"Arkaaa... Akhirnya kamu banguuun! Aku cemas! Kamu jahat udah bikin aku khawatir selama ini! Udah sebulan kamu cuman tidur aja, sayaaang!"
Syla malah marah-marah kepadaku padahal aku baru saja bangun dari peristirahatan panjang. Aku baru bisa membuka mataku dan sedikit menggerakkan tubuhku. Semuanya masih terasa sangat lemah. Mungkin karena terlalu lama tidur.
Mungkin Syla marah karena meluapkan semua perasaan cemas dan khawatir di dalam hatinya. Ternyata, sudah sebulan aku hanya terbaring tidak sadarkan diri. Tidak terasa. Padahal aku hanya merasa waktu yang berlalu hanya sebentar saja saat berbicara dengan Dewi Nyx.
"Maaf, Syla... Udah bikin kamu cemas selama ini..."
"Reeen! Reeeeennnnn! Arka udah banguuun! Rubyyyy!"
Syla memanggil Ren dan Ruby, tidak memperhatikan permintaan maafku. Sepertinya permintaan maafku tidak penting baginya. Mungkin untuk Syla, kesadaranku ini lebih penting dari segala hal lain yang terjadi di dunia ini.
"Uuuhhh..." Aku mencoba bangun untuk duduk di atas kasur.
"Eh, Arka, biar aku bantu!" Melihatku kepayahan, Syla langsung merangkulku dan membantuku untuk bangun.
"Arka!? Arka udah bangun!?" Ren langsung berlari ke ruangan ini setelah mendengar teriakan Syla.
"Arkaaaa! Ruby kangennn!" Ruby menyusul di belakangnya.
"Ah... Kalian... Maaf ya udah bikin kalian khawa-- aww aww pelan-pelaaan! Hehehe..."
Mereka bertiga langsung memelukku tanpa menghiraukan apa yang ingin kuucapkan. Sambil memelukku, mereka bertiga pun menangis. Tangis bahagia? Mungkin.
Beruntungnya aku memiliki wanita-wanita seperti ini di dekatku...
"Arka laper?" Tanya Syla.
"Oh, iya! Sebentar aku ambilkan bubur dulu!" Ren langsung berlari keluar untuk mengambilkanku makanan.
"Ayo, Arka! Kita jalan-jalan!" Ajak Ruby penuh semangat.
"Hehehe..." Aku hanya bisa tertawa lemah.
"Ruby... Arka kan baru sembuh... Biar dia istirahat dulu..." Ujar Syla menanggapi Ruby.
"Yaaahhh... Ya udah deh besok-besok aja jalan-jalannya. Arka harus istirahat dulu, ya..."
"Sabar ya... Nanti kita semua jalan-jalan bareng. Ruby belum pernah keliling di area Kerajaan Acresta, kan?"
"Iyaa... Ruby pengen jalan-jalan!"
"Nanti yaah..."
Syla, Ren dan Ruby, apakah selama sebulan ini mereka hanya menungguiku saja? Bahkan Ruby belum pernah jalan-jalan keliling wilayah Kerajaan Acresta selama aku tertidur.
Maafkan aku karena sudah merepotkan kalian...
***
"Lunar Eclipse... Dan sebagian Dark Edge... Kami membutuhkan bantuan kalian. Karena serangan dari Kerajaan Krauzer kali ini berbeda dari sebelumnya. Entah bagaimana, mereka bisa bekerjasama dengan para monster dan Demihuman. Saat ini, peperangan sudah pecah di wilayah perbatasan. Dan pasukan kami sedang dalam kondisi kalah. Tidak lama lagi, mereka akan berhasil menembus garis depan pertahanan Kerajaan Elysium. Dan jika itu terjadi, maka penduduk sipil yang berada tidak jauh dari daerah perbatasan akan ikut menjadi korban..."
Ratu Marca meminta bantuan kepada Lunar Eclipse dan dua orang anggota Dark Edge, yaitu Aesa dan Cyane, untuk dapat meminjamkan kekuatan mereka agar dapat mematahkan serangan dari Kerajaan Krauzer. Dia juga sedikit menjelaskan dampak yang akan terjadi jika serangan dari Kerajaan Krauzer tidak segera ditanggulangi.
Mendengar itu, Garen yang memiliki sedikit jiwa pahlawan di dalam hatinya, langsung menatap Grista, Fiana, dan Lukas. Dia memperhatikan ekspresi anggota party-nya satu per satu. Setelah memastikan bahwa anggota Lunar Eclipse lainnya bersedia untuk membantu hanya dengan melihat ekspresi mereka, Garen berkata kepada Ratu Marca...
"Baik, Yang Mulia. Kami, Lunar Eclipse, akan membantu untuk meredam serangan dari Kerajaan Krauzer."
"Terima kasih, Lunar Eclipse... Lalu, Dark Edge, bersediakah kalian meminjamkan kekuatan kalian untuk melindungi penduduk Kerajaan Elysium?" Tanya Ratu Marca kepada Aesa dan Cyane, anggota Dark Edge yang tersisa.
"B-baiklah, Yang Mulia. Sa-saya akan membantu." Jawab Aesa.
"Aku tidak mau. Aku hanya akan melakukan apa yang kusukai. Yang bisa memerintahku hanyalah Tuan Arka." Namun, Cyane sepertinya tidak sependapat dengan Aesa.
"Berbicara tentang Arka, dari tadi aku tidak melihat dia. Syla, Ren, dan gadis naga itu juga. Apa yang sedang terjadi kepada mereka?" Tanya Ratu Marca karena penasaran dengan keabsenan dari anggota Dark Edge yang lainnya.
"Tuan Arka sedang dibawa ke suatu tempat oleh Syla, Ren, dan Ruby. Kemungkinan saat ini mereka sedang merawat Tuan Arka." Jawab Cyane.
"Oh? Apa yang terjadi dengan Arka sampai dia harus dirawat?" Ratu Marca semakin penasaran.
"..." Cyane memalingkan wajah, tidak menjawab pertanyaan Sang Ratu.
"Hey kau! Kau sudah kurang ajar kepada Ratu Marca!" Seorang Ajudan membentak Cyane.
Melihat Ajudan yang sudah berani membentak Cyane, membuat Cyane menjadi semakin kesal. Cyane bukanlah manusia yang terbiasa menahan emosinya menggunakan akal logis. Dia adalah monster, murni seekor monster yang sangat kuat. Yang tidak akan menganggap sebuah nyawa manusia itu sebagai hal yang berharga.
"Mati kau serangga sampah! Hanya Tuanku yang berhak untuk membentakku!"
*Bbzzzzzztttt*
"Guaaahhh!!! Ahk..."
*Brukk*
Dengan santai dan tanpa dosa, Cyane menembakkan listrik tegangan tinggi kepada Ajudan yang membuatnya kesal itu. Instant death. Ajudan itu hangus terbakar oleh listrik dari Cyane. Ratu Marca sempat terkejut melihat itu.
"Kalian semua! Hentikan! Nona Cyane, maafkan kelancangan prajuritku..." Ratu Marca membentak pasukannya yang akan menyerang Cyane, lalu ia meminta maaf kepada Cyane.
"Huh." Tapi Cyane kembali memalingkan wajahnya, tidak mempedulikan sikapnya.
"Maafkan kami. Jika Nona Cyane tidak bersedia membantu, tidak apa-apa. Tapi kami akan sangat berterimakasih kepada semua orang yang bersedia membantu. Sekecil apapun bantuan itu, sangat berharga bagi kami." Ujar Ratu Marca.
"K-Kak Arka lepas kendali lalu pingsan ketika be-bertarung melawan Sylph, Yang Mulia. Ja-jadi kemungkinan dia membutuhkan perawatan agar dapat kembali s-sadar..." Aesa menjelaskan apa yang tidak dijawab oleh Cyane tadi.
"S-Sylph!? Arka bertarung melawan Sylph!? Elemental Spirit yang sangat kuat itu??" Ratu Marca sangat terkejut mendengar penjelasan Aesa.
"U-uu... I-iya..." Jawab Aesa ragu-ragu.
"Benar, Yang Mulia. Dia bertarung sekaligus melindungi kami semua." Garen menambahkan.
"Se-semoga Arka cepat sadar. Lalu bagaimana hasil pertaru-- tidak. Aku tidak boleh memikirkan hal itu untuk saat ini. Masih ada hal yang harus diselesaikan segera. Baiklah, para Petualang yang bersedia untuk membantu, siang ini kami akan memobilisasi pasukan dari Kota Syndas menuju wilayah perbatasan dengan Kerajaan Krauzer. Aku mengharapkan keikutsertaan para Petualang dari Lunar Eclipse dan Dark Edge."
"Baik, Yang Mulia Ratu Marca." Jawab Garen mewakili Lunar Eclipse.
"B-baik, Ratu Marca..." Jawab Aesa.
"Saya akan membantu juga, Yang Mulia Ratu Marca." Liviara yang dari tadi tidak banyak berbicara, menyuarakan keinginannya untuk membantu.
"Liv? Ini terlalu berbahaya untuk seorang Putri dari Kerajaan Balvara jika kamu ikut turun ke medan perang... Jika terjadi apa-apa, lalu bagaimana aku harus mengatakannya kepada ayahmu?"
"Tenang saja, Ratu Marca. Saya hanya akan membantu dengan support magic dari barisan belakang."
"Tapi aku tidak akan bertanggungjawab jika terjadi apa-apa... Aku sudah memperingatkanmu, Liv..."
"Tenang saja, Yang Mulia... Aku akan menjaga diriku sendiri. Lagipula, yang lainnya juga ikut bersamaku."
"Baiklah jika itu keinginanmu, maka aku hanya bisa berterimakasih kepadamu, Liv."
"Yang Mulia sungguh baik hati..."
"Huh. Aku hanya akan menjaga Aesa. Aku tidak ingin membuat Tuanku kecewa kepadaku jika calon istrinya sampai terluka." Cyane menyatakan keinginannya.
"C-c-calon i-istri... Uu... Jangan keras-keras ngomongnya, Kak Cyane..." Aesa berbisik, wajahnya memerah dan merunduk setelah mendengar perkataan Cyane.
"Hoo... Calon istri... Haha... Baiklah kalau begitu. Masih ada waktu sampai nanti siang. Silahkan beristirahat dahulu di Kamar Tamu. Pengawal, antarkan mereka."
Ratu Marca memerintahkan pengawalnya untuk mengantarkan mereka menuju Kamar Tamu untuk beristirahat sebelum nanti siang berangkat lagi menuju perbatasan Kerajaan Elysium dan Kerajaan Krauzer yang sedang terjadi peperangan.
***
"Tuan Rufius, pasukanku telah berhasil mengambil alih benteng pertahanan wilayah perbatasan Kerajaan Elysium." Aku mengucapkan kata-kata itu dengan rasa bangga.
"Luar biasa Tuan Fazar! Anda memang patut disebut seorang Hero!" Rufius, Kepala Royal Mage Kerajaan Krauzer, memujiku.
"Berikutnya apa yang akan kita lakukan?"
"Tuan Fazar tidak perlu terburu-buru. Beristirahatlah dahulu. Kita masih butuh waktu beberapa hari untuk benar-benar bisa mengambil alih benteng ini sebelum bisa kita jadikan sebagai pos penyerangan yang berikutnya." Jawab Rufius.
"Oh, begitu. Tapi saat ini aku sama sekali tidak merasakan lelah. Bagaimana kalau seluruh pasukan Orc dan Goblin milikku kuperintahkan untuk membersihkan semua yang tersisa di perimeter benteng ini?"
"Itu bukanlah ide buruk, Tuan Fazar. Asalkan anda tidak terlalu menguras tenaga karena dalam beberapa hari lagi pastinya bala bantuan dari Kerajaan Elysium akan tiba dan kita akan menghadapi perang yang jauh lebih besar."
"Hm. Tenang saja, Tuan Rufius. Aku punya ide untuk membuat hal ini terjadi tanpa harus menguras banyak mana milikku." Jawabku dengan yakin, karena aku sudah memiliki rencana di dalam kepalaku.
"Kalau begitu... Silahkan melakukan yang Tuan Fazar sukai." Rufius menjawab dengan senyuman di wajah keriputnya kepadaku.
Rencanaku simple. Makhluk yang sudah ku-summon tidak akan mengurangi mana yang kumiliki secara lebih lanjut, kecuali jika aku memberinya perintah secara terus-menerus. Hal itu akan mengurangi mana yang kumiliki sedikit demi sedikit secara konstan.
Untuk menghindari itu, aku berencana melakukan summon sebanyak 10.000 Demihuman kelas bawah dalam satu waktu, lalu memberikan hanya 1 perintah simpel kepada mereka. Dari atas tembok benteng ini, kupanggil pasukan baru.
"Summon massive Goblin! Summon massive Orc!"
*Sssssshhhhiiiiiiiiiiiii~*
Menggunakan mana yang jumlahnya lumayan banyak dari dalam tubuhku, aku memanggil 5.000 Orc dan 5.000 Goblin. Sebenarnya, tidak terlalu banyak mana yang kugunakan. Karena, dengan makan lalu beristirahat sejenak, mana sejumlah yang kugunakan barusan akan kembali terisi lagi.
Dan sekarang, 10.000 pasukan baru milikku telah hadir. Lalu, perintah simple yang akan kuberikan adalah...
Amankan wilayah radius 1 kilometer di sekitar benteng ini dari pasukan musuh, lalu kalian bebas melakukan apapun yang kalian inginkan sampai ada perintah baru dariku.
"""AAAAARRRRRGGHH!!!""" Para Orc berteriak keras.
"""KHIIIIIIIIIIIIIIIIIKKK!!!" Para Goblin pun berteriak melengking tidak kalah lantang.
Lalu mereka menyebar sesuka hati mereka. Di dalam pikiran mereka hanya akan ada 1, yaitu mengamankan wilayah di sekitar sini dari keberadaan pasukan musuh. Dan setelah semua aman, maka mereka bebas melakukan apa yang mereka inginkan.
Aku pun tak perlu menguras mana secara terus-menerus untuk memberikan instruksi yang berkesinambungan, bukan? Seperti memberikan perintah auto-patrol (patroli otomatis) dalam game RTS. Dan jika sesuatu telah membunuh atau menyerang pion-pionku, maka aku akan mendapatkan notifikasi dari mereka secara magis.
Mereka menyebar tapi tetap membentuk kelompok-kelompok kecil yang berisikan 100 hingga 200 personil masing-masingnya. Tepat seperti yang kubayangkan di dalam kepalaku ketika memerintahkan mereka untuk menyebar. Karena, jika mereka terlalu menyebar dan bergerak sendiri-sendiri, maka akan terlalu mudah dikalahkan oleh pihak musuh yang menyerang.
Hahaha! Tidak sia-sia aku bermain game RTS dan MMORPG selama bertahun-tahun di duniaku yang sebelumnya! Kemampuanku dapat digunakan pada kehidupan nyata di dunia ini! Aku suka dunia ini!
***
Kelompok-kelompok kecil yang berisi Orc dan Goblin tersebut, berpencar mencari pemukiman dan desa yang berada pada jarak radius 1 kilometer dari benteng yang baru saja direbut oleh Fazar. Tentunya, dimulai dari yang terdekat dulu.
Selain itu, mereka juga menyerang penduduk yang sedang dievakuasi dari zona merah peperangan.
"Ada serangan dari segerombolan Orc dan Goblin! Percepat langkah kalian!" Seorang Tentara dari Kerajaan Elysium yang bertugas mengevakuasi penduduk sekitar langsung berteriak setelah melihat adanya pengejaran dari sekelompok Orc dan Goblin ke arah mereka dari kejauhan.
Semua penduduk yang sedang dievakuasi langsung panik. Situasi panik ini memunculkan keributan di seluruh bagian desa yang sedang dievakuasi. Hal ini menyebabkan proses evakuasi menjadi lebih sulit.
"Mereka datang! Semua Tentara, lindungi penduduk!"
Seseorang prajurit yang tampaknya merupakan kapten dari pasukan yang mengevakuasi penduduk desa, menyerukan perintah kepada prajurit-prajurit lainnya agar siap bertempur menghadapi para Orc dan Goblin.
"Aaaaaarrrggghh!"
Beberapa Orc langsung menerjang para Tentara Kerajaan Elysium yang menghadang serangan mereka.
"Heyaaahh!"
*Treeengg jrookk triiing triiing*
Pertempuran kecil telah dimulai. Jika melawan dua atau tiga Orc saja, mungkin masing-masing Tentara Kerajaan Elysium masih mampu menahannya. Namun sayangnya, mereka benar-benar kalah jumlah.
Di saat perhatian mereka terfokus kepada para Orc berbadan kekar...
"Kiiikiiik!"
*Praakk!*
Para Goblin mencuri bunuh Tentara-Tentara itu dari titik buta yang tak terlihat oleh para Tentara. Kapak batu primitif yang digunakan oleh para Goblin, jika mengenai titik vital seperti kepala, juga dapat meremukkan tulang tengkorak mereka.
Menyebabkan pendarahan intracranial, lalu di saat kesadaran targetnya sudah menurun, mereka mengeroyoknya hingga mati.
Para Goblin dan Orc yang tidak bertarung melawan Tentara karena jumlah mereka jauh lebih besar, menyerang penduduk sipil yang belum sempat berlari keluar dari desa. Mereka membunuh, menyiksa, memakan, hingga memperkosa para wanita muda yang berhasil mereka tangkap.
Goblin dan Orc ini... Sungguh tak berprikemanusiaan.
A/N: Yes yes yes... Chapter berikutnya, pemerkosaan wanita penduduk desa yang ditangkap oleh para Goblin dan Orc. Hentai! Tapi ingat, hanya untuk usia 18+!
***
"Pak, berapa lama perjalanan kita untuk sampai di area peperangan di perbatasan?" Garen bertanya kepada pengemudi kereta kuda.
"Sekitar dua minggu jika kita berjalan dengan kecepatan seperti ini, Tuan Petualang." Jawab Pengemudi kereta kuda.
"Uhh. Tidak bisa. Jika kita berjalan selama dua minggu, akan terlalu lama. Akan sudah terlalu banyak korban dari penduduk sipil saat kita sampai di sana nanti. Bisakah kita percepat lagi?" Garen menjadi gelisah.
"Mohon maaf, Tuan Petualang. Perintah kepada saya adalah untuk berjalan bersama seluruh Tentara Kerajaan Elysium lainnya. Mereka ada yang berjalan kaki juga. Apa boleh buat, Tuan Petualang." Jawab Pengemudi kereta kuda tersebut agak takut.
"Gimana, Gar?" Tanya Grista ikut khawatir.
"Aduh, aku juga bingung. Apa ada cara lain supaya kita lebih cepat sampai?" Garen bertanya kepada yang lainnya.
"Wah, sayang banget di sini nggak ada Wind Mage yang bisa bikin kita terbang." Jawaban Fiana tidak memberikan solusi.
"I-iya Kak Fiana. A-aku bisa membuat Golem buat ng-ngangkut kita, tapi ya sama aja. G-Golem kan jalannya lambat..." Aesa yang selalu dengan kepribadian pemalunya.
"Sebenarnya, ada 1 cara... Tapi aku tidak yakin apakah yang bersangkutan bersedia atau tidak..." Lukas, dengan ide misteriusnya.
"Apa itu idemu, Lukas?" Liv yang paling penasaran.
"Uhh..." Lukas melirik Cyane yang dari tadi tidak mempedulikan obrolan mereka.
"Hm?" Garen menoleh ke arah lirikan Lukas, yang lainnya mengikuti tolehan Garen.
"Eeh..." Liv yang baru paham, malah menjadi takut.
"Haaa!? Kenapa kalian semua melihatku!? Mau kuhajar kalian semua, hah!?" Cyane, dilihat oleh semua orang malah langsung marah.
"K-Kak Cyane... Anu..." Aesa ingin mengatakannya kepada Cyane, tapi ia merasa takut dan ragu.
"Kenapa, Sa?" Cyane bertanya kepada Aesa dengan nada suara yang biasa.
Sikap Cyane, dibandingkan kepada orang lain, memang lebih santai jika ia berbicara kepada seluruh anggota Party Dark Edge, termasuk Aesa. Selain kepada anggota Dark Edge, dia bersikap seperti pemarah yang selalu merendahkan.
"A-anu... Aesa mau minta to-tolong..."
"Minta tolong apa, Sa?"
"Bi-bisa nggak, kalo Kak Cyane b-berubah menjadi Dagon dan me-membawa kami supaya cepat sampai ke tujuan? Ka-! Kalau nggak mau nggak apa-apa kok, Kak Cyane! Hehe... Hehehe..." Kata Aesa sambil tertunduk takut, memaksakan tawa.
"Hmmm... Boleh juga. Aku ingin menyelesaikan ini semua dengan cepat dan kembali ke sisi Tuan Arka segera. Kereta kuda ini sungguh lamban seperti keong yang hancur muncrat-muncrat kalau diinjak! Kenapa manusia mau naik yang seperti ini, ya!?"
"Te-Terima kasih, Kak Cyane! Aku akan menyampaikan rencana kita ini kepada Komandan Pasukan terlebih dahulu!" Kata Garen.
"Cih! Aku melakukan ini untuk diriku sendiri! Camkan itu!"
Kemudian, Lunar Eclipse dan Aesa berangkat mendahului barisan Tentara Elysium dengan bantuan Cyane yang telah berubah ke wujud Dagon.
_______________________________________
Lah ngapain lu masih enak-enakan baca cerita gua tapi belum vote!? Gua lipet-lipet sini muke lu!
CHAPTER BERIKUTNYA ADALAH HENTAI, KHUSUS BAGI PEMBACA YANG BERUSIA 18 TAHUN KE ATAS ! ANAK DI BAWAH UMUR 18 TAHUN SILAHKAN SKIP KE CHAPTER SELANJUTNYA.