Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 75 - Chapter 40.5 (18+)

Chapter 75 - Chapter 40.5 (18+)

WARNING!!!

18+ ONLY!!!

Anak di bawah umur 18 tahun silahkan skip ke chapter berikutnya. Melewatkan chapter ini tidak akan melewatkan poin penting dalam cerita secara keseluruhan.

Yaaa walaupun saya ketik seperti di atas, mana mungkin ada yang mempedulikan. Bocah masih bau ASI pasti tetap akan membaca. Tapi saya sudah mengingatkan, ya...

Anda memasuki kawasan hentai. Semua diharapkan untuk segera memasuki mode berkhayal maksimum sebelum mulai membaca. Konten GORE, silahkan skip jika tidak kuat.

CHAPTER HENTAI TERAKHIR DI VOLUME INI UYEEEEE!!!

_______________________________________

"Mereka datang! Semua Tentara, lindungi penduduk!" Terdengar suara teriakan Tentara Kerajaan Elysium yang sedang mengatur proses evakuasi di luar.

Apa!? Para Goblin dan Orc itu sudah sampai ke desa ini!? Bagaimana ini!?!? Tidak mungkin aku meninggalkan ibuku!!!

"Ibu, ayo kita cepat pergi dari sini! Tinggalkan saja semua barang-barang ini! Tidak ada waktu lagi, Bu! Ayo, Bu, sini Eruna bantu!"

Ibuku sedang sakit parah. Sudah dua tahun ini dia hanya terbaring lemah di kasur. Makan harus disuapi di kasur, buang air juga di kasur. Saat ini, semua penduduk desa lainnya sudah pergi meninggalkan desa. Hanya kami berdua yang tersisa.

Anggota keluargaku yang lainnya sudah tidak tinggal bersama kami lagi. Ayahku, dan dua orang kakak lelakiku sudah pergi meninggalkan kami berdua di sini. Alasan mereka sangat kurang ajar. Mereka sudah lelah dan tidak tahan dengan kondisi ibuku yang bisanya hanya merepotkan saja.

Berdalih mencari pekerjaan di kota untuk membiayai kami, mereka pergi dan tak pernah kembali lagi. Jangan tanya soal membiayai kami. Itu semua bullshit. Mereka hanya ingin meninggalkan kami.

"Kikhiiik!" Seekor Goblin tiba-tiba muncul di depan pintu rumah Erina.

"Hah!? Pergi! Pergi kau!!!" Teriak Erina kepada Goblin tersebut sambil mengibaskan tangannya.

"Kikikiiik!"

"Kheeeekk!"

"Kekhiiik!"

Oh, tidak! Aku melakukan blunder! Teriakanku malah memancing tiga ekor Goblin yang berada di sekitar sini jadi ikut datang ke rumahku!

Mereka saling toleh sesama mereka dan tertawa cekikikan di depan pintu rumahku. Apa maksudnya itu!? Kenapa mereka tertawa cekikikan seperti itu!?

Tidak... Tidak! Jangan masuk ke rumahku! Bagaimana ini!? Ibuku tidak bisa berlari! Aku harus melindungi diriku dan ibuku!

Oh! Kuambil pisau dapur yang tergeletak di dekat kasur ibuku. Kebetulan kemarin aku mengupas buah untuk ibuku. Dan pisaunya belum kukembalikan ke dapur. Aku akan gunakan pisau ini untuk melawan Goblin!

"Pergi kalian semua! Hah! Hah! Uh!"

*Siiff siiiff siiff*

Aku mengayunkan pisau dapur di tanganku ke kanan dan ke kiri berulang kali. Aku berusaha melindungi diriku dengan cara menakuti mereka. Tapi... Mereka hanya tertawa cekikikan melihatku melakukan itu.

"""Kiiiiiikk!"""

Tiba-tiba empat ekor Goblin itu langsung berpencar dan mengepung kami berdua di ruangan ini. Bagaimana ini? Apakah kami akan mati di sini?

"Kikikiik!"

*Draakkk*

Seorang Goblin yang berada di belakangku, tanpa sepengetahuanku melompat dan menyerang Ibu.

"Ah! Ibuuu!"

Ibuku bersimbah darah! Dahinya robek dan mengucurkan banyak darah akibat serangan Goblin itu!

"Kiiiik!"

"Kikeeekk!"

Gawat! Perhatianku teralihkan! Saat aku berpaling untuk melihat ibuku, dua ekor Goblin menyerangku!

*Plakk*

*Jedug!*

Tanganku yang memegang pisau dipukul oleh salah satunya sehingga aku tak sengaja melepaskan pisau itu. Lalu Goblin yang satu lagi, memukul bagian belakang kepalaku dengan gagang kapak batu primitif miliknya!

"Aah! Uugggh..."

*Brukk*

Kepalaku sakit sekali! Aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Ibuku... Goblin yang tadi menyerang ibuku, memukul kepala ibuku berkali-kali dengan kapaknya. Bentuk kepala ibuku sudah remuk dan tidak simetris lagi! Mata ibuku masih terbuka, tetapi tidak ada lagi sinar kehidupan yang terpancar dari sana.

Dan aku... Pandanganku semakin gelap... Hingga hanya kegelapan yang kini dapat kulihat...

***

"Ahhh... Aduh... Kepalaku..."

Aku terbangun karena nyeri yang kurasakan di kepalaku berdenyut kuat.

"Kikikikik..."

"Khikikiii!"

"Khikeeek..."

"Kekeek..."

Goblin! Itu suara cekikikan Goblin! Mataku terasa berat sekali untuk dibuka... Aku harus membuka mataku!

Namun, setelah berhasil membuka mata, yang kulihat hanyalah 4 ekor Goblin yang tadi menyerang kami. Ibuku... Ibuku sudah tergeletak di lantai, tak bernyawa! Aku harus bangun dan berlari pergi dari sini! Ibuku sudah tak dapat diselamatkan lagi...

Eh?

Aku tidak bisa bergerak! Kedua kakiku diikat ke sisi kanan dan kiri yang berjauhan. Ugh... Tanganku? Kedua tanganku juga diikat. Apa yang mereka lakukan kepadaku!?

Posisi tubuhku saat ini... Aku tergantung telungkup di awang-awang. Kedua tanganku diikat dan digantung ke palang kayu yang terdapat di langit-langit rumahku. Kedua pergelangan kakiku ditarik dan diikat ke pojok ruangan pada sisi yang berbeda, membuatku mengangkang sangat lebar sampai batas maksimal. Dan aku hanya berada dua jengkal dari lantai.

"Khiiii... Khiii..."

Salah satu Goblin mendekatiku sambil tersenyum lebar, liurnya menetes ke lantai. Tatapan matanya seakan sudah menyetubuhiku!

"Goblin bejat! Lepaskan aku! Aaaah! Lepaskaaaan!"

Para Goblin tak mempedulikan kata-kataku. Mereka mulai melucuti pakaianku dengan paksa. Mereka tidak melepasnya, tapi mereka mencabik-cabik dan merobek pakaianku!

Kurasakan ada sesuatu yang basah dan licin menyapu daun telinga hingga ke lubang telingaku! Ugh! Menjijikkan! Ternyata salah satu Goblin itu menjilati telingaku!

"Aaaaaah! Tidaak! Pergi kaliaaan!"

Tidak peduli. Mereka mengacuhkan semua jeritanku. Malah, seolah-olah jeritanku merupakan musik erotis di telinga mereka. Dan tanpa kusadari, saat ini sudah tidak ada lagi sehelai pakaianpun yang menutupi tubuhku. Aku telanjang bulat dan tergantung seperti ayam potong yang sudah siap dijual di pasar.

Mati saja aku. Aku lebih baik mati saja daripada mengalami segala hal setelah ini... Kenapa... Kenapa harus aku yang mengalami ini!? Kenapa mereka tidak membunuhku saja!?

"Kuhuuuukk! Sa-sakiiiit!"

Kedua payudaraku! Ah! Puting susuku! Dua ekor Goblin, masing-masing menghisap satu puting susuku! Aw! Terlalu kuat! Hisapan mulut mereka terlalu kuat! Sakit sekali! Perih! Mereka juga menggigitnya! Aduh! Sakiiit!

Aku memberontak sekuatnya. Tapi tak banyak gerakan yang bisa kulakukan karena diikat seperti ini. Dan lagi, semakin aku bergerak, semakin nyeri kurasakan pada kedua puting susuku! Puting susuku rasanya ditarik hingga begitu panjang oleh mulut-mulut makhluk kerdil berwarna hijau ini!

"Khuuuukk... Sakit! Sakit! Hentikaaan! Haaaakkk..."

Satu Goblin sibuk dengan telingaku. Dua sedang menyiksa puting susuku. Sepertinya, masih ada satu lagi? Apa yang direncanakan makhluk bejat itu sekarang!? Bunuh saja akuuu!

"Hhhhhhhh!!! Ha-! Ha-! Sa-! Saki-!Henti-! Hakkk!"

Masih menahan nyeri hebat pada kedua puting susuku yang rasanya sudah mau robek, tiba-tiba sesuatu menggigit area di sekitar klitorisku. Sakitnya! Luar biasa sakit! Dia mengulum dan mengunyah klitorisku dengan sangat kasar! Bajingan Goblin itu! Perih sekali yang kurasa di klitorisku!

"Krrrrrhh! Krrrrrrhh!"

"Haaakkk! Ha-! Saki-! Sakiiiiit! Aaaakk!"

Goblin yang menyiksa klitorisku, semakin menggeram dan semakin pedih yang kurasakan di bawah sana! Kepalaku sampai pusing karena mengejan menahan nyeri dari payudara dan kemaluanku!

"Huaaaaakkk!!!"

Brengsek! Dia menggigit tepat pada klitorisku! Sakiiiit! Periiiih! Nyeri yang kurasakan sudah sampai di ubun-ubunku!

"Gahaaakkkkk!!!"

Seperti tidak mau kalah, dua goblin yang sedang menyakiti kedua puting susuku juga menggigit bagian pangkal dari puting susuku! Tidak hanya menggigitnya, mereka juga menariknya dengan paksa hingga putingku memanjang sampai batas kelenturan maksimal yang bisa ditahan oleh kulit puting dan areolaku! Pedih sekali rasanyaaa!

Saat ini, pasti sudah ada luka robekan pada kedua puting susuku dan juga klitorisku. Perih yang kurasakan bagaikan luka yang ditaburi garam, lalu ditusuk-tusuk jarum panas! Aku tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya!

"Aaaakk! Jangan! Jangan digigit! Sakiiit! Hentikaaaan! Jangan ditarik paksa! Robek! Robek! Itu bisa robek! Guaaaaahhhh! Haaaaa--bbbfffffff!"

Goblin yang dari tadi menjilati telingaku, melepaskannya dan berpindah posisi ke depanku. Dia mencengkram kedua pipiku dengan kedua tangannya saat aku menganga dan berteriak. Lalu memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku tidak bisa melawan. Aku tidak bisa menutup mulutku karena dia telah mengunci persendian rahangku dengan kedua tangannya.

Lidahnya begitu liar menjelajah seluruh lekukan di dalam rongga mulutku. Dan yang membuatku merasa ingin muntah adalah, lidah Goblin yang panjang itu... Ujung lidahnya bahkan mampu meraih ke dalam kerongkonganku.

Aku tidak mampu lagi menjaga kewarasanku jika hal seperti ini berlangsung lebih lama lagi! Sudah hampir satu jam mereka melecehkan tubuhku seperti ini.

"Ah! Hah... Hah... Hah... Hah..."

Tapi, di suatu titik, mereka berhenti melakukan itu. Aku mengambil nafas sebisa mungkin. Dari tadi aku seperti tercekik dan sulit untuk mengambil nafas karena rasa nyeri yang hebat ditambah rasa mual karena dicipok paksa oleh Goblin laknat ini membuat seluruh otot-ototku berkontraksi dan sulit untuk mengembangkan paru-paruku.

Tapi momen ini tak akan berlangsung lama. Aku sudah tahu itu, tapi aku masih tidak mau mempercayainya.

Dan yang kuprediksi ternyata benar. Sebuah benda tumpul yang ujungnya licin, ditempelkan oleh Goblin yang dari tadi mengulum klitorisku. Penis. Penis jahanam dan menjijikkan dari seekor Goblin... Akan menodaiku!?

Tidak. Tidak tidak tidak. Aku tidak menginginkan itu! Jangan perkosa aku dengan barang jahanam itu!

"Tidak! Jangan! Jangan masukkan itu! Aku tidak mau! Tidaaaaak! Tidaaaaakkk!!!"

Goblin itu memang kurang ajar. Aku melihat dari balik ketiakku yang sedang terangkat ke atas dan tergantung, salah satu sudut bibir Goblin itu melengkung ke atas mendengarku berteriak. Semakin keras aku berteriak, semakin lebar senyuman Goblin laknat ini.

"Stop! Berhenti! Jangan dimasukkan! Ja-jangaaaan!"

Goblin itu semakin tersenyum lebar. Dia menggesek-gesekkan ujung penisnya menelusuri lipatan genitalku. Dari belakang, menuju ke arah klitorisku, lalu ke belakang lagi menuju anusku. Dia melakukan itu berulang-ulang. Dia melumuri vulvaku yang masih kering ini dengan cairan kental yang meluber dari penisnya.

Vulvaku hanya dibasahi oleh liur dan lendir penisnya. Aku sama sekali tidak terangsang, tentu saja! Bagaimana aku bisa terangsang jika dari tadi hanya disakiti!? Dan di atas semua itu, aku sama sekali tidak menginginkan penis-penis menjijikkan dari para Goblin terkutuk ini!

"Huuaaaaaaarrrrgh! Tidaaak! Keluarkaaan! Keluarkan benda itu dari kemaluankuuu!" Aku menjerit keras ketika ia memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.

Setelah dia merasa cukup melumuri vulvaku dengan lendirnya, dia menancapkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku tanpa ragu! Dia melakukan itu hanya dengan sekali hentakan kasar! Tidak ada toleransi darinya! Goblin memang brengsek! Dia sama sekali tidak mempertimbangkan apa yang dirasakan oleh korbannya! Hanya memuaskan nafsu seks mereka sendiri saja!

"Gaaaah! Keluarkan! Keluarkan! Keluarkan penismu dari vaginaku! Penismu menyayat dinding vaginaku, bangsat! Keluarkaan! Sakiiit anjiiing!"

Penis Goblin ini terlalu besar untuk ukuran tubuhnya yang kerdil. Ditambah lagi, kondisi bagian dalam vaginaku benar-benar kering! Gesekan dari penisnya begitu perih menggerus dan mengiris bagian dalam vaginaku! Nyaris tanpa pelumas, gesekan pada dinding vaginaku rasanya seperti menggosok bola mata menggunakan batu kasar. Perih luar biasa!

Aku memang bukan seorang perawan. Aku sudah pernah melakukan hubungan seks dengan kekasihku beberapa kali sebelum dia pergi meninggalkanku karena kondisi ibuku yang dianggapnya sebagai beban. Tapi, nyeri yang kurasakan saat ini rasanya seribu kali lebih sakit daripada saat aku melepas keperawananku dulu!

"Aaakkk! Sakiiit! Lepaskaan! Keluarkan penismu dari sana! Vaginaku perih sekali! Keluarkan benda menjijikkan itu segeraa! Dinding vaginaku lecet, setan! Bajingan kalian! Bunuh saja aku, babiii!"

Aku masih meronta-ronta mencoba melepaskan penisnya dari vaginaku. Tapi aku tak berdaya. Goblin laknat itu mencengkram pinggulku dengan kedua tangannya yang memiliki kuku panjang-panjang dan menancap ke dalam kulitku.

"Aaaaabbbbffff!!! Bbbbffffffhh!!!"

"Khiieeeehhh... Kiiikiiieeeeehh..."

Penis Goblin lainnya yang juga berukuran tidak proporsional dengan tubuh kerdilnya, dihujamkan ke dalam mulutku! Penisnya sangat keras dan kulitnya sangat tebal.

Aku berusaha menggigitnya untuk memberinya pelajaran, tapi gigiku tidak dapat menembus kulit penis Goblin ini. Dia tetap saja melanjutkan goyangan pinggulnya untuk mencabuli mulutku dengan penisnya sambil mendesah keenakan.

Dua goblin sisanya, berdiri di sebelah kanan dan kiri wajahku yang sedang gelagapan menerima penis Goblin yang tadi. Mereka berdua menggosok-gosok penis mereka dengan tangan sambil meremas payudaraku dengan sangat kasar. Aku yakin saat ini kedua payudaraku sudah dipenuhi luka-luka akibat cakaran kuku panjang mereka.

Mereka berdua melakukan onani sambil menempelkan dan menggesek-gesekkan ujung penis mereka ke pipi dan mataku. Aku jijik! Lendir kental yang meluber keluar dari lubang penis mereka sangat banyak dan bau busuk! Aku ingin muntah!

"Bbbbfffhhhbbbbbffffff!!!"

Haaaarrrgh! Sakiiit! Aaarrgh! Setiap gesekan penismu itu menyiksa vaginaku! Gaaaaahh! Uuurrrrgh! Vaginaku lecet, brengsek! Uuuurrrgh!

Aku berteriak di dalam hatiku. Aku tidak bisa mengatakan apapun karena mulutku sedang disumpal penuh oleh penis najis Goblin ini.

Akan tetapi, tidak hanya semua jeritanku itu sia-sia, tapi dia juga malah mempercepat gerakan menusuk-nusuk vaginaku dengan penis kasarnya! Ini... Apakah ini artinya dia sudah mendekati orgasme!?

"Mmmbbbbbbbfffffhh!"

Jangaaaan! Jangan keluarkan di dalam vaginaku! Tidak mau! Aku tidak mau hamil dari benihmu yang busuk itu! Keluarkan penismu sebelum dia muncrat! Cepaaat! Keluarkaaaan!!! Tidaaaaaaakkk!!!

"Kheeeeeeeeeekh!!!"

*Crooott crooott crooott croooott...*

Goblin haram! Dia membuang spermanya mentok di ujung vaginaku! Sperma hina Goblin akan masuk ke dalam rahimku! Aku tidak ingin hamil anak Goblin! Tidak mauuu!

"Bbbbbffffh! Ubbbbubbbffff!"

Aaaarrgh! Periiiih! Panaaas! Spermamu yang menyembur di dalam vaginaku yang sudah lecet-lecet ini membuatnya terasa sangat perih seperti disiram air panaas! Tidaaakk!! Haaaaaarrrrggh!

"Khekhekhee..."

*Plopp*

Goblin yang sudah puas itu, mencabut penisnya dari vaginaku yang masih terasa perih dan panas akibat semburan maninya. Dia tertawa puas melihatku tersiksa.

"Kiiiiiii! Kiiiii!"

Sesaat kemudian, Goblin yang menistakan mulutku dengan penisnya pun bergoyang semakin cepat. Tak lama kemudian, dia menyemburkan seluruh muatan lendir kentalnya yang sangat deras ke dalam tenggorokanku.

*Crooot croottt croooott croooott croott*

"Ubbbbffff!!! Bbbbbffff!"

Setelah beberapa saat dia menahan penisnya terbenam di dalam mulutku hingga ejakulasinya selesai, Goblin ini mencabut penisnya dari mulutku.

"Bfffaaahh! Ohokk ohohookkk! Uhuk! Uhookk! Uweeekkk!"

Aku terbatuk-batuk hingga muntah karena spermanya menyembur terlalu dalam.

Untuk sesaat, aku merasa lega karena penderitaanku akibat siksaan tadi telah berakhir. Tetapi, betapa naifnya aku jika aku berpikir seperti itu... Mereka tidak akan berhenti sampai di sini, para makhluk hina itu.

"Kiiikiiiiik!"

"Khieekeekek!"

"Keekhiiik!"

Brengsek, apa yang mereka perdebatkan? Sementara vaginaku masih meradang dan kedua payudaraku terasa nyeri, mereka malah memperdebatkan sesuatu yang aku tidak mengerti!

Eh? Kenapa salah satu dari mereka mengambil kapak batunya? Apakah mereka mau membunuhku?

Ah... Akhirnya... Aku ingin segera mati. Aku ingin segera mati saja! Cepatlah! Bunuh aku! Aku tidak akan bisa menjalani hidup lagi setelah kalian menjadikanku toilet untuk tempat kalian membuang kotoran dari tubuh kalian! Bunuh aku! Bunuh akuuu!

Ha? Kenapa dia... Tidak segera memenggal kepalaku? Kenapa dia malah membawa kapak batu itu ke dekat selangkanganku!? Jangan-jangan...

"Khikhiiikiiii!"

Seekor Goblin yang memegang kapak dan sudah berada di depan selangkanganku, malah tertawa cekikikan. Apa yang akan kau lakukan dengan kapak itu kepadaku!? Kenapa tidak kau bunuh saja aku!!!

"Huuuaaaaaaaaakkkk!!!"

Aku merasakan benda keras dan sangat kasar mendobrak dan menusuk vaginaku! Aku kesakitan! Sakit sekali rasanya! Benda itu tidak mau masuk, tapi Goblin sialan itu memaksakannya! Dia mendorong sambil memutar-mutar benda itu agar bisa masuk ke dalam vaginaku yang masih berlumuran sperma berwarna abu-abu kehijauan! Sakiiiit sekaliiii!!!

"Gaaaahhaaaaakkk! Uuuaaaaaahhh!!!"

Apa itu? Sakit sekali! Apakah itu kapak batunya!? Tapi setelah kuintip dari antara belahan dadaku, mata kapaknya sedang dipegang olehnya. Berarti... Dia memasukkan gagang kapaknya yang terbuat dari kayu dan dibalut tali dari serat kasar tanaman itu, ke dalam vaginaku!

"Kur-! Kurang ajar! Sakit-! Sakiiiit! Hentikaan! Goblin brengseek! Aaaaarrrrrgh! Haaaaaaarrrgh!"

Dengan paksaan darinya, separuh gagang kapaknya sudah masuk ke liang senggamaku! Aku yakin, seluruh dinding vaginaku yang sudah dilalui gagang kapak itu telah lecet-lecet, bahkann robek! Sakitnya! Perihnya! Aku tidak kuat lagi!!! Sakitnyaaaa!!!

"Khiiiiiiiiiik!"

"GUUUUAAAAAAAAARRRRGGH!!! Hahh! Sa-! Saki-! Sak-! Sakiiit! Hahh!"

Goblin laknat itu menghentakkan sisa gagang kapak yang belum masuk itu sekuat tenaganya. Gagang itupun akhirnya berhasil masuk seluruhnya ke dalam selubung reproduksiku. Ujung gagang kapak itu menyeruak ke arah rahimku, memaksa cervix-ku untuk terbuka secara paksa dan menembusnya! Aku merasakan dorongan sesuatu benda keras kepada usus di dalam perutku!

"Ha-! Hak-! Aahak-!"

Aku bahkan sudah tak mampu berteriak lagi.

Menerima rasa nyeri yang tak tertahankan itu, seluruh tubuhku menjadi katatonik, pandanganku gelap, bola mataku terputar ke atas sampai hanya bagian putihnya saja yang dapat terlihat. Denyutan nyeri yang hebat kurasakan pada seluruh lubang vaginaku dari pintu masuk hingga mentok di dekat cervix.

Lalu Goblin brengsek itu melepaskan pegangannya pada kapak batu miliknya. Kapak batu itu tertancap begitu dalam, hingga mata kapaknya saja yang tersisa. Dan itupun hanya dibiarkannya bergelantungan di depan pintu masuk vaginaku.

"Ughuubbbffhhhbbb!"

Goblin lainnya yang belum membuang mani kental berwarna hijaunya di dalam tubuhku, menggantikan penis Goblin sebelumnya di dalam mulutku.

Aku sudah lelah. Aku tak sekuat seperti saat di awal pemerkosaan ini terjadi. Aku sudah kelelahan menahan sakit dan jijik. Saat ini, lidahku sudah mati rasa. Rasa pahit, asin, maupun asam dari penis Goblin ini sudah tak dapat kurasa lagi.

Sudah kuputuskan. Jika mereka tak membunuhku setelah selesai memuaskan diri mereka dengan menikmati tubuhku, maka aku akan membunuh diriku sendiri. Aku tidak mungkin bisa melanjutkan hidupku setelah semua ini.

"Hbff! Bbh! Bfh! Mpf! Mbff!"

Tapi tetap saja, aku merasakan nyeri setiap kali dia mendorong batang kenikmatannya ke dalam mulutku dengan kasar. Bukan, bukan mulutku yang merasakan nyeri. Tapi vaginaku! Setiap dia menghentakkan penisnya ke dalam mulutku, gagang kapak yang sudah tertancap begitu dalam hingga masuk ke rongga rahimku pun ikut bergoyang kasar di dalam vaginaku. Menyodok sakit ke dinding rahimku.

Perutku rasanya seperti diaduk oleh batang kayu yang besar. Ususku seperti melebur menjadi bubur di dalam perutku. Perasaan ingin muntah, ingin berak, dan ingin kencing semua bercampur menjadi satu.

Tapi tidak sampai di situ...

"Bbff! Bffffbbbbbffffhh!!!"

Ha-! Jangaaan! Jangan kau masukkan ke lubang itu! Itu tempat berakku keluar! Bukan tempat kau memasukkan penismu! Jangaaan!

Goblin itu mulai menempelkan ujung penis besarnya ke depan lubang anusku dan memain-mainkannya di situ! Pasti dia berencana untuk memasukkannya! Aku benar-benar tak ingin dia memasukkannya ke sana!  Pasti sakit luar biasa rasanya!

"MMBBBBBFFFFFFFHH!!!"

Ternyata benar. Goblin biadap itu memasukkannya! Aku merasakan pantatku meregang hebat ketika penisnya menyeruak membobol anusku yang sudah kusempitkan. Sekuat tenaga aku mengkontraksikan anusku agar penisnya tidak dapat dimasuki. Tapi sia-sia.

Hentakan penisnya ke dalam anusku lebih kuat daripada kontraksi otot anusku untuk menutup rapat lubang itu. Aku merasakan seperti ada getaran *krrrrkk* pada anusku, yang diikuti rasa pedih yang tak tertahankan! Apakah... Penisnya telah merobek anusku karena dia memaksa penisnya masuk saat aku sedang merapatkannya!?

"BBBBFFFFFFFMMMMMBBBBFF!!!"

Dia mengacuhkanku yang berusaha teriak sekuat tenaga meski seluruh rongga mulutku sudah disumpal sepenuhnya oleh penis laknat dari Goblin lainnya.

Goblin yang sudah berada di dalam pantatku, mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur! Sakitttt! Bukan hanya nyeri dari robekan anusku yang terasa menyiksa, tapi juga nyeri akibat pergerakan brutal gagang kapak di dalam rahimku! Aku benar-benar tersiksa!

Hentikaaan! Aku tak sanggup lagiii! Aku ingin mati! Aku benar-benar ingin mati saja! Stop! Aku sudah tidak kuat lagiii!

"BBBBBBFFFF!!! Mfff..."

Nyeri yang terlalu hebat ini, sudah melebihi ambang batas daya tahanku dalam menahan nyeri. Sehelai benang tipis yang dari tadi masih menggantungkan nyawaku seakan-akan telah putus.

"H... H... H... H..."

Dan kini, mataku masih terbuka, telingaku masih bisa mendengar, tapi tubuhku sudah tak merasakan apapun lagi. Aku hanya bisa terdiam sambil mengalirkan air mata. Udara hanya keluar dan masuk begitu saja melalui hidungku setiap kali mereka menghujamkan batang jahanam mereka ke dalam lubang-lubang yang ada di tubuhku.

Entah berapa lama hal ini berlangsung. Aku sudah tidak memiliki orientasi waktu dan ruang lagi. Mataku terbuka lebar tapi pandanganku gelap.

Mereka sudah berulang kali memperkosaku, bergantian. Entah berapa kali dari masing-masing mereka sudah membuahiku dengan menumpahkan benih-benih iblis mereka ke dalam vaginaku.

Ah... Aku sudah mulai tak sadarkan diri... Terserah mau mereka apakan lagi tubuhku yang sudah tak layak untuk hidup ini...

*GUBRRRAAAKKK!!!*

Hah... Suara apa itu? Oh... Pintu rumahku didobrak hingga pecah berpuing-puing...

Apakah, ada seorang Hero yang datang untuk menyelamatkanku?

Hahaha...

Aku sudah gila...

Mana ada Hero yang akan datang untuk menyelamatkan perempuan hina sepertiku...

Khayalanku... Terlalu tinggi... Hahaha...

A/N: Singing Khayalan Tingkat Tinggi - Peterpan. Anjay jadul amat.

*Crraakk crraaakk*

*Bruugg*

Aku terjatuh dan tergeletak di lantai, tak berdaya.

Hee... Ada yang memutuskan tali ikatan di tangan dan kakiku...

Mungkin... Mungkin khayalanku tadi benar-benar terjadi...?

Seorang Hero telah datang menyelamatkanku...?

Hahaha... Harapan yang terlalu tinggi akan membuatku kecewa...

Aku tidak akan berharap...

Tidak mungkin ada yang menyelamatkanku...

"HAAAAAAAARRRRRGGH!!!"

Kudengar sebuah teriakan keras di dekatku. Bukan teriakan manusia. Suaranya terlalu ngebass dan parau untuk ukuran manusia.

Kurasakan kakiku dicengkram oleh satu tangan besar, lalu tubuhku diangkat. Kaki di atas, kepala di bawah.

Lalu, saat kufokuskan pandanganku, aku melihat wajah besar yang menyerupai babi berwarna merah kecoklatan, dengan dua buah taring menjulang tinggi keluar dari rahang bawahnya. Wajahnya terkena cipratan darah. Nafasnya terdengar keras dan kasar. Setiap dia menghembuskan nafas, udara di sekitarnya ikut bergetar.

Itu...

Yang jelas, itu bukan Hero.

Sesuai dugaanku.

Tapi kemungkinan besar itu adalah...

Orc!

Orc ini datang dan ingin mencabuliku juga! Ah... Sudah tak masalah lagi. Seluruh tubuhku sudah mati rasa. Biarkan saja dia--

"Gaobbbff! Ghookk! Khoookk! Oghoobbf!"

Orc itu! Dia langsung memasukkan penis raksasa miliknya ke dalam mulutku dengan paksa! Ini berbeda! Penisnya terlalu besar! Sebesar dan sepanjang ukuran lengan pria dewasa!

Penisnya memaksa rahangku terbuka terlalu lebar hingga rasanya mau patah! Dan ujungnya tidak hanya berhenti di depan kerongkonganku! Tapi terus masuk menyusuri rongga dadaku hingga rasanya hampir mencapai ke dalam lambungku!

Aku yang sudah mati rasa sebelumnya, kembali merasakan teror. Teror yang jauh lebih hebat! Dan juga, nyeri yang lebih hebat! Penisnya terlalu besar bagi mulutku dan kerongkonganku. penis itu meregangkan seluruh saluran cerna mulai dari mulut hingga hampir mencapai lambungku! Semuanya terlalu meregang! Pasti robek!

Dia masih mencengkram kedua kakiku dan membuat tubuhku tergantung secara terbalik dengan satu tangannya. Sedangkan tangan yang satu lagi, mendorong bagian belakang kepalaku agar penisnya bisa keluar masuk mulutku sesuai kehendaknya.

"Ogg! Gokk! Gok! Ogok! Ogh! Ogg!"

Setelah cukup lama dia mengacak-acak mulut dan kerongkonganku, dia mulai mempercepat gerakan memompa penisnya! Aku tersiksa! Aku tidak bisa bernafas karena ini!

"HUUUAAAAAAAAAARRRRGGH!!!"

*Crroooooooottttttt crooott croott croott crooott*

Dia menghujamkan penis raksasanya begitu dalam, sampai wajahku mentok menempel ditekan kuat ke pubis dan skrotumnya.

"Ggh! Gg! Ggh! Ghg! Ghh!"

Cairan kental dari dalam lubang penisnya menyembur keluar. Arus semburannya begitu kuat, membuat seluruh rongga dadaku bergetar setiap kali keluar semburan sperma. Dan cairan kental itu langsung masuk ke dalam lambungku!

Aku... Aku merasa kekenyangan akibat terlalu banyak sperma yang tertampung di dalam lambungku! Bagaimana mungkin aku bisa kekenyangan karena menenggak paksa sperma!? Sebanyak apa mani yang disemburkan Orc iblis ini!?

*Ssssrrrrrrplop*

"Pahhhaakkk! Ahaakk! Ohok ohook! Gohok! Uhohokk!"

Dia mencabut penisnya dengan sangat kasar. Jalur yang dilewati penisnya ketika dia mencabutnya, ikut terlumuri oleh sisa mani kental yang masih mengalir keluar dari ujung penisnya. Membuat aku tersedak dan batuk-batuk.

"Ohook... Hahh... Hahh... Hahh... Hahh..."

Tanpa kusadari, tubuhku berusaha keras untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Setelah beberapa menit terakhir aku tidak bisa bernafas, tubuhku menjadi haus akan oksigen yang ada di udara.

"GGRRRRRHH!!!"

"Haaaaa! Ugh!"

Orc itu melemparku ke kasur seakan-akan aku hanyalah benda mati yang tak bernyawa. Setelah mendarat di kasur, aku berniat untuk lari. Aku ingin lari meninggalkan semua ini!

Tapi, tubuhku tidak sejalan dengan pikiranku. Tubuhku tidak dapat digerakkan. Seluruh organ dalamku meronta kesakitan. Aku tak dapat menggerakkan tubuhku dan hanya terkapar lemah di atas kasur.

"Haarrgh..."

Orc itu memposisikan tubuhku telentang melintang di kasur. Lalu kedua kakiku dicengkramnya, disibakkan, kemudian diangkatnya hingga selangkanganku yang sudah berlumuran cairan kental dari penis Goblin ini menjadi sejajar dengan penisnya yang masih berdiri kokoh berlumuran lendir dan darah. Kepalaku dibiarkannya terjuntai di atas kasur.

"Aaaaaarrrrgh! Kiyaaaaaahhh!!!"

Aku hanya bisa berteriak sekuat tenaga yang masih tersisa di tubuhku, ketika penis raksasanya merobek liang vaginaku dari luar hingga ke dalam seiring masuknya penis raksasa penuh lendir bening kental itu. Organ genitalku belum siap, dan tidak pernah siap, untuk tiba-tiba meregang menjadi terlalu lebar.

"Ghoooaaaaaaaaaaakkkk!!!"

Nyeri hebat yang kurasakan tidak sampai di situ! Tapi terus berlanjut, sampai merobek leher rahimku juga! Dan ketika seluruh batang penisnya sudah masuk, ujungnya sudah mendorong bagian ujung dalam rahimku dengan dorongan yang hampir merobeknya!

"Hakkkkk! Hukkkkk! Gaakkkkkk! Hakkkkkk! Kahakkkk!"

Aku tak dapat berkata apapun lagi. Hanya jeritan meracau yang keluar dari mulutku. Gerakan piston yang keluar masuk dari pintu masuk vaginaku hingga ke fundus uteriku (ujung rongga rahim), terasa jauh lebih menyiksa daripada semua siksaan para Goblin sebelumnya.

Penisnya semakin membengkak dan bertambah besar di dalam lubang yang seharusnya merupakan titik kenikmatan seksualku! Setiap dia menggesek liang peranakan milikku, aku merasakan tekanan dan gesekan juga pada tulang ekorku, pada tulang pubisku, dan juga pada tulang dudukku. Penis raksasa itu memenuhi seluruh pintu panggulku di bagian dalam!

Dan yang membuatku semakin tersiksa, adalah kepala penisnya yang mendorong ujung lubang rahimku begitu jauh. Diafragmaku terbentur setiap kali dia mendorong penisnya masuk hingga ke pangkalnya. Kalau seperti ini terus, rahimku bisa robek besar...

Setelah sekian lama, dia mulai lagi untuk mempercepat gerakannya.

"A- a- a- a- a- a-"

Aku hanya bisa pasrah karena rasanya seluruh saraf di tubuhku sudah putus. Aku sudah jauh melewati ambang batas nyeri yang dapat kuterima. Suara yang keluar dari mulutku kini hanyalah akibat dorongan pada diafragmaku oleh hentakan penisnya. Aku bahkan sudah merasa bahwa aku tidak bernafas lagi.

"UUUGGGGGUURRRYYAAAAAHH!!!" Orc busuk itu berteriak puas.

"GAAHHAAAAAAAKKKK!!!" Sedangkan aku berteriak kesakitan hampir mati.

*CRREEEKKK!!!*

Orc itu mendorongkan hentakan terakhir pinggulnya sebelum ejakulasi, dengan sekuat tenaganya! Tubuh manusia biasa yang kumiliki tidak akan sebanding dengan kekuatan seekor Orc. Dan di dalam perutku, aku merasakan telah terjadi robekan besar. Apalagi, kalau bukan robekan besar pada rahimku... Karena seluruh organ reproduksiku selain rahim sudah terkoyak-koyak hancur dari tadi.

*CRRROOOOOOOOTTTTT CROOTT CROOOTT CROOOTT CROOOTT*

Kurasakan semburan sperma Orc ini menyemprot ke dalam perutku. Mengisi ruang-ruang celah di antara usus dan organ dalamku. Kepala penisnya sudah merobek dan menembus rahimku sehingga seluruh spermanya menyembur di dalam rongga perutku.

"GUAAAAAAARRRGH!!!"

Samar-samar, aku masih bisa mendengar teriakan kemenangan dan kepuasan dari Orc itu. Dan ketika ia mencabut penisnya yang sudah berlumuran darahku, aku merasakan adanya aliran cairan yang cukup encer keluar dari lubang vaginaku. Tidak salah lagi. Itu darah. Darah akibat terlalu banyak trauma robekan besar di sepanjang saluran reproduksiku.

Pandanganku kembali gelap. Nafasku tidak lagi memburu. Malah, sekarang kurasakan nafasku semakin lemah. Tubuhku sama sekali tak dapat digerakkan. Dan darah dari kemaluanku, masih terus mengalir deras. Semakin banyak darah yang mengalir keluar dari kelaminku, semakin dekat gerbang kematian kurasa.

"Hey! Monster bangsat! Heyaaahh!"

*Donggg*

*Craasssssss*

"HAAARRRRKKKK!!!"

*Brukkk*

"Fire Bolt! Fire Bolt!"

*Wuuzzz wuuuzzz*

*Blaarrr blaaarrr*

"Stone Bullet!"

*Wuuunggg*

*Braakk*

"Throw Dagger!"

*Whisss*

*Crokk*

Ah... Akhirnya bantuan datang... Terima kasih... Tapi, sayang sekali. Nyawaku hanya sampai di sini. Andai saja bantuan datang satu jam lebih cepat... Hahaha... Tapi, tetap, terima kasih...

"Grista! Kasih obat wanita itu!"

"Ok! ....... Maaf, Garen. Dia udah nggak ada."

"Bangsat! Brengsek! Anjing! Aaaarrgh! Seandainya kita sampai di sini lebih awal..."

"Hah!? Jadi kau menyalahkanku!? Mau kupatahkan batang hidungmu!? Salahmu sendiri, jadi orang kenapa lemah sekali!!!"

"Sabar, Kak Cyane... Garen sedang emosi, jangan ditanggepin... Sabar, Kak, sabaarr..."

"Huh!"

_______________________________________

Yesss selesaaaiii! Bagaimana? Suka? Tidak suka? Jijik? Puas? Atau masih kurang? Sampaikan ide kalian, biar bisa saya jadikan materi untuk di masa yang akan datang! Hehehe...

Berikutnya, kita lanjut ke jalan yang lurus lagi. Vote dan komentar, ya! Terima kasih!