Adakah Pembaca yang memiliki profesi dokter atau calon dokter? Kalau ada, silahkan mengomentari jika ada istilah atau penjelasan medis yang masih kurang tepat. Atau jika ada pandangan yang berbeda, bisa kita diskusikan. Saya sangat terbuka untuk itu semua.
Kalau tidak ada... Ya sudah. Selamat membaca saja... Tapi, bolehlah klik vote di bawah dulu... Kasihani saya yang mengetik terus tanpa dibayar. Vote itu gratis kok, dan bisa membuat Author menjadi senang... Apalagi kalau spam vote sekaligus semua chapter. Kalau bisa, sekalian share juga... Yah yah yah? #ModeMemelas #FakirVote #Najis
_______________________________________
"Summon Giant! Summon Emerald Wolf! Summon Wyvern! Summon Golem! Summon Minor Fire Dragon! Summon Gryphon!"
Hm. Aku telah summon 20 Giant, 32 Emerald Wolf, 19 Wyvern, 12 Bronze Golem, 10 Minor Fire Dragon, dan 13 Gryphon. Untuk saat ini, inilah barisan makhluk-makhluk terkuat yang dapat kupanggil. Manusia biasa tidak akan dapat mengalahkan pasukan seperti ini! Aku yakin, aku percaya dengan makhluk-makhluk summon milikku!
Semuanya! Serang dan hancurkan siapapun atau apapun yang membunuh pasukan Orc dan Goblin-ku di arah tenggara sana! Cepat!
Semua makhluk terkuat yang dapat ku-summon itu, langsung melaksanakan perintahku tanpa banyak basa-basi atau sedikitpun pembangkangan. Mereka 100% patuh kepadaku. Tentu saja... Kepatuhan makhluk summon itu tergantung pada tingginya status Dex Sang Summoner.
Dalam hal ini, aku memiliki hampir 500 Dex. Bahkan Petualang Plat Diamond pada umumnya, yang terkuat dengan Dex tertinggi sekalipun, setahuku tidak akan mencapai angka 200 Dex walau sudah menggunakan aksesori legendaris penambah Dex. Dengan kata lain, Dex milikku ini OP (overpower, berlebihan).
"Seperti yang diharapkan... Kemampuan skill summon Tuan Fazar memang menakjubkan..." Rufius memujiku dengan senyuman puas.
"Terima kasih pujiannya, Tuan Rufius. Tapi aku masih harus meningkatkan pengetahuan dan penguasaanku dalam summon magic ini." Balasku, lalu melanjutkan fokusku kepada makhluk-makhluk yang barusan ku-summon.
Giant. Demihuman yang memiliki penampakan seperti manusia, namun memiliki ukuran raksasa yang jauh lebih besar dari ukuran manusia. Tingginya saja berkisar antara 10-15 meter. Kekuatan fisiknya, jelas sangat besar.
Lalu ada Bronze Golem. Monster yang menyerupai Stone Golem, namun tubuhnya terbuat dari perunggu. Meskipun seharusnya monster ini memiliki bobot yang jauh lebih berat daripada Stone Golem, anehnya, dia dapat bergerak lebih cepat.
Berikutnya, Emerald Wolf. Monster yang menyerupai serigala raksasa, dengan ciri khas yang terletak pada ujung rambut di tubuhnya yang menghasilkan cahaya kehijauan. Damage fisik yang dihasilkan monster ini adalah yang paling kecil di antara makhluk-makhluk summon lain yang kupanggil barusan. Namun, kecepatannya adalah satu yang tertinggi.
Gryphon. Monster terbang yang memiliki fisik berupa gabungan dari badan singa, kepala dan sayap elang. Untuk kekuatan secara keseluruhan, dia berada sedikit di atas Wyvern. Karena Gryphon memiliki paruh dan cakar yang panjang, tajam, dan kokoh. Merupakan senjata mematikan ketika dikombinasikan dengan kemampuan manuver terbang yang gesit. Dan kepakan sayapnya juga dapat menghasilkan serangan fisik dengan elemen angin.
Lalu, Wyvern dan Minor Dragon. Sekilas, mereka mirip. Ya, sama-sama monster kadal raksasa bersayap. Namun ada 2 perbedaan fundamental di antara kedua makhluk ini.
Yang pertama, secara fisik, segala jenis Minor Dragon pasti memiliki 4 ekstremitas (alat gerak) yang terpisah dari sayapnya. Untuk Wyvern, hanya memiliki 2 tungkai, sedangkan 2 lengannya menyatu dengan sayapnya seperti kelelawar.
Lalu perbedaan mendasar yang kedua adalah breath attack. Naga atau dragon memiliki skill magic yang disebut breath attack sesuai dengan elemen bawaan dari dirinya sendiri. Setiap naga dapat menembakkan magic elemen tertentu dari mulutnya, yang memiliki daya hancur sangat tinggi. Sedangkan Wyvern, hanya memiliki serangan fisik.
Dalam hal kekuatan fisik, baik Minor Dragon maupun Wyvern memiliki nilai yang nyaris setara. Yang membuat peringkat mereka dalam monster kelas D menjadi terpaut cukup jauh hanyalah breath attack yang dimiliki oleh Minor Dragon. Minor Dragon adalah satu-satunya monster kelas D yang memiliki skill breath attack.
"Baiklah... Kita lihat kekuatan mereka sampai dimana."
***
"Selamat pagi, Tuan Putri!"
"Sudah lama tak melihat Tuan Putri! Tambah cantik saja!"
"Tuan Putri sudah kembali!"
"Tuan Putri, ini ambillah manisan untuk Tuan Putri!"
"Wah, semakin cantik saja, Tuan Putri!"
Membalas semua sapaan itu, Syla hanya tersenyum manis sambil melambaikan tangan kepada mereka.
Tak banyak yang berubah di sini. Sylaria Wyndia Acresta memang Tuan Putri yang sangat dicintai oleh seluruh masyarakat Dark Elf di Kerajaan Acresta. Semua orang menyapanya dengan senyum ramah. Bahkan ada yang memberikan dagangan mereka secara cuma-cuma kepada Syla.
Dan, tidak banyak yang berubah juga dengan Syla. Dulu dan sekarang, setiap kami jalan-jalan keliling wilayah Kerajaan Acresta, dia masih selalu menggandeng lengan kananku dengan manja dan intim. Hal seperti menjepitkan lenganku di antara dua buah payudaranya yang besar itu sudah menjadi pemandangan yang wajar bagi semua orang di sekitar sini. Mereka tidak mengambil pusing lagi dengan hal ini.
"Ruby! Jangan jauh-jauh!" Teriak Ren yang juga menggandeng lenganku, kepada Ruby yang sudah lari duluan jauh di depan.
"Nggak apa-apa, koook! Om dan tante di sini baik-baik semuaaa!" Ruby tidak mau mendengarkan Ren.
'Cimot, balik sini. Jangan jauh-jauh.' Melalui telepati, aku menegur Ruby seperti yang dilakukan Ren tadi.
'Uuu... Iya, iya...' Jawab Ruby dengan nada kecewa, dan diapun kembali ke dekat kami.
Berjalan-jalan hanya dengan kami berempat saja, terasa seperti nostalgia. Di awal perjalanan kami, hanya ada kami berempat saja tanpa perlu tanpa memikirkan orang lain. Tapi sekarang sudah ramai rasanya. Ada Lunar Eclipse, Aesa, Cyane, ditambah lagi Putri Kedua Kerajaan Balvara yang blangsak itu, si Liv.
Aku tidak membenci situasi dimana perjalanan kami selalu ramai. Aku juga senang jika perjalanan kami penuh obrolan, canda, dan tidak pernah terasa sepi. Tapi untuk saat ini, perasaan nostalgia ini terasa begitu hangat. Begitu nyaman. Semuanya terasa tenang.
Haha... Sesekali merasakan seperti ini bagus juga buat kondisi psikologis kami. Kami perlu refreshing juga tanpa memikirkan masalah yang datang, tanpa merencanakan nanti dan besok mau melakukan apa. Karena selama ini kami selalu hidup seperti mengejar sesuatu yang semu.
Suasana di Kerajaan Acresta ini juga sangat mendukung untuk refreshing. Lokasinya yang tertutup dari pengaruh dunia luar membuatnya tidak terkontaminasi dengan segala perihal dan guncangan politik semua kerajaan-kerajaan besar di Benua Erith.
Kerajaan Acresta, kampung halaman Syla ini, hanyalah kerajaan kecil yang dijadikan pusat pemukiman bagi para Dark Elf di benua Erith. Lokasinya di pedalaman Hutan Zurg yang paling dalam. Hanya sedikit sekali Merchant (pedagang) dari luar yang datang dan diizinkan untuk masuk ke Kerajaan Acresta ini. Kerajaan kecil yang sangat eksklusif.
"Arka! Aaaa~" Kata Syla sambil menyodorkan manisan yang diberikan kepadanya tadi, ke depan mulutku.
"Malu ah, Syl..." Ucapku.
"Bodo amat! Aaaaa~" Syla tidak menyerah.
"Ih maluuu diliatin banyak oraaaang..."
"AAAAAAAAA!!!" Syla malah berteriak, yang akan membuatku menjadi semakin malu jika kubiarkan lama-lama.
"Haammm! Uodaoh dieom! (Udah diem)" Aku langsung melahap manisan yang ingin disuapkan Syla kepadaku, lalu menyuruhnya diam sambil mengunyah manisan tersebut.
"Nahhh... Pinter! Hehee..." Syla terlihat puas dan bangga.
*Glek* buru-buru kutelan manisan yang disuapkan oleh Syla.
"HEHEE... Tetek lu rombeng!"
"Arka. Aaa." Ren malah tidak mau kalah dari Syla!
Ren menyuapi aku secuil permen kapas yang dibelinya tadi dan sedang dimakan olehnya sedikit demi sedikit. Ah... Apa boleh buat.
"Aaaamm..."
"Hihi..." Ren tersenyum kecil, lalu melirik Syla dengan lirikan kemenangan.
"He? Hee??? Maksud lirikanmu itu apa, Ren?" Syla.
"Nggak ada apa-apa~~" Jawab Ren agak tengil.
"Uuuugh! Arka! Aaaaa!" Syla menyodorkan manisan segenggaman penuh tangannya ke depan mulutku dengan tatapan tajam dan berapi-api.
"Eh? A-aaaaaughhfffbbbbffff! Hrrrrbbff!!!"
Syla, tanpa mempedulikan perasaanku ataupun fisikku, menyumpalkan segenggam penuh manisan ke mulutku dengan paksa. Aku berteriak memarahinya, tapi suaraku tertahan oleh sumpalan manisan di mulutku.
"Humfh!" Syla menghentakkan helaan nafasnya sambil berkacak pinggang dengan dagu diangkat ke atas, menghadap Ren penuh dengan ekspresi kemenangan.
"Heee~~ Arka, aaa." Kali ini, Ren membalasnya dengan menyodorkan seluruh permen kapas yang dipegangnya dengan kedua tangan.
"Hrrrrrggggfffffffffhhh!!!"
Ren tidak menungguku menelan manisan yang diberikan Syla terlebih dahulu, tapi langsung mendorong gulali di kedua tangannya itu ke wajahku dan memaksanya masuk ke dalam mulutku. Tapi, volume gulalinya terlalu besar!
Alhasil, seluruh wajahku tertutup gulali yang didorong oleh Ren hingga padat. Menyegel seluruh saluran nafasku hingga rapat.
Kenapa mereka berdua ini!?!? Medali di turnamen apa yang mereka perebutkan dengan memaksaku memakan banyak cemilan sekaligus seperti ini??? Aku... Aku bukan sesuatu yang dihadiahkan kepada pemenang perlombaan apapuuun!!!
*Tiiiiiinnnngggg...*
Rohku keluar dari ubun-ubunku. Aku pingsan terkapar di tengah jalan. Bahkan sampai detik terakhir sebelum aku pingsan, aku masih tak mengerti apa tujuan mereka berdua dan apa hebatnya menjadi yang paling banyak menyuapiku...
***
"Expert Vit Up! Expert Int Up! Expert Dex Up!" Liv mengaktifkan beberapa skill buff status tingkat atas miliknya kepada dirinya, Grista, Aesa, dan Cyane untuk berjaga-jaga.
"M-makasih, Tuan Putri... Hehe..." Ucap Aesa kepada Liv.
"Sama-sama... Panggil namaku saja, Sa."
"I-iya, Kak L-Liv..."
"Nah... Begitu lebih kedengaran seperti teman, hehehe..."
Setelah berpisah dari Garen cs., Mereka berjalan ke arah yang berlawanan. Di jalan yang mereka lalui, sama sekali tidak ada Orc maupun Goblin musuh. Grista sudah mengawasi area sekitar mereka dengan teliti, tapi tetap saja tidak menemukan satupun musuh.
Namun, setelah beberapa menit kemudian ketika mereka sudah hampir sampai ke pinggiran desa, Grista dapat melihatnya dari kejauhan. Segerombolan Orc dan Goblin, berisi sekitar 150-200 unit. Sepertinya mereka merupakan pasukan musuh yang baru datang.
Liv merasa ada yang aneh dari pasukan Orc dan Goblin ini. Kenapa mereka datang dengan berbaris sangat rapi? Padahal kalau dipikir dengan logika, tidak mungkin Orc dan Goblin bisa akur begitu saja. Mereka adalah ras Demihuman yang berbeda, meskipun sama-sama masuk dalam golongan Demihuman atau setengah manusia.
Sekumpulan populasi Orc, harusnya memiliki satu pemimpin dan itu juga harus dari ras Orc, manusia setengah babi. Biasanya Sang Pemimpin Orc adalah yang memiliki kekuatan terbesar di antara para Orc lainnya. Dan kelasnya sering disebut dengan Orc King.
Hal serupa juga seharusnya terjadi pada Goblin. Satu koloni Goblin seharusnya dipimpin oleh Goblin King. Goblin King adalah Goblin yang memiliki kekuatan paling besar di antara yang lainnya. Bahkan sudah lebih kuat dari Hobgoblin, yaitu varian lain dari Goblin yang memiliki tubuh dan kekuatan sebesar manusia yang sudah sangat terlatih bertempur.
Goblin tidak akan mematuhi perintah dari Orc, dan sebaliknya. Seperti itulah alaminya hubungan antar Demihuman. Namun ini, mereka saling membantu dan malah bisa berbaris dengan sangat rapi seperti layaknya Tentara yang sudah terlatih.
Muncul sebuah pertanyaan di dalam benak Liv. Siapa yang memimpin dan melatih mereka?
Pasti ada.
Pasti ada seseorang yang menggerakkan massa ini dari balik layar. Dirigen yang mengatur tempo dan mempermainkan perasaan para penonton dari orkestra yang besar ini. Dan orang itu tentunya bukanlah orang biasa yang bisa didapatkan dengan mudah di jalanan ibukota.
Dia adalah sumber kekuatan yang membuat potensi militer dari Kerajaan Krauzer menjadi meningkat pesat dengan memanfaatkan kekuatan dari para Orc dan Goblin. Seperti itulah hasil analisa sementara dari Liv setelah memperhatikan peristiwa agresi militer Kerajaan Krauzer kali ini.
"Aesa, habisi saja mereka semua sebelum mendekat." Cyane menyarankan kepada Aesa.
"B-baiklah, Kak Cyane... Meteor Shower!"
"Haha... Aku selalu menyukai skill-mu yang satu ini, Aesa." Komentar Cyane kepada Aesa, tersenyum puas.
Beberapa detik setelah Aesa mengucapkan skill tersebut, muncul 4 bongkah batuan raksasa dari langit yang turun dengan cepat ke arah pasukan Orc dan Goblin yang baru datang. Batuan yang terbakar di langit itu meluncur dengan sangat cepat dan menghantam keras area dimana pasukan musuh berada.
*Blegarrr blegaarrr blegaarrr blegaaarrrr*
Semua hancur bersama tanah yang ditabrak meteor. Tidak ada lagi sisa pasukan musuh yang masih memiliki tubuh intak.
Liv kembali melihat keanehan. Meskipun mereka pasti bisa melihat meteor yang sedang terjun bebas ke arah dimana mereka berada, tapi tidak ada sedikitpun pergerakan natural dari mereka untuk berusaha menghindarinya. Mereka... Seperti boneka tanpa tuan.
Setelah beberapa saat, bagian-bagian tubuh Goblin dan Orc yang sudah terurai-burai itu, lenyap menjadi cahaya yang menyatu dengan alam. Ini menjadi keanehan lain yang ditangkap oleh Liv. Karena, normalnya setelah Demihuman mati, pasti akan tetap ada sisa-sisa tubuhnya yang tertinggal. Namun ini tidak.
"Ke-kenapa sisa mayat-mayat itu tiba-tiba menghilang?" Akhirnya Liv menyuarakan pertanyaan yang ada di pikirannya.
"Tidak salah lagi. Itu adalah summon magic." Jawab Cyane dengan suara tenang dan yakin.
"K-Kak Cyane yakin kalo itu emang summon magic?" Tanya Aesa untuk menanyakan kepastian Cyane.
"Berarti, di pihak musuh ada seorang Summoner yang membantu mereka?" Tanya Liv.
"Loh, bu-bukannya skill summon magic itu termasuk skill terlarang ya, Kak Cyane?" Tanya Aesa lagi meskipun Cyane belum menjawab pertanyaan mereka.
"Kalau begitu, ini artinya bahwa kita juga akan menghadapi monster-monster jenis lain selain Orc dan Goblin?" Liv juga melontarkan pertanyaan lain.
"... Jawaban dari semua pertanyaan kalian adalah... Ya." Akhirnya Cyane menjawab.
"Berarti, musuh kita kali ini berat, ya..." Ujar Grista setelah mendengar jawaban dari Cyane.
"Huh! Kalau hanya segini, dia bukan tandinganku. Apalagi Tuan Arka!" Cyane dengan ekspresi merendahkan.
"Eh? Itu... Di sana!" Grista melihat sesuatu yang mencurigakan dari kejauhan, lalu memberitahu yang lainnya.
"Hoo... Ternyata musuh kita... Tidak terlalu lemah." Cyane sedikit merevisi pendapatnya yang tadi, tapi ekspresinya masih merendahkan.
***
"Tuan Rufius, makhluk-makhluk summon yang tadi kukirim, sudah mendekati mereka yang telah membunuh ratusan pasukan Goblin dan Orc dalam waktu singkat. Aku akan berfokus sebentar kepada medan pertempuran di sana." Ucapku
"Hebat sekali, Tuan Fazar." Balas Rufius.
Hehehe... Mereka yang sudah membunuh ratusan Orc dan Goblinku. Sekuat apa mereka? Apakah nasib monster-monster yang baru kukirim ini akan berakhir seperti ratusan Goblin dan Orc sebelumnya? Atau hanya sampai di situ batas kekuatan mereka?
Heeehhh... Dadaku berdegup kencang! Apa ini? Aku merasa sangat menggebu-gebu! Aku ingin sekali melakukan pertempuran dengan mereka!
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Sudah vote? Belum!? Yahhh... Kecewa... Ngambek ah! Besok saya kempeskan saja semua payudara perempuannya! Huft.
Nggak deng.