Hmmmm... Entah kenapa hari ini kurang mood mengetik cerita. Mungkin perlu rehat sejenak untuk menyegarkan hati dan pikiran dulu, ya?
Yuk vote dan komentar! Kalau bersedia, boleh dibantu share ceritanya supaya orang lain juga tahu dan bisa menikmatinya.
Selamat membaca!
_______________________________________
"Arka... Perutku sakiiit..."
"Loh, kok bisa sakit, Syl?"
"Nggak tau... Sejak bangun tidur udah mulai sakit, tapi sekarang malah tambah sakit..."
"Kamu lagi menstruasi?"
"Menstruasi itu apa?"
"Ituu... Kan biasanya sebulan sekali ada darah keluar dari vagina cewek itu..."
"Ohh maksudmu Bulan Darah? Nggak sih, udah kelar sejak 5 hari yang lalu."
"Ooo... Aku baru tau kalo di sini disebutnya gitu."
"Ya ampun sayang, setelah selama ini??"
"Udah sini coba kuperiksa dulu... Buka bajunya."
"Eh? Buka semua?"
"Emangnya kamu nggak mau buka baju di depan aku?"
"Ya nggak masalah, sih... Nggak sekalian dibuka juga bra-nya?" Lalu Syla membuka bajunya dengan santai di depanku, memperlihatkan bra berbahan sutera berwarna putih yang dipakainya.
"Ng-nggak usah, nanti jadi panjang urusannya haha..."
"Arka mesumnya kok nanggung-nanggung, sih..."
"Hehh... Ini untuk pemeriksaan... Untuk pemeriksaan aja kok..." Alibi ampas, aku yakin Syla tidak percaya tapi bodo amat.
Saat ini, kami hanya berdua saja di salah satu kamar tamu istana. Tadi Syla mengajakku masuk karena katanya ada hal penting yang mau dibicarakan denganku. Ternyata, hal penting itu tentang sakit perutnya.
Tidak ada stetoskop. Jadi aku menempelkan telinga kananku di perut Syla untuk mendengar bunyi peristaltik ususnya.
Ahh... Lembut dan halusnya kulit perut Syla... Pipiku menikmati lembutnya bersentuhan dengan kulit Syla. Aku juga menikmati aroma tubuh alami Syla yang fresh dengan sedikit aroma white musk. Rasanya aku ingin berlama-lama seperti ini hahaha...
Fokus. Bunyi peristaltiknya masih dalam batas normal. Berarti aku anggap tidak ada permasalahan. Berikutnya perkusi. Aku mengetuk perut Syla untuk mendengarkan bunyi ketukannya.
Normalnya, bunyi perkusi perut adalah tympani, yaitu seperti bunyi gendang tung tung tung. Bila bunyinya lebih lantang atau lebih redup, atau malah berbeda, kemungkinan ada masalah. Tapi, suara ketukan perut Syla tympani di seluruh lapang perutnya.
Kemudian kulanjutkan palpasi. Yaitu menekan perutnya dengan jari-jari di tanganku. Kumanfaatkan kesempatan ini sambil mengelus kulit Syla yang sangat lembut. Ternyata memang benar, kulit wanita itu lebih lembut daripada kulit pria.
"Kalo sakit pas kutekan, bilang ya..."
"Iy--aduduh! Di situ sakit!"
Baru kutekan sekali, sudah langsung sakit. Aku mulai menekan dari bagian ulu hati Syla. Lalu berputar searah jarum jam hingga meliputi seluruh bagian perutnya. Bagian perut yang mengalami nyeri tekan adalah di ulu hati dan di bawah rusuk kiri. Sementara, kecurigaanku adalah gastritis, atau biasa disebut maag.
Gastritis ini, bisa terjadi karena beberapa hal. Yaitu kurangnya kemampuan lapisan pelindung dinding lambung dalam melindungi dari asam lambung, atau adanya iritasi dan kerusakan jaringan mukosa lambung akibat zat-zat dari luar.
Berkurangnya kemampuan sistem pelindung dinding lambung bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti stres, alkohol, obat-obatan antinyeri/antiradang non steroid, kokain, radiasi, alergi, atau iskemia (kurangnya pasokan aliran darah).
Sedangkan yang dapat merusak jaringan mukosa lambung adalah cairan empedu, keracunan makanan, infeksi virus, infeksi bakteri, infeksi jamur, dan makanan yang bersifat iritatif seperti cabe dan semua yang pedas. Yah, rasa pedas itu sendiri sebenarnya merupakan sensasi nyeri yang disebabkan oleh adanya iritasi dari cabe pada jaringan mukosa di mulut.
Selain itu, rokok dan kopi juga bisa merusak mukosa lambung secara tidak langsung, karena dapat meningkatkan jumlah asam lambung.
Jaringan mukosa itu adalah jaringan yang berada di lapisan terluar pada dinding rongga di dalam tubuh kita. Pipi bagian dalam, lidah, lubang hidung, lubang penis, lubang vagina, lubang anus, semuanya dilapisi jaringan mukosa, termasuk bagian dalam lambung. Biasanya teksturnya licin dan basah.
Lalu bagaimana caranya untuk mengobati gastritis ini? Yang paling mudah adalah dengan minum obat-obatan dari golongan antasida, biasanya sangat mudah dicari. Obat maag yang dijual di warung-warung kebanyakan merupakan golongan antasida. Akan tetapi, antasida sendiri efeknya hanya jangka pendek.
Obat golongan lain yang berfungsi untuk melapisi dinding bagian dalam lambung supaya jaringan mukosa tidak terkena asam lambung, cairan empedu, dan zat iritatif lainnya. Salah satunya adalah Sucralfate.
Lalu ada obat dari golongan H2 Blocker seperti Ranitidine, Famotidine, dan Cimetidine. Fungsinya untuk mengurangi produksi asam lambung. Tapi ada obat yang lebih kuat lagi dalam hal mengurangi asam lambung, yaitu golongan Proton Pump Inhibitor. Obat-obatan yang masuk dalam golongan ini antara lain adalah Omeprazole, Lansoprazole, dan Pantoprazole.
Obat-obatan di atas bisa dibeli di apotek terdekat saat diperlukan. Tapi sebaiknya jangan digunakan untuk anak-anak. Lebih baik diperiksakan ke dokter kalau ada keluhan anak yang mirip dengan gejala maag.
Itu tadi adalah obat-obatan yang aku ingat sewaktu masih kuliah dulu. Lalu untuk pencegahan, kita bisa melakukan hal-hal berikut.
Pertama, makan teratur. Jangan sampai terlambat makan. Apalagi sarapan, itu sangat penting karena sudah semalaman perut kita kosong saat kita tidur. Jumlah asam lambung di pagi hari menjadi sangat tinggi. Dengan sarapan, kita membantu mengurangi jumlah asam lambung.
Lalu berikutnya, hindari mengkonsumsi makanan dan obat yang meningkatkan resiko terkena gastritis. Bisa juga dengan mengurangi konsumsi kopi dan rokok. Yaaa, tapi yang dua ini kembali lagi ke orangnya masing-masing. Tahu sama tahu lah kita...
Begitu saja yang masih aku ingat. Entah benar atau tidak, karena aku tidak terlalu memperhatikan dosen saat masih kuliah. Dan, ingat! Aku dilempar ke dunia ini sewaktu baru memulai Koas! Ilmuku kebanyakanilmu SKS (sistem kebut semalam) hahaha! Oh, ya... Di dunia ini tidak ada obat-obatan seperti itu.
"Intinya kayak yang kujelasin di atas tadi, Syl. Sekarang, kamu minum air aja yang banyak dan makan bubur dulu. Dikit-dikit aja makannya tapi sering, biar cepet baikan. Abis itu mulai nerapin yang aku kasih tau tadi."
"Hmm... Ok deh. Makasih sayang... Cupps!" Syla, kumat lagi, mencuri kecupan di bibirku pada saat-saat yang paling tak terduga begini.
"Eh... M-makasih..."
"Ih Arka baru digituin aja langsung merah mukanya. Kayak anak gadis lugu aja."
"Mentang-mentang udah nggak gadis lagi..."
"Loh iya dooong! Kan udah dikasihin ke Arka! Hihihi..." Balas Syla, malah bangga.
***
"Tuan Putri! Grista! Aesa!" Teriak Garen saat kami berpapasan di titik temu yang sudah kami sepakati sebelumnya.
"Teman-teman!" Grista membalas panggilan Garen.
"Di sana sepertinya banyak monster raksasa yang sedang mendekat ke sini." Kata Garen.
"Ya, aku juga ngeliat, Gar. Ada puluhan kayaknya. Banyak yang terbang juga."
"Ini akan jauh lebih berat daripada sekedar Orc dan Goblin. K-Kak Cyane... Moho--" Garen.
"Tidak mau." Kupotong kata-kata Garen yang telah kuketahui kemana arahnya, dengan penolakan tegas.
Mereka ini... Padahal hanya monster lemah saja yang akan mereka hadapi. Berlebihan sekali. Dan aku tidak akan membantu menyerang monster-monster itu kecuali mereka akan melukai Aesa. Untuk saat ini, tanggungjawabku kepada Tuan Arka hanya untuk membawa Aesa kembali dengan selamat tanpa lecet sedikitpun.
Lagipula, mereka harusnya sudah cukup kuat untuk menghadapi segerombolan monster kelas C, apalagi kelas D saja. Selemah apa sebenarnya Lunar Eclipse ini? Dengan tambahan kekuatan dari Tuan Arka, bukankah seharusnya mereka sudah kuat? Aesa saja sudah bisa mengeluarkan magic yang hampir sekuat magic-ku.
"Hehe... Gitu yaa... B-baiklah. Kalau gitu, selain Kak Cyane, aku butuh bantuan kalian!" Kata Garen sambil tersenyum garing.
"Aku pasti akan membantu!" Liv terlihat menggebu.
"M-mungkin magic-ku nggak begitu ku-kuat... Tapi aku c-coba bantu semampuku..." Sepertinya Aesa masih belum memahami bahwa kekuatannya sudah cukup besar.
"Hahaha... Kata orang yang udah bikin planet ini jadi nggak bulat lagi cuman dengan 1 skill..." Fiana menanggapi Aesa sambil tertawa geli.
"Ma-maafkan aku..."
"Nggak apa-apa kok, Aesa... Fiana ini kenapa sih ngomong kayak gitu!" Grista tampak kesal dan membela Aesa.
"E? Maaf...?" Tapi Fiana malah bingung kenapa Grista memarahinya.
"Ya udah. Ini, kalian semua minum dulu potion-potion ini. Biar kalian fit lagi buat ngelawan monster-monster itu." Grista membagikan bermacam-macam vial yang masing-masingnya berisi cairan berwarna merah, biru, dan kuning.
Manusia memang memiliki stamina, kekuatan fisik, dan kapasitas mana yang sangat rendah. Mereka mengandalkan item-item seperti itu untuk dapat bertahan dalam menghadapi pertempuran yang panjang dan berat. Aku heran, kenapa makhluk-makhluk selemah ini masih belum punah?
Semua manusia itu lemah. Kecuali Tuan Arka. Karena walaupun Tuanku tidak mengakuinya, sungguh aku dapat merasakan kekuatan seorang sosok Demon Lord di dalam dirinya. Itu pula yang membuatku memutuskan untuk mengikutinya sampai sekarang. Dan selain itu, semakin lama mengikutinya, aku jadi semakin menyukai Tuan Arka. Ahhh aku merindukan belaian Tuan Arka...
Mereka semua meminum vial-vial yang dibagikan oleh Grista. Aesa, tidak meminumnya. Kata Aesa, HP, MP, dan staminanya masih 100% karena dia memiliki regenerasi alami yang cukup tinggi sehingga dia mengembalikan semuanya kepada Grista. Seperti yang diharapkan dari seorang calon istri Tuan Arka.
"Mereka datang!" Grista memberi peringatan.
"Minor Dragon, Gryphon, dan Wyvern di udara. Golem, Giant, dan... Emerald Wolf? Mereka di darat. Aesa, jubahmu itu terbuat dari kulit Emerald Wolf, kan?" Garen menganalisa kekuatan lawan.
"I-iya... Kak Arka yang memberikannya kepadaku..."
Aesa ini, kalau dia bisa lebih percaya diri lagi, pasti dia kelihatan sangat cantik dan berseri. Tapi aku tak boleh meragukan pilihan Tuan Arka. Jubah Aesa yang terbuat dari kulit Emerald Wolf itu, memberikannya tambahan status Agi. Kecil saja, hanya 5 poin. Tapi efek cahaya kehijauan dari bulunya memberikan keindahan tersendiri ketika dikenakan Aesa.
"Aesa dan Fiana. Tolong tangani musuh-musuh yang berada di udara dulu. Aku dan Lukas akan menghadapi yang di daratan." Garen mengkoordinasi tim.
"Sebelum dimulai... Expert Str Up, Expert Agi Up, Expert Vit Up, Expert Dex Up, Expert Int Up, Brave Heart, Damage Amplify, Angel's Embrace."
Liv mengaktifkan semua buff yang akan membantu seluruh tim untuk melawan monster-monster yang datang. Buff dari Liv adalah buff yang dapat meningkatkan status seperti layaknya menambah level mereka sebanyak 30 poin.
Selain itu, Brave Heart akan melindungi mereka dari debuff akibat Dragon Aura dan Dragon Roar yang dapat memberikan efek fear sehingga bisa mengurangi kemampuan mereka dalam bertarung.
Damage Amplify akan meningkatkan damage yang mereka hasilkan sekitar 40%. Angel's Embrace akan mengurangi damage yang mereka terima sebanyak 40% juga.
"Makasih, Tuan Putri!"
"Mantap Tuan Putri!"
"Ma-makasih, K-Kak Liv..."
"Kalian panggil namaku saja kalau tidak sedang di acara formal."
"Ok, Liv!" Fiana langsung memanggil Liv dengan santai.
"Baiklah, L-Liv..." Garen masih sedikit canggung, lalu bergegas menuju monster yang mendekati mereka bersama Lukas.
"Garen, Lukas, tunggu sebentar! Magic Armor! Fire Resist! Wind Resist! Quick Regeneration!"
Liv menambahkan buff tingkat menengah tambahan kepada Garen dan Lukas. Magic Armor, akan meningkatkan mdef target sebanyak 50 poin. Quick Regeneration akan mempercepat regenerasi HP dan MP menjadi 2 kali lipat. Tidak begitu terasa sebenarnya, karena regenerasi alami mereka termasuk kurang cepat juga pada dasarnya. Tapi lumayan. Liv juga memberikan buff yang meningkatkan resistensi 25% terhadap elemen api dan angin.
"Thanks, Liv!" Kata Garen sambil mengacungkan jempolnya.
"Hm." Lukas hanya menunduk untuk menunjukkan rasa terima kasih.
Akhirnya, Garen dan Lukas menerjang seluruh monster yang ada di darat. Di saat yang sama, Aesa dan Fiana juga sudah mulai merapalkan mantra sihir untuk menyerang monster yang ada di udara.
Grista tidak dapat melakukan apa-apa selain mengawasi dan memperhatikan medan tempur. Sedangkan Liv memperhatikan semua buff yang telah diaktifkannya kepada tim, bersiap untuk memperbaruinya jika durasi buff telah selesai.
***
"Tuan Rufius, mereka adalah Petualang Plat Diamond. Ada 6 orang manusia dan 1 Manusia Ikan."
"Manusia Ikan? Ras yang cukup langka untuk berada di tengah benua seperti itu."
"Tapi sepertinya dia tidak melakukan apa-apa. Hanya 2 orang mage dan 2 orang petarung jarak dekat yang menyerang."
"Hmm... Berhati-hati, Tuan Fazar."
"Baiklah, aku akan kembali berkonsentrasi kepada makhluk-makhluk summon-ku. Pertempuran telah dimulai."
Aku mengembalikan penglihatanku kepada salah satu Gryphon yang terbang. Dari semua monster yang ada di sana, Gryphon lah yang memiliki pandangan paling tajam. Belum lagi posisinya yang berada di udara. Mempermudahku dalam mendapatkan bird-view yang sangat jelas.
Wyvern, Gryphon, Minor Dragon, fokus hindari serangan-serangan dari 2 Mage itu!
Serangan 2 Mage itu tampak sangat kuat. Jika sampai mengenai monsterku, akan memberikan damage yang lumayan besar. Karena itu, aku akan memprioritaskan pada penghindaran serangan mereka dulu daripada menyerang dari udara.
Setelah monster di udara cukup aman, kualihkan fokusku pada 2 orang petarung jarak dekat yang sedang bertarung di darat. Kalau dilihat dari senjatanya, mereka adalah Tank dan Rogue. Rogue itu... Dia cepat sekali!
Rogue itu berlari, melompat, berguling, dan salto untuk menghindari serangan dari Giant dan Emerald Wolf. Melawan Emerald Wolf yang memiliki kecepatan tinggi saja, dia masih lebih cepat!
*Dooongg*
Tank itu mendobrak salah satu Bronze Golem milikku hingga oleng dan hampir terjatuh. Melihat itu, Sang Rogue langsung melompat tinggi ke atas Bronze Golem-ku. Dia berputar-putar dengan cepat di udara sambil menjatuhkan tubuhnya ke Bronze Golem! Apa yang akan dilakukannya!?
Emerald Wolf! Ganggu Rogue itu!
"Rrraauuffff!!!" Salah satu Emerald Wolf milikku melompat ke arah Rogue yang masih berputar di udara itu dan menerkamnya.
*Craaasss*
Apa!? Dia menggorok leher Emerald Wolf dengan mudah dan akurat sambil berputar di udara!? Dan momentum jatuhnya juga tak terganggu sedikitpun! Dia berputar-putar, jatuh dan hampir menabrak Bronze Golem yang masih tertatih setelah didobrak oleh Tank tadi.
Dia memposisikan jatuhnya tepat di depan Bronze Golem, dan salah satu tangannya menjulurkan dagger ke arah persendian lutut Bronze Golem. Gaya gravitasi ditambah dengan gaya centripetal membuat serangan daggernya menjadi sangat kuat!
*Crrraaanngg*
Ha!? Dengan sekali serangan menggunakan dagger yang sekecil itu, lutut Golem yang seluruh tubuhnya tersusun dari perunggu murni bisa pecah dan Bronze Golem itupun tumbang!? Kuat sekali dia!
"Ufu... Ufufufufu..." Tanpa sengaja, aku tertawa.
"Apa hal lucu yang sedang terjadi di sana, Tuan Fazar?" Rufius bertanya kepadaku.
Tapi aku hanya mengabaikan pertanyaan Rufius. Aku tetap fokus kepada pertarungan di sana. Satu Emerald Wolf dan satu Bronze Golem telah tumbang. Masih banyak, tenang saja.
Giant, serang Rogue itu! Bronze Golem, tahan pergerakan Tank! Emerald Wolf, intersepsi serangan dari Rogue itu jika dia menyerang Giant!
Perintah baru telah kuberikan. Bagaimana pasukanku mengeksekusi perintah itu?
Tiga Bronze Golem bergerak untuk mengepung Tank dan berusaha memisahkannya dari Rogue. Mereka tidak hanya diam berdiri memagari, tapi juga berusaha memukul, menendang, dan menginjak Tank tersebut.
Tank itu berusaha menangkis dan menghindari serangan dari tiga buah Bronze Golem. Kuat juga pertahanannya.
*Doonggg dooonngg booonngg brraakk*
Semua yang tidak dapat dihindarinya, ia tangkis menggunakan shield setinggi badannya sendiri. Tapi, tujuanku dari awal memang bukan untuk membunuh Tank itu menggunakan Bronze Golem. Tujuanku adalah untuk memutus tali koordinasi antara mereka berdua. Dan sepertinya berhasil! Hahaha...
Di saat yang sama, lima Giant secara bergantian dan bertubi-tubi menyerang Rogue itu. Giant menggunakan segala yang didapatkannya dari sekitar. Batang pohon, batu, semua bisa dijadikan senjata.
Rogue itu menghindar dan menghindar. Sesekali ia berusaha melancarkan serangan balik. Tapi di saat itu, Emerald Wolf langsung menghadangnya dengan gigi panjang dan tajamnya yang dapat digunakan untuk menahan serangan dagger Rogue tersebut.
Situasinya... Stalemate. Kalau begini terus, pasukanku tidak dapat melukai mereka, dan mereka tidak dapat membunuh pasukanku. Hal yang sama juga terjadi pada pasukan di udara. Ini tidak buruk. Tapi ini juga bukan hasil yang kuharapkan.
Kalau begitu, bagaimana kalau kita tingkatkan lagi suhu permainan ini?
Raging Energy!
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Hari ini kurang menyenangkan rasanya. Saya tidak tahu kenapa. Suasana dan atmosfernya terasa dingin dan kaku bagi saya. Sepertinya itu yang membuat jadi bad mood.
Terima kasih sudah membaca! Silahkan vote dan komentar! Share link cerita ini juga boleh hahaha!