Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 73 - Chapter 39

Chapter 73 - Chapter 39

Hai haaaaaiiii! Chapter sebelumnya hanya obrolan saja. Membosankan! Hahaha... Ayo kita action lagi di chapter ini!

Ayo vote dan komentar lah jangan malu-malu... Hanya saya saja kok yang tahu kalau kalian vote! Hehe...

Selamat membacaaaa!

_______________________________________

"Yang Mulia Ratu Marca! Ada laporan darurat dari Tentara Penjaga Perbatasan!"

Seorang Prajurit Pengirim Pesan datang dan berlutut di hadapan Ratu Marca. Dengan nafas sedikit tersengal, dia menyampaikan informasi emergensi yang didapatnya dari Tentara Penjaga Perbatasan.

"Katakan." Perintah Ratu Marca.

"Didapatkan penglihatan akan adanya massa dua ratus ribu Tentara Kerajaan Krauzer bersama massa lima puluh ribu monster dan Demihuman. Di antaranya terdapat beberapa monster raksasa kelas C! Pasukan mereka berkumpul dan mendirikan tenda di Dataran Dangol, dekat dengan perbatasan wilayah Kerajaan Elysium!"

"Berapa jumlah kekuatan kita jika mengumpulkan seluruh pasukan yang ada di perbatasan ditambah dengan seluruh kastil dan benteng yang ada di sekitar area perbatasan?"

"... Jika dikumpulkan, kita hanya memiliki sekitar seratus ribu pasukan, Yang Mulia." Sang Prajurit menjawab setelah diam berpikir sejenak.

"Tidak ada pilihan lain. Kerahkan semua pasukan yang ada di sekitar perbatasan untuk berkumpul. Umumkan status perang kepada semua Guild agar mengaktifkan prosedur darurat militer. Tentara Syndas segera dikirim menuju perbatasan. Ajukan permintaan bantuan kepada Kerajaan Balvara. Semoga kita masih memiliki waktu. Segera!"

"Laksanakan, Yang Mulia. Panjang umur Ratu Marca!"

"""Panjang umur Ratu Marca!!!"""

Prajurit itu bergegas meninggalkan Ruang Singgasana untuk meneruskan perintah Sang Ratu kepada seluruh divisi yang terkait.

"Dimana Dark Edge dan Lunar Eclipse saat kita paling membutuhkan mereka..." Gumam Ratu Marca.

***

"Lapor, Yang Mulia Raja Vemarn! Pasukan bersama Tuan Hero Fazar sudah berkumpul dan mendirikan tenda perang di Dataran Dangol, dekat perbatasan antara Kerajaan Krauzer dengan Kerajaan Elysium."

"Lanjutkan sesuai rencana."

"Laksanakan, Yang Mulia!"

Hm... Ini kesempatan yang tepat untuk mengukur hasil latihan selama beberapa bulan dari Hero ini. Aku tidak mengincar kemenangan. Tapi aku anggap ini merupakan uji coba saja.

Hero baru ini memerlukan latihan riil untuk dapat menempa mentalnya. Dia masih sangat muda. Akan sulit baginya melihat kenyataan perang yang sesungguhnya untuk pertama kali. Dengan ini, kuharapkan mentalnya akan menjadi semakin kokoh.

Dan jika kami mengalami kekalahan pun, aku sudah merencanakan untuk menarik mundur pasukan sebelum terlalu banyak korban berjatuhan. Dan aku sengaja mengirim pasukan besar agar musuh juga memobilisasi pasukan besar untuk melawan. Ini akan menjati pelatihan yang sempurna untuk bayi macan kami, hahaha...

***

'Demon Lord...'

'S-Sylph!?'

'Hamba, Yang Mulia...'

'Hamba? Demon Lord? Apa maksudnya itu!?'

'Hamba telah melihat kekuatan Yang Mulia. Yang Mulia, tidak salah lagi, adalah Demon Lord yang akan memimpin kami semua di masa yang akan datang.'

'Bukan. Aku bukan Demon Lord atau apalah. Tapi terserah kau saja mau menganggapku apa, aku nggak peduli. Dan kau! Kau curang waktu itu! Masa kau menyatu dengan alam, sih!? Nggak adil dong! Kalo keliatan, kan aku bisa nyerang!'

'M-maaf, Yang Mulia. Hamba telah lancang! Ampuni hamba, Yang Mulia! Dan, hamba juga ingin memohon ampun kepada Yang Mulia karena telah lancang menyerang Yang Mulia bersama seluruh Pengikut Yang Mulia. Kalau hamba boleh tahu, apakah yang diinginkan oleh Yang Mulia terhadap hamba yang tidak berguna ini?'

'Ah, sudahlah. Oh, ya... Sebenarnya, aku ingin kristalmu. Aku ingin membuat Bow dan Dagger baru untuk Syla. Yang sangat kuat agar dia mampu mengeluarkan seluruh potensinya dalam pertempuran. Sekaligus untuk membuatkan armor khusus buat Ren.'

'Ah! Maksud Yang Mulia, Pure Wind Crystal milikku?'

'Iya... Sebenarnya aku juga membutuhkan kristal yang dari Dryad/Gnome, Undine, dan Salamander. Juga kulit, tanduk, dan taring Salamander.'

'.... Hamba paham maksud Yang Mulia. Yang Mulia berencana membuat senjata dan armor yang memiliki kekuatan amplifikasi dan resistensi elemen yang sangat tinggi... Hamba bisa membantu Yang Mulia untuk mendapatkan kristal dari Dryad dan Undine. Kristal milik Gnome bukanlah yang murni, jadi sebaiknya Dryad saja, Yang Mulia. Namun, untuk Salamander...'

'Yah, aku butuh banyak dari Salamander. Jadi kemungkinan besar aku harus ngalahin dia, kan?'

'Itu salah satu poin, Yang Mulia. Poin lainnya adalah, karena Salamander memiliki kepribadian yang sulit untuk diajak berdiskusi, apalagi bekerjasama.'

'Aku ngerti. Okelah, kalo gitu mohon bantuannya untuk Dryad dan Undine, ya...'

'Apapun yang diinginkan Yang Mulia, selama hamba mampu melakukannya, akan hamba berikan segala yang diminta oleh Yang Mulia. Karena Yang Mulia adalah takdir dari masa depan kami para monster.'

'Ah, udahlah ngomong soal itunya. Lagian, aku juga bukan Demon Lord. Kalian ini sama aja semuanya...'

***

"Komandan! Terlihat pergerakan dari pasukan musuh!"

"Anjing. Cepat sekali mereka menyerang!"

"Tapi, yang menyerang hanyalah para monster dan Demihuman kelas bawah, Komandan!"

"Grrrh! Pasukan bantuan masih membutuhkan waktu satu hingga dua hari paling cepat untuk mencapai sini. Semua pasukan, SIAGA!!!"

"""SIAP!!!"""

Para Tentara Penjaga Perbatasan bersiap untuk menahan serangan dari Kerajaan Krauzer. Yang aneh dari serangan ini adalah, bukan tentara biasa yang maju untuk menyerang. Tetapi massa monster dan Demihuman yang berjumlah sepuluh ribuan. Jumlah yang sangat banyak walaupun mereka hanya merupakan monster-monster kelas F dan E.

Namun dengan jumlah pasukan perbatasan yang sangat terbatas, tentunya akan banyak korban jiwa dari pihak Kerajaan Elysium yang berjatuhan. Meski demikian, mereka tidak punya pilihan lain selain mengangkat senjata dan mempertahankan garis perbatasan dengan nyawa mereka.

Suara gemertak dari tangan-tangan yang gemetar memegang senjata pun sudah mulai terdengar. Perang melawan monster dan Demihuman, dengan jumlah pasukan yang tidak banyak, tentunya akan sangat menakutkan.

Mereka adalah Tentara Kerajaan Elysium. Mereka yang menjaga perbatasan sudah entah berapa kali menghadapi serangan dari Tentara Kerajaan Krauzer. Tapi baru kali ini mereka merasakan aura kematian yang berbeda dari biasanya. Gemetar di tangan mereka memang bukan tak beralasan.

"Hidup dan mati kita hanya Dewi Gaea yang menentukan! Kita harus mempertahankan garis perbatasan ini dengan nyawa kita! Kuatkan hati kalian semua! Kita adalah Tentara Kerajaan Elysium! Panjang umur Ratu Marcaaa!!!" Sang Komandan menyerukan teriakan pembakar semangat juang kepada pasukannya.

"""PANJANG UMUR RATU MARCAAA!!!""" Seluruh pasukan membalas seruan Sang Komandan dengan semangat yang membara, tak ada lagi gemetar di jemari mereka.

"Archer! Siapkan panah api! Artileri, bersiaga!"

"""Siaaaap!!!"""

***

"Akhirnya... Aku akan menghadapi perang yang sesungguhnya..." Fazar bergumam pada dirinya sendiri.

Fazar, seorang summoned hero yang memiliki kelas Summoner, untuk pertama kalinya terjun ke medan perang yang sesungguhnya. Jantungnya berdebar akibat arus deras adrenalin mengalir dalam darahnya. Tangannya bergetar, bukan karena takut, tapi karena bersemangat.

"Tuan Fazar, silahkan..."

"Baik, Tuan Rufius. Pasukan, SERAAAANG!!!"

"""HAAAAAAAAARRRRRRGGHH!!!"""

Semua makhluk summon bergerak maju untuk menyerang benteng perbatasan antara Kerajaan Krauzer dengan Kerajaan Elysium. Mereka tidak bergerak secara berantakan. Mereka maju dengan berbaris secara teratur. Formasi menyerang sambil bertahan dari proyektil-proyektil yang ditembakkan oleh musuhnya dari atas dinding benteng perbatasan.

Bukan cara berperang sekumpulan monster dan Demihuman biasa!

Turqorex, monster menyerupai kura-kura, memiliki cangkang yang keras dengan kepala kadal karnivora, berfungsi untuk melindungi para Goblin, Orc, Rabid Wolf, dan Dire Wolf. Mereka membentuk formasi selang-seling untuk melindungi yang lainnya dari serangan panah dan artileri dari depan.

Formasinya adalah sebaris Turqorex di paling depan, lalu di belakangnya berbaris Orc dan Goblin dengan rapat. Para Orc menjunjung potongan kayu yang melebar di atas kepala mereka untuk melindungi dari serangan yang datang dari atas. Masing-masing Goblin menunggangi Dire Wolf dan Rabid Wolf.

Lalu di belakangnya terdapat barisan Turqorex lagi. Dan di belakangnya lagi, terdapat barisan Orc dan Goblin yang menunggangi serigala.

Sedangkan tinggi di udara, beterbangan Flaren dengan manuver yang sangat lincah dan sulit ditebak trayeknya. Mereka yang memiliki kecepatan terbang lumayan tinggi, maju duluan untuk mengganggu para Tentara Kerajaan Elysium agar tidak dapat secara leluasa menembaki pasukan makhluk summon yang berada di daratan.

Panah dari para Archer dan proyektil dari ballista serta catapult milik Tentara Kerajaan Elysium tidak lagi menjadi momok yang menyeramkan. Semua sudah diperhitungkan dan dipersiapkan oleh Fazar dan Rufius. Korban yang berjatuhan dari pihak makhluk summon jumlahnya sangatlah sedikit.

Setelah beberapa lama menempuh perjalanan menuju benteng perbatasan, para Orc mengeluarkan tangga dan potongan kayu yang mereka bawa, lalu disandarkan ke tembok agar para Goblin serta kawanan serigala dapat memanjatnya dengan cepat.

"Cepat dorong tangga-tangga itu!"

"Bakar mereka! Bakar!"

Tentara Elysium tidak tinggal diam. Mereka mendorong tangga tersebut dengan galah yang panjang agar terjatuh ke sisi yang berlawanan. Selain itu, mereka juga menyiramnya dengan minyak yang sebelumnya digunakan oleh Archer untuk menembakkan panah api. Lalu tangga dan potongan kayu yang sudah disiram minyak itu, mereka bakar.

Awalnya, trik itu terlihat efektif. Tapi lama-kelamaan, mereka keteteran juga karena para makhluk summon itu sama sekali tidak mengenal frase takut mati. Mereka semakin garang, semakin banyak tangga dan potongan kayu yang disandarkan hingga banyak Goblin beserta tunggangan serigalanya yang naik ke atas tembok pembatas wilayah kerajaan.

"Khiiiikk!"

"Rrrauuufff!"

"Grrrrrruuhh!"

*Trang crakk crookk kraakk tringg jrookk*

Pertarungan antara Goblin yang bersenjatakan kapak batu primitif beserta tunggangannya dengan Tentara Kerajaan Elysium yang berjaga di bagian atas tembok benteng perbatasan berlangsung cukup sengit, namun Pasukan makhluk summon dari Kerajaan Krauzer masih sedikit lebih menguasai pertempuran.

"Hmm... Gimana kalo aku jebol saja gerbangnya..." Gumam Fazar sambil memperhatikan area pertempuran.

Fazar memang merasa sedikit mual melihat darah berceceran dan bercipratan dimana-mana. Tapi dia berusaha keras untuk menahannya. Dia harus bisa terbiasa dengan pemandangan ini. Karena yang berikutnya, pasti akan lebih banyak lagi korban berjatuhan. Terutama ketika perang skala penuh dimulai, di saat pasukan bantuan di pihak musuh telah tiba nanti.

Keringat dingin sebesar biji jagung mulai terkumpul di wajahnya. Dia mengerti, walaupun bukan tangannya langsung yang membunuh para Tentara Kerajaan Elysium itu, tapi dia juga dilumuri dosa. Karena yang membunuh mereka semua adalah makhluk-makhluk yang telah di-summon-nya.

Sudah tidak ada jalan kembali bagi Fazar. Dia sudah melakukannya. Dia sudah penuh dosa. Yang dapat ia lakukan saat ini adalah menarik nafas panjang untuk menguatkan hatinya, lalu terus menyerang!

"Summon Stone Golem!!!"

*Shiii shiii shiii shiii shii shiii shiii*

Tujuh ekor Stone Golem muncul seketika di lokasi yang telah ditentukan oleh Fazar. Monster kelas D. Mereka berwujud seperti tumpukan bebatuan besar yang memiliki persendian untuk pergerakan tubuhnya. Tingginya mencapai sekitar 15 meter.

Dimana Fazar memposisikan tujuh ekor Stone Golem tersebut? Tentunya, pada area di depan gerbang besar tembok pembatas antar wilayah kerajaan.

Hancurkan gerbang itu!

Fazar memberikan perintah di dalam hati kepada tujuh ekor Stone Golem yang baru di-summon untuk menghancurkan gerbang. Semua Tentara Kerajaan Elysium yang masih berada pada pengoperasian ballista, langsung memfokuskan tembakan-tembakan ballista kepada tujuh ekor Stone Golem yang sedang berjalan dengan berat dan hampir mencapai gerbang.

"Dari mana munculnya Golem-Golem itu!? Artileri, tembak para Golem yang ada di depan gerbang itu!!!"

*Fuuzzzz fuuuzzz fuuuzzz*

*Braakk braaakk braakkk*

Bidikan yang tepat sasaran dan mengenai bagian tubuh dari Stone Golem terlihat cukup efektif. Stone Golem tidak terlalu kuat terhadap benturan yang sangat keras. Panah besar yang dilepaskan ballista itu menyebabkan kerusakan yang lumayan pada bagian yang terkena tembakan.

Apalagi di saat panah besar dari ballista itu tepat mengenai persendian Stone Golem, langsung membuatnya putus. Akan tetapi, Stone Golem yang kepalanya berhasil dihancurkan, masih tetap bisa bergerak dan menyerang gerbang. Kelemahan Stone Golem bukan pada kepalanya, tapi lebih kepada persendiannya.

"Persendiannya! Fokuskan serangan ballista pada persendiannya!" Sang Komandan yang dengan cermat telah memperhatikan hal tersebut, langsung memberikan perintah kepada seluruh petugas ballista.

*Fuuuzzz fuuuuzzz fuuuzzz fuuuuzzz fuuuuzzz*

*Braakk braakkk daaaarrr brraakkk daaarrrr*

Gelombang tembakan ballista yang berikutnya, difokuskan kepada persendian kaki beberapa Stone Golem. Akibatnya, 3 dari 7 Stone Golem yang ada, dapat dilumpuhkan. Tiga Stone Golem tersebut sudah tidak memiliki kaki lagi untuk berjalan. Hanya bisa ngesot perlahan.

Tiga dari tujuh.

Sebenarnya, itu bukanlah angka yang fantastis. Karena pada kenyataannya, masih ada empat ekor Stone Golem yang tersisa. Dari empat itu, pada akhirnya dua ekor berhasil mencapai gerbang dan mendobraknya. Dengan massa tubuh yang cukup besar seperti itu, dua ekor Stone Golem itu berhasil menghancurkan gerbang hanya dengan dua atau tiga kali serangan fisik.

Semua yang masih berada di sisi luar pagar, masuk ke dalam dan bunuh semua musuh!

Fazar memberikan instruksi selanjutnya kepada semua makhluk summon miliknya.

Gerbang telah hancur. Dengan hancurnya gerbang tersebut, maka dimulailah serangan pasukan Orc yang dari tadi masih berada di luar. Mereka berlari menyerbu semua yang ada di sisi dalam tembok. Goblin yang menunggangi Rabid Wolf dan Dire Wolf, yang masih berada di luar, juga ikut menyerbu ke sisi dalam tembok bersama Orc.

Perang masih berlanjut. Jebolnya gerbang membuat Tentara Kerajaan Elysium yang bertugas menjaga perbatasan semakin tersudut. Semakin banyak korban di pihak mereka.

Dari awal, mereka sudah kalah jumlah. Yang dapat membuat mereka masih bisa mempertahankannya hanyalah keuntungan dari adanya tembok tinggi yang melindungi mereka. Ditambah lagi, posisi mereka menyerang dari atas tembok tersebut.

Jebolnya gerbang berarti lenyap pula keuntungan tersebut. Mereka sudah tidak ada harapan untuk menang lagi. Jika terus dipaksakan bertarung, maka sama artinya dengan mati konyol. Kematian yang sia-sia.

Bala bantuan masih membutuhkan waktu sekitar 5 hari hingga 7 hari untuk mencapai lokasi ini. Tapi sungguh disayangkan, karena mundur tidak termasuk di dalam pilihan yang bisa mereka ambil saat ini.

***

"Liv-- maksud saya, Tuan Putri, sebentar lagi kita sudah hampir sampai di Kota Syndas. Maafkan kami karena tidak langsung mengantar Tuan Putri kembali ke Kota Arvena. Karena Kota Syndas jauh lebih dekat dengan Pegunungan Cryom." Ucap Garen kepada Liviara, tidak berani hanya memanggil namanya saja di saat tidak ada Arka.

"Santai saja. Itu bukan masalah untuk saat ini. Mereka itu... Kenapa mereka meninggalkan kita di puncak gunung? Padahal bisa saja mereka menunggu kita sebentar untuk ikut mereka..." Liv menggerutu.

"Liviara! Tentu saja mereka tidak menunggu kita! Syla dan Ren pasti sangat mengkhawatirkan kondisi Tuan Arka! Kalau aku berada di posisi mereka, aku juga tidak akan berpikir dua kali! Aku akan meninggalkan kalian semua!" Mendengar ocehan Liv, Cyane langsung membentaknya.

"Sudah, sudah Kak Cyane... Jangan marah-marah... Kita doakan saja semoga Kak Arka tidak kenapa-kenapa, ya..." Aesa mencoba menenangkan Cyane.

"Andai saja Tuan Arka tidak menganggap bocah itu sebagai temannya, sudah kubunuh dari tadi dia itu! Huh!"

"Sudah, Kak Cyane... Hehee..."

"Ma-maaf..." Liv jadi menciut setelah melihat Cyane marah kepadanya dan merasakan aura membunuh yang sangat kental ditujukan kepadanya.

Setelah beberapa jam perjalanan darat dengan kereta kuda yang mereka beli dalam perjalanan pulang, akhirnya mereka sampai di Kita Syndas. Mereka langsung menuju istana untuk bertemu ratu dan meminta izin menginap di sana. Tapi, yang mereka dapatkan saat baru bertemu dengan Ratu Marca adalah...

"Segala puja dan puji bagi Dewi Gaea! Kalian datang di waktu yang tepat! Kami membutuhkan bantuan kalian! Sangat membutuhkan bantuan kalian!"

Ratu Marca langsung menyambut mereka dengan sebuah permintaan yang sangat tidak mereka sukai untuk saat itu. Bagaimana tidak? Mereka masih kelelahan karena baru kembali dari perjalanan yang sangat jauh. Dan sekarang, alih-alih beristirahat, mereka sudah langsung mendapatkan permintaan bantuan darurat dari Ratu Marca.

***BERSAMBUNG...***

______________________________________

Haloha! Terima kasih banget yaa buat yang sudah membaca, apalagi kalau sudah vote dan komentar! Semoga harimu menyenangkan! Uyeee!

Nama penting di chapter ini :

- Dataran Dangol

- Pure Element Crystal