan kepada mereka bertiga tentang hasil pembicaraanku dengan Sylph barusan.

Menurutku, sekarang adalah waktu yang tepat untuk kembali melanjutkan rencanaku mengumpulkan Pure Element Crystal dan material utamanya, dimulai dari Undine dan Dryad dengan bantuan Sylph. Sedangkan untuk Salamander, aku masih belum begitu memikirkannya. Aku akan dapatkan apa yang bisa kudapatkan dengan mudah terlebih dahulu.

"Ok, aku packing sebentar ya, Arka..." Kata Ren.

"Aku ngomong ke Ayah bentar ya, sayang... Mau ngabarin." Syla tersenyum.

"Ruby... Ruby mau ngapain ya... Hmm... Ruby di sini aja deh!"

"Sip!" Jawabku untuk mereka semua.

Ren memasukkan beberapa pakaian ganti dan beberapa bahan makanan untuk berjaga-jaga siapa tahu akan diperlukan. Karena kami sebenarnya tidak tahu berapa lama perjalanan ini akan berlangsung. Menuju lokasi Dryad lalu lanjut ke lokasi Undine.

"Ren, siap!"

"Syla, siap!"

"Ruby juga, siappp!"

"Sejak kapan kalian jadi kayak militer gitu?"

Kami segera berangkat. Raja Rubion mengantar kami ke halaman belakang Istana Kerajaan Acresta. Di sana, Ruby melakukan Full-Scale Dragon Transformation. Kami bertiga naik ke punggungnya.

Dengan Sylph menjadi penunjuk arah dan pemberi tambahan dorongan angin kepada Ruby, kami terbang dengan sangat cepat melebihi kecepatan suara. Entah iya entah tidak melebihi kecepatan suara, yang jelas kami terbang dengan sangat cepat.

Hanya beberapa jam saja terbang dengan kecepatan tinggi ke arah barat daya, kami sampai di sebuah pohon raksasa. Jika dibandingkan dengan pohon yang dijadikan istana bagi Kerajaan Acresta, maka pohon itu hanya sebesar biji yang baru bertunas.

Pohon ini, besar. Bukan main besarnya.

"Yang Mulia, ini adalah tempat bersemayamnya Dryad, Earth Elemental Spirit. Pohon ini adalah Eternal Tree. Kita akan masuk ke dalamnya dari atas dan terus menyusuri lorong yang terdapat di dalamnya. Dryad berada di bagian terdalam dari akar utama pohon ini."

"Pohon segede ini... Wah, bakal lama nih..." Gumamku.

"Yang Mulia tidak perlu melalui jalur yang panjang. Hamba akan menunjukkan jalur tercepat menuju ruang singgasana Dryad."

"Wah... Makasih, Sylph. Yuk, gas..."

Kami pun langsung memasuki bagian dalam batang Eternal Tree dari sebuah pintu rahasia. Di dalamnya, terdapat lorong yang bercabang-cabang. Aku sempat menggunakan Darkness Sense untuk sesaat, dan menemukan banyak sekali monster dengan elemen earth berkeliaran. Ada yang berupa batu, tanaman, maupun monster yang memiliki habitat di dalam tanah.

"Lewat sini, Yang Mulia."

"Ok."

Kami berempat mengikuti kemana Sylph terbang. Ternyata, ada ruang rahasia yang di dalamnya terdapat portal teleportasi. Kami pun memasuki portal teleportasi tersebut. Kami sampai di portal teleportasi tujuan hanya untuk menemui portal lain di sebelah kami.

Hingga pada portal teleportasi terakhir, aku sudah menghitung bahwa ada 5 kali kami keluar-masuk portal.

Dan sekarang, sebuah taman di dalam tanah. Taman yang cerah karena adanya cahaya terang dari langit-langitnya. Sepertinya sumber cahaya itu adalah dari sesuatu yang menampung mana dalam jumlah luar biasa besar.

Bermacam tanaman tumbuh subur di ruangan besar ini. Tersusun rapi bagaikan karangan bunga yang besar.

"Wah... Indah banget di sini!" Kata Syla.

"Iya... aku nggak menyangka ada yang seperti ini..." Ren juga.

Syla dan Ren terpesona melihat keindahan taman di bawah tanah ini.

"Ada berantemnya nggak kita?" Tapi Ruby, hanya peduli dengan pertarungan. Naga battle-freak ini...

Sylph terbang meninggi. Dia terlihat seperti sedang mencari sesuatu dari ketinggian.

"Dryaaaaad! Sini keluaaaarrr!" Sylph berteriak dengan suara imutnya.

Beberapa detik tidak ada jawaban. Tapi aku merasakan lantai yang kuinjak sedikit bergetar. Dan...

*Ggrrrruuukkkkkrrrrrrrrkkkkk*

Bersama suara gemuruh menggema, muncul akar-akar ke permukaan dari bawah lantai. Akar-akar besar itu berkumpul ke suatu titik dan saling melilit membentuk seperti tugu akar spiral. Setelah semua akar menyatu, bagian ujung atas yang lancip itu mulai terpisah. Ibarat kuncup bunga yang mekar di video time-lapse, perlahan tugu akar spiral itu terbuka dari atas ke bawah.

Di dalamnya, sudah ada sebuah sosok makhluk yang terlihat menyerupai hasil persilangan antara manusia dan tanaman. Rambutnya panjang melebihi kakinya, berwarna hijau kecoklatan, dengan bunga-bunga kecil berwarna-warni tumbuh di rambut tersebut. Tubuhnya menyerupai manusia versi anak-anak, tapi polos dan rata saja tanpa ada kelamin maupun puting susu seperti manusia.

Meski tubuhnya menyerupai manusia, kedua tangan dan kakinya berwujud seperti ranting dan akar tanaman. Matanya bulat besar, berwarna hijau seluruhnya. Tidak ada hidung, dan mulutnya kecil dengan bibir yang sangat tipis.

"Lama tak berjumpa, Sylph..." Dryad berbicara dengan suara yang terdengar seperti gabungan dari 2 orang, pria dan wanita.

"Yaa... Apa kabar, Dryad... Sudah seribu tahun, ya..." Jawab Sylph dengan nada datar.

"Ah... Saat Demon Lord masih hidup... Nostalgia sekali. Ada urusan penting apa sampai Sylph sendiri yang datang ke rumahku yang kumuh ini?" Dryad bertanya dengan nada sedikit menyombong.

"Langsung saja. Aku kesini untuk mengantarkan Yang Mulia Demon Lord menemuimu."

"Ya... Tentu saja kamu akan membawa Demon Lord kemari-- Tu-! Tunggu! Apa katamu, Sylph!?"

"Hahhh... Aku membawa Yang Mulia Demon Lord untuk menemuimu..." Sylph dengan ekspresi yang sudah malas menanggapi Dryad.

"Coba ulangi sekali lagi! Sekali lagi! Aku rasa telingaku sedang bermasalah!" Dryad berbicara dengan beberapa tetes keringat non-eksisten menggumpal di dahinya.

"Hadehh... Dryad... Perkenalkan, ini adalah Yang Mulia Demon Lord yang baru..." Kata Sylph sambil menoleh ke arahku lalu menundukkan kepalanya kepadaku.

"De-! Demon Lord!? Sylph, kamu tidak sedang bercanda, kan!?"

"..." Sylph hanya diam dengan wajah lelah.

"Aku... Belum percaya..." Kata Dryad dengan lemah.

"Apa maksudmu 'belum percaya'!? Kamu meragukan kata-kataku!?" Sylph marah mendengar jawaban Dryad.

Tentu saja dia tidak percaya. Mana mungkin orang bisa percaya jika tiba-tiba datang orang asing yang mengaku Demon Lord? Sylph saja baru memanggilku Demon Lord setelah dia melihat kekuatan yang kukeluarkan ketika aku lepas kendali atas diriku.

Bahkan, aku sendiripun sangat tidak percaya bahwa diriku adalah seorang Demon Lord. Tapi semua monster yang sudah melihat kekuatanku, mengatakan demikian...

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Bukan maksud hamba untuk meragukan Yang Mulia maupun perkataan Sylph barusan. Tapi, izinkan hamba melihat sedikit saja kekuatan Yang Mulia dengan mata kepala hamba sendiri!"

Wah. Ini tidak bagus. Terakhir kali aku melakukannya, butuh waktu sebulan untuk tubuhku beradaptasi dan tersadar. Bagaimana cara aku melakukannya? Apa yang harus kutunjukkan kepadanya?

"Dryad, untuk pertama dan terakhir kalinya aku melihat kekuatan Yang Mulia, rumahku hancur menjadi puing-puing. Gunung rata menjadi dataran. Kalau kamu rela pohon besar ini hancur lebur, aku tidak akan menghalangimu lagi." Jelas Sylph.

"J-jangan! Hamba mohon, Yang Mulia! Izinkan hamba melihat sedikit saja kekuatan Yang Mulia tanpa harus mengorbankan Eternal Tree ini! Hamba mohon!" Dryad ketakutan, tapi tetap ingin melihat kekuatanku.

Tak ada pilihan lain. Aku harus menunjukkan salah satu skill milikku. Skill apa? Yang simpel tapi efektif tanpa merusak?

Darkness Sense? Tidak begitu 'terlihat' dan juga tidak 'terasa'. Darkness Reins atau Darkness Creation? Rasanya kurang greget sebagai sebuah pembuktian. Atau, Raise Undead? Ah, aku membutuhkan mayat dari makhluk yang kuat agar aku dapat membangkitkan Undead yang kuat. Coret.

Di antara Devil's Glare, Death Fate, dan Deep Slumber... Sepertinya akan beresiko jika menggunakan Death Fate. Dan Deep Slumber malah akan membuat dia tertidur. Baiklah, aku akan menggunakan itu, tapi dengan intensitas magic power yang sangat tinggi. Mungkin aku akan menggunakan 5% dari mana-ku sekaligus. Apa boleh buat...

"Okelah kalo gitu..." Ujarku.

"Yang Mulia!?" Sylph terlihat khawatir.

"Tenang, aku nggak bakal ngerusak pohon ini. Dryad, kau siap?"

"Kapanpun, Yang Mulia!"

"Devil's Glare."

*Ssssssshhhhh*

Kurasakan aliran dark magic yang sangat banyak menuju kedua mataku. Kemudian dark magic tersebut dikonversi menjadi gelombang teror yang memberikan efek fear kepada makhluk apapun yang kutatap.

"Ha-! Ugh-! Ya-! Yang-! Mu-Mulia!"

Dryad tidak dapat mengontrol aliran magic di dalam tubuhnya yang menggila setelah terkena gelombang teror yang memberikan status fear kepadanya. Untuk berbicara saja dia tampak kesulitan. Sepertinya sudah cukup.

"A-A-Arka! Se-sesak nafas! S-stop!" Loh, Syla juga terkena efek fear padahal aku tak menatapnya?

"Ar... Ka..." Eh, Ren juga?

Buru-buru kunonaktifkan Devil's Glare. Terlalu banyak mana yang kugunakan untuk skill itu. Dan, memang baru kali ini aku menghabiskan 5% mana sekaligus hanya untuk 1 skill. Efeknya terlalu kuat sehingga menimbulkan kebocoran yang mempengaruhi orang-orang di sekitarku.

""Hahh... Hahh... Hahh..."" Syla dan Ren langsung mengambil nafas setelah tak dapat menghirup udara selama aku mengaktifkan Devil's Glare tadi.

"Y-Yang Mulia... Hamba... Hamba percaya bahwa Yang Mulia... Adalah Demon Lord." Dryad menatapku dengan mata melotot, lalu berlutut kepadaku.

"Udah, bangun... Sebenarnya aku mau minta sesuatu..." Aku langsung pada pokok permasalahan yang membuatku datang kesini.

"Sebutkan saja, Yang Mulia. Apapun akan hamba berikan kepada Demon Lord."

"Ahh... Pertama, jangan panggil aku Demon Lord. Aku kurang suka itu. Panggil aja Arka. Kedua, aku kesini mau minta Pure Earth Crystal punyamu." Jelasku.

"Baiklah, Yang Mulia. Ini adalah Earth Crystal yang terbaik di dunia ini. Hamba persembahkan kepada Yang Mulia." Ujar Dryad sambil menyerahkan kristal berwarna kuning dan bercahaya sangat terang.

"Oh, makasih." Balasku sambil menerima kristal tersebut lalu memberikannya kepada Ren untuk disimpan.

"Yang Mulia. Mulai sekarang, hamba akan bersumpah setia kepada Yang Mulia. Kapanpun dan dimanapun Yang Mulia Arka membutuhkan hamba, tinggal panggil nama hamba. Hamba akan melakukan apapun yang diperintahkan oleh Yang Mulia kepada hamba."

"Makasih, Dryad. Kalo gitu, bantu aku minta Pure Water Crystal ke Undine, dong. Sama Sylph juga." Pintaku kepada Dryad dan Undine.

""Kami siap melayani Yang Mulia Arka!"" Dryad dan Sylph menjawab permintaanku dengan serempak, seperti sudah terlatih sebelumnya.

Pure Wind Crystal yang bercahaya hijau terang dan Pure Earth Crystal yang bercahaya kuning terang telah aku dapatkan. Kristal yang berbentuk bulat sempurna itu sudah masuk ke dalam Trans-Dimensional Storage milik Ren. Sebentar lagi, Pure Water Crystal. Dengan bantuan 2 Elemental Spirit yang sudah mengabdikan diri kepadaku, sepertinya ini tidak akan lama.

"Dryad dan Sylph. Aku mau nanya. Kalo kristal kalian dibelah jadi dua, apa kekuatannya masih sama atau jadi berkurang?" Tanyaku untuk memastikan.

"Kalau dibagi menjadi 2, kekuatannya masih penuh, Yang Mulia." Jawab Sylph.

"Biar kami saja yang membelahnya, Yang Mulia! Agar bentuknya tetap sempurna dan kekuatannya tidak berkurang! Dan yang terpenting, supaya Yang Mulia tidak perlu melakukan apa-apa!" Dryad menawarkan solusi dengan antusias.

"Oh! Aku terima tawaran itu!" Pekerjaanku jadi lebih mudah.

"Terima kasih, Yang Mulia!" Dryad menanggapi.

"Yuk, langsung ke tempatnya Undine!" Perintahku kepada semuanya.

"Yahhh Ruby nggak dapet giliran berantem..." Ruby, hanya memikirkan pertarungan.

***

Raging Energy!

Fazar menggunakan salah satu skill Summoner. Skill ini dapat membuat makhluk-makhluk yang di-summon oleh Sang Summoner langsung memasuki mode enraged (mengamuk) tanpa harus menunggu HP-nya berkurang banyak dulu.

Saat monster memasuki mode enraged, semua statusnya meningkat 50%, membuat kecepatan dan kekuatan serangnya meningkat pesat. Namun, serangannya jadi membabi buta dan tidak terkontrol. Durasi skill ini hanya akan bertahan selama 5 menit saja. Setelah itu, monster-monster langsung melemah.

Hal tersebut dikarenakan oleh pemaksaan pada fisik monster yang melebihi kapasitas kekuatannya. Pada kondisi normal, mode enraged ini akan muncul di saat monster sudah hampir mati, sehingga monster tersebut sudah nothing to lose.

Fazar belum mengetahui ini karena dia belum pernah mendapat kesempatan seperti ini untuk mengeluarkan skill Raging Energy sampai batas maksimal.

"Lukas! Ada yang aneh dari monster-monster ini--aargh!"

*Dooongg*

Garen kurang fokus karena dia ingin menyampaikan sesuatu kepada Lukas. Membuatnya gagal menghindari tendangan keras dari Bronze Golem yang enraged. Tapi tower shield miliknya masih dapat melindunginya, hanya membuatnya terdorong beberapa meter.

"Garen! Hupp! Hah! Hah! Hiyah!"

Lukas tidak dalam posisi yang bisa mengkhawatirkan Garen. Dia sendiri kuwalahan menghadapi serangan para Giant dan Emerald Wolf yang tiba-tiba mengamuk. Kekuatan dan kecepatan mereka meningkat pesat.

Bahkan, saat Lukas berhasil menghindari pukulan kayu dari seekor Giant, dia tetap terkena batu-batu yang terlempar ke arahnya akibat tanah yang terhambur ketika berhantam dengan kayu Giant tersebut. Sayang sekali, mereka tidak memiliki DPS yang menggunakan senjata besar untuk membunuh monster-monster besar itu dengan cepat.

Di saat Lukas baru saja akan mendarat dari lompatannya, sepasang taring panjang sudah siap menerkamnya. Menghadapi itu, tidak ada pilihan lain bagi Lukas selain mengeluarkan skill.

"Scissor Illusion!"

Tubuhnya berbayang lalu langsung menjadi dua. Terkaman Emerald Wolf hanya menghasilkan bunyi rahang yang beradu tanpa ada korban. Sesaat kemudian, dua bayangan Lukas itu bergerak dengan sangat cepat ke arah saling menyilang.

*Shaaasshh sshhaasshh sshaaasshh*

Gerakan yang sangat cepat itu meninggalkan afterimage yang membentuk huruf X. Di jalur yang dilalui huruf X tersebut, dua ekor Emerald Wolf terkena sayatan lebar dan salah satu tendo achilles (urat di belakang tumit) seekor Giant putus dibuatnya.

Dua Emerald Wolf tersebut terkapar kesakitan karena sayatan panjang dari wajah hingga perutnya telah membuat ususnya terburai keluar. Sedangkan Giant tersebut kesulitan untuk berdiri karena satu kaki sudah tidak bisa dipakai untuk berdiri lagi.

Namun, setelah skill Scissor Illusion berakhir, ayunan batang kayu yang besar dan tak terhindarkan lagi, sudah menyambut Lukas. Giant lain menyerang Lukas tepat di ujung manuver skill yang barusan dilakukannya.

"Lukas! Shield Rush! Jump Shield!"

Garen yang melihat itu dari sebelumnya, langsung berusaha menembus celah antara beberapa Bronze Golem yang menghadangnya. Shield Rush agar dia dapat berlari dengan cepat ke arah Lukas, lalu Jump Shield supaya ada tambahan dorongan dari lompatan. Dua skill itu dilakukan berurutan untuk mempercepat dirinya sampai di dekat Lukas.

*Dhuaaanngg!*

"Ughaaahh!"

Namun sayang, rencana Garen digagalkan oleh pukulan keras dari sebuah Bronze Golem yang enraged ketika ia sedang melompat di udara. Alih-alih menolong Lukas, Garen malah terlempar semakin jauh.

*Praakk*

"Hoaaakkk!"

Di saat yang sama, karena Garen gagal melindunginya, Lukas pun terkena pukulan batang kayu besar dari Giant. Lukas terpental dan jatuh terjerembab di tanah.

Normalnya, Petualang Plat Diamond dapat mengalahkan monster kelas D dengan mudah. Akan tetapi, puluhan monster kelas D yang mampu berkoordinasi dengan sangat baik, sepertinya masih terlalu kuat untuk mereka lawan.

***BERSAMBUNG...***

______________________________________

Pergi sana, manusia hina lemah yang tidak mau vote! Cihh!

K-Kak... Ja-jangan marah-marah...

Biarkan aku, Aesa! Brengsek kalian semua yang pelit dan malas dalam memberikan vote!

K-Kak Cyane... Ma-maafin Kak Cyane ya P-Pembaca semuanya...