Duh... Saking keasyikan mengetik konten fantasy action, malah lupa memasukkan konten medisnya. Biarkan sajalah yaa hahaha...
Selamat membaca, para Pembaca...
Ingat... #dirumahaja
_______________________________________
"S-...."
"A-Ar... Ka... Uuhh!" Cekikan Arka kepada Syla dilepaskan. Syla terjatuh. "Uhuk uhuk! Uhuk uhuk uhuk!" Lalu Syla terbatuk karena tenggorokannya masih terasa sakit akibat dicekik Arka yang mulai tersadar.
"Sy... Syla..." Arka berusaha mengambil alih tubuhnya kembali dan memanggil nama kekasihnya.
"Uhuk uhuk! Iya... Ini aku! Uhuk... Ini Syla!"
"Syla...." Air mata mengalir di wajah Arka yang masih terlihat tanpa ekspresi.
"Arkaaa! Arkaaaa! Arkaaaa!" Syla langsung berdiri kembali dan memeluk Arka, berteriak memanggil nama Arka walaupun tidak ada jarak di antara mereka.
"Syla... Maafkan... Aku..." Setelah berusaha mendapatkan kembali kendali atas dirinya dan mencoba berbicara, tubuh Arka tiba-tiba menjadi lemah tak bertenaga sama sekali.
"Uhh! Arka! Kamu baik-baik aja!?"
Arka pingsan di pelukan Syla. Dia melepaskan berat mati tubuhnya kepada Syla. Syla berusaha menahan, tapi ia sendiri juga sudah lemah akibat dicekik hingga hampir pingsan. Akhirnya mereka berdua terjatuh berlutut di tanah, masih saling berpelukan.
Syla memeluk Arka seeratnya. Dia menangis di bahu Arka. Tangisan lega karena Arka miliknya sudah kembali menjadi dirinya sendiri lagi.
"Ruby! Kita bawa Arka balik ke kota!" Ren yang berdiri di dekat mereka memanggil Ruby.
"Ok! Full-Scale Dragon Transformation!" Ruby langsung berubah menjadi naga raksasa lagi, segera membawa Syla, Arka, dan Ren.
"Ruby, bawa ke rumahku, di Kerajaan Acresta. Kita terbang ke arah Hutan Zurg. Cepat!" Perintah Syla.
"Yang lainnya bagaimana?" Tanya Ren, memastikan.
"Cepaaaattt!!!" Syla malah berteriak, dia panik karena kondisi Arka yang tidak stabil.
Ren, memahami kekhawatiran Syla. Dan sejujurnya, Ren juga sangat khawatir. Karena kondisi Arka tidak pernah seperti ini sebelumnya. Mendengar keinginan Syla untuk membawa Arka segera ke Kerajaan Acresta, tanpa menunggu yang lainnya, mungkin merupakan hal yang terbaik untuk dilakukan saat ini.
"Jadi ke Hutan Zurg, ya?" Tanya Ruby.
"Cepat Ruby, ke Hutan Zurg!" Kali ini, Ren yang menjawabnya.
"Aku ikut." Suara seorang wanita yang pernah mereka dengar sebelumnya, terdengar oleh mereka.
"K-kau!?" Ren terkejut melihat sosok peri kecil bercahaya kehijauan terbang di dekat mereka.
"Aku Sylph. Kalian tenang saja. Aku akan mengabdi kepada Demon Lord ini. Sekarang, berangkat ke tempat yang menurut kalian adalah yang terbaik!""
"Demon Lo--! Ah! Ayo, Ruby!"
"Akan kubantu agar lebih cepat sampai ke tujuan, dengan wind magic-ku." Ujar Sylph.
Meninggalkan yang lainnya di tempat ini sepertinya tidak begitu masalah. Mereka bisa kembali sendiri. Sylph juga sudah bukan musuh lagi. Malah, dia mengatakan hal yang tidak dapat mereka cerna dengan akal mereka. Tapi itu urusan nanti. Saat ini, mereka hanya fokus kepada Arka dahulu.
*Wuuuusssss!!!*
"GRROOAARRH!!!"
Ruby terbang dengan kecepatan penuh. Dengan bantuan dorongan dari wind magic milik Sylph, mereka menjadi terbang dengan sangat cepat. Arka masih tidak sadarkan diri. Terbaring di pangkuan Syla. Syla masih meneteskan air mata melihat kondisi Arka saat ini.
Ren terus berusaha menahan gejolak perasaan sedih dan takut di dalam hatinya. Dia menahan tangisnya. Dia berusaha untuk tetap berkepala dingin menghadapi situasi ini. Jika dia sampai terlarut dalam perasaannya seperti yang sedang terjadi pada Syla, siapa lagi yang akan mengambil keputusan logis di antara mereka bertiga? Arka, jelas tidak mungkin.
Dalam waktu singkat, hanya beberapa menit saja, mereka sudah mendekati Hutan Zurg.
"Syla, dimana arah lokasi Kerajaan Acresta?" Tanya Ren kepada Syla.
"..." Syla hanya diam sambil menunjuk arah kotor lokasinya.
"Ruby, kita ke arah jam 2." Kata Ren kepada Ruby.
"Graarr..."
Mereka terbang dengan sangat cepat selama beberapa menit, lalu Ren kembali menanyakan lokasinya kepada Syla.
"Syl, kerajaannya dimana?"
"Mendarat di dekat pohon besar itu."
Terdapat sebuah pohon yang memang ukurannya jauh lebih besar daripada pohon-pohon besar di sekitarnya. Pohon itu memiliki diameter penampang yang sangat besar. Pohon itu, setelah didekati, mulai terlihat wujud aslinya.
Ya, pohon itu sendiri adalah Istana Kerajaan Acresta. Kerajaan para ras Dark Elf.
***
"Yang Mulia Raja Rubion! Seekor Naga Api, diperkirakan monster kelas C, menyerang kerajaan kita!"
"Apa!? Kerahkan seluruh pasukan! Lumpuhkan naga itu!"
"Laksanakan!"
Raja Rubion Forvalen Acresta, raja dari Kerajaan Acresta, mendapat informasi darurat dari salah satu tentaranya. Dia langsung memutuskan mengerahkan seluruh pasukan untuk menaklukkan naga yang menyerang kerajaannya.
Untuk memimpin pasukannya menghadapi naga kelas C, Raja Rubion juga akan ikut turun. Dia langsung memakai armor perang kebanggaan Kerajaan Acresta.
Di luar, sudah terdengar teriakan ratusan hingga ribuan tentaranya. Pertempuran sudah terjadi. Raja Rubion bergegas melangkah untuk keluar istana setelah selesai mengenakan Armor mithril berlapis adamantium khusus bagi seorang raja Kerajaan Acresta.
Tak lama, ia pun menapakkan kakinya keluar dari pintu depan istana. Alangkah terkejutnya dia melihat Naga Api yang menyerang mereka berukuran sangat besar. Ukuran naga itu sudah mendekati monster naga kelas B. Dan, semua serangan dari Tentara Kerajaan Acresta tidak ada yang mampu menyentuh sisik naga tersebut.
Naga Api itu terlalu kuat untuk dilawan oleh tentara biasa. Dia kebal terhadap semua serangan fisik maupun magic setingkat itu. Untuk beberapa detik, ia masih tercengang menyaksikan kekuatan dan Dragon Aura yang dikeluarkan naga itu.
Tapi, ada satu hal yang aneh. Walaupun sudah menerima agresi dari seluruh Tentara Kerajaan, Naga Api itu tetap tidak menunjukkan sikap agresif kepada mereka. Dia sama sekali tidak menyerang Tentara Kerajaan Acresta.
Kenapa Naga Api itu tidak menyerang? Bukankah di laporan tadi dikatakan bahwa Naga Api menyerang kerajaan? Begitulah yang terlintas di pikiran Raja Rubion.
"Hentikan serangan!!!" Raja Rubion memerintahkan semua tentaranya untuk berhenti menyerang Naga Api tersebut.
Mendapat perintah langsung dari raja mereka, semua tentara itu langsung berhenti menyerang. Melihat serangan kepadanya sudah berhenti, Naga Api itupun langsung mendarat di halaman depan istana yang cukup luas untuk menampung tubuh raksasanya.
*Wusss wuuusss wuusss jedummm...*
Hentakan keempat kakinya ketika sedang mendarat, menimbulkan gempa kecil yang singkat. Setelah naga itu mendarat, dia langsung merunduk. Kepalanya, ekornya, dan sayapnya diletakkan di lantai.
Sesaat kemudian, Raja Rubion kembali terkejut. Dia melihat sosok yang sangat dikenalnya dan disayanginya, turun dari punggung naga tersebut sambil menggendong seseorang di kedua lengannya.
Sosok itu, adalah sosok wanita muda yang berpakaian ketat serba hitam. Wanita itu merupakan seseorang dari bangsa Dark Elf, sama sepertinya. Dan semakin dia berjalan mendekat, semakin jelas wajahnya. Wajah yang menyerupai istrinya ketika masih muda.
Tidak salah lagi, wanita itu adalah Sylaria Wyndia Acresta. Putri tunggal dari Raja Rubion Forvalen Acresta. Setelah yakin, Raja Rubion langsung berlari menuju Syla, masih dengan wajah setengah tidak percaya bahwa putrinya telah kembali ke rumah.
"Syla! Putriku!" Raja Rubion berlari mendekati putrinya.
"Ayah! Kenapa menyerang kami! Tolong Arka, Ayah! Cepat!" Syla yang sempat protes untuk sesaat, kembali fokus kepada tujuan utama kedatangannya ke kerajaan ini.
"Kenapa dengan Arka? Kamu baik-baik saja, kan?"
"Aku baik-baik saja. Tapi Arka tidak sadarkan diri saat pertarungannya barusan melawan Sylph. Tolong panggilkan Priest kerajaan untuk merawat Arka, Ayah!"
"S-Sylph!?"
"Itu aku. Cepat layani dulu Yang Mulia ini." Sylph tiba-tiba muncul di udara dalam wujud peri kecil, menyuruh Raja Rubion untuk melayani Arka.
"Ba-baik, Yang Mulia Sylph! Pasukan, bawa Arka ke ruang perawatan di dalam istana! Cepat!" Raja Rubion yang memanggil Sylph dengan sebutan Yang Mulia, langsung memerintahkan pasukannya untuk membawa Arka yang saat ini masih digendong oleh Syla.
Arka langsung dibawa oleh beberapa orang tentara ke ruang perawatan istana. Di sana, dia akan mendapatkan perawatan intensif oleh Royal Priest dan Royal Druid Kerajaan Acresta. Syla, bersama Ren, masuk ke dalam istana dengan ditemani oleh Raja Rubion. Beberapa pengawal mengikuti mereka dari belakang.
Ruby berubah menjadi wujud manusia lalu berlari menyusul Syla dan Ren untuk memasuki istana. Sementara, Sylph kembali lenyap entah kemana.
***
"Arka..."
Di ruang perawatan istana, seminggu kemudian, Arka masih terbaring dan belum sadarkan diri. Semakin bertambahnya hari, aku semakin cemas. Aku jadi tidak memiliki nafsu makan sama sekali. Setiap ingin makan, selalu terbayang wajah Arka. Selama ini, setiap makan, kami selalu bersama.
Aku tidak pernah meninggalkan sisi Arka, begitu juga sebaliknya. Dan di saat kondisi Arka menjadi seperti ini, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Seluruh Royal Priest dan Royal Druid mengatakan, bahwa kondisi Arka saat ini disebabkan oleh karena ia sudah terlalu berlebihan dalam menggunakan mana. Bukan kondisi kekurangan mana atau hypomana. Tapi kondisi dimana mana yang digunakannya dalam rentang waktu yang singkat itu jauh melebihi yang bisa dikendalikan oleh tubuh dan jiwanya.
Kondisi ini, sangat jarang terjadi. Karena semua makhluk pasti memiliki mana dan kemampuan untuk mengolah mana yang sesuai dengan kesanggupan tubuh dan jiwanya. Tapi untuk kasus Arka, dia memiliki mana yang jauh melampaui batas kemampuan tubuh dan jiwanya. Sehingga ketika ia lepas kendali, akan membuat tubuhnya menjadi kacau dan terjadi penyimpangan pada seluruh sistem sarafnya. Membuat ia menjadi tidak sadarkan diri.
Tidak ada seorangpun yang dapat menyembuhkan kondisi ini untuk sekarang. Yang bisa dilakukan hanyalah terapi suportif dan doa.
Doa... Setiap detik semenjak hari itu, aku selalu berdoa untuk kesembuhan Arka. Tapi sepertinya Dewi Nyx masih belum mengabulkan doaku. Harus sampai kapan Arka seperti ini? Bahkan aku sudah hampir tidak percaya lagi dengan yang namanya doa.
Entah sudah berapa liter air mataku mengalir untuk mendoakan Arka. Bukan hanya aku. Tapi Ren dan Ruby juga. Kami bertiga sangat terguncang oleh kondisi Arka yang seperti ini. Ayah dan Ibuku selalu berusaha membantu kami. Mereka mencoba berbagai cara dari bermacam-macam ahli setiap harinya.
Tapi semua hanya berakhir dengan kegagalan. Arka masih tertidur lemah di kasur itu.
Arka... Cepatlah bangun. Kami semua menunggumu. Kami merindukan candamu yang sering tidak lucu itu dan tawamu yang sering membuat orang kesal itu. Kami merindukanmu...
Dan tanpa kusadari, lagi-lagi aku tertidur di sisi kasur tempat Arka terbaring lemah...
Ketika aku terbangun di pagi hari berikutnya, aku selalu mengawali membuka mataku dengan doa untuk kesembuhan Arka...
***
"Oh? Ruangan gelap ini... Kayak familiar... Ini..."
Arkanava Kardia...
"Ha! Dewi Nyx! Lama nggak jumpa... Udah setahun? Dua tahun? Ah aku lupa udah berapa lama..."
Sepertinya engkau sudah benar-benar menikmati kehidupanmu di dunia itu... Dan engkau juga telah bertemu dengan Vioraze...
"Iya, Dewi Nyx! Vioraze juga memberikan sebagian dari kekuatannya kepadaku! Oh, ya, ada beberapa hal yang mau kutanyakan..."
Tentang arti sesungguhnya dari keberadaanmu di dunia itu.
"Iya, Dewi. Karena Vioraze pernah bicara dikit tentang hal-hal yang aku nggak ngerti."
Baiklah. Aku akan menjelaskan beberapa hal yang sekiranya dapat engkau pahami untuk saat ini. Yang pertama, tentang keberadaanmu. Berkaitan dengan doa dan harapanmu sebelum nyawamu terlepas dari ragamu sewaktu masih di duniamu yang sebelumnya. Kehadiranmu memang supaya engkau bisa bermanfaat bagi semua orang di sekitarmu. Karena engkaulah yang dapat menyelamatkan dunia itu dari kehancuran.
"Kehancuran? Maksudnya kehancuran yang bagaimana dan mengapa itu bisa terjadi?"
Kehancuran dalam makna yang sebenarnya. Dunia itu, di masa depan akan menghadapi peristiwa besar. Peristiwa itu adalah Cross Sphere. Dan dirimu adalah satu-satunya yang dapat menetralisirnya.
"Kalau memang untuk menetralkan ancaman dunia, kenapa nggak dilakukan langsung oleh para Dewa-Dewi? Bukankah kalian memiliki kekuatan yang sangat besar?"
Memang, kami para Dewa dan Dewi dapat melakukannya dengan mudah. Dan tugas kami memang adalah untuk menjaga keseimbangan di seluruh alam semesta. Tapi, Zat Tertinggi, Sang Pencipta Alam Semesta, tidak memperkenankan kami untuk mengintervensi langsung kepada permasalahan di dunia bawah. Oleh karena itu, kami mengirim orang-orang sepertimu untuk melakukannya.
"Zat Tertinggi? Sang Pencipta Alam Semesta?"
Dia adalah Sang Pemimpin sejati dari seluruh Dewa-Dewi yang ada di seluruh alam semesta. Dia-lah awal dan akhir dari segalanya. Dia yang menciptakan kami dan kalian semua.
"Oh... Seperti Tuhan gitu, ya..."
'Tuhan' adalah istilah yang paling umum digunakan di duniamu yang sebelumnya. Benar.
"Terus, Cross Sphere tadi itu apa, Dewi Nyx?"
Untuk saat ini yang dapat kukatakan adalah, bahwa Cross Sphere merupakan sebuah kiamat. Salah satu peristiwa alam yang dapat memberikan kestabilan terhadap semesta itu sendiri.
"Bisakah Dewi Nyx menjelaskan yang lebih terperinci lagi tentang peristiwa Cross Sphere ini??"
Aku belum dapat menjelaskan dengan lebih detil untuk saat ini. Sekarang, engkau belum perlu mengkhawatirkan itu. Yang perlu engkau khawatirkan adalah bagaimana engkau mampu untuk menguasai seluruh kekuatan yang telah kuberikan kepadamu, ditambah dengan kekuatan dari Vioraze.
"Baiklah kalau gitu. Lantas, apa yang harus kulakukan agar aku mampu dalam mengendalikan kekuatan yang terlalu besar ini?"
Semakin sering engkau melatihnya, maka kelak engkau akan dapat menguasainya. Dan semakin kuat jiwamu, maka akan semakin mudah engkau untuk mengendalikannya.
"Haa... Penjelasan yang simple, tapi pelaksanaan yang rumit. Oh, aku ada pertanyaan terakhir, Dewi Nyx. Tentang ramalan Royal Sage Kerajaan Balvara. Apakah benar dalam waktu sekitar 10 tahun lagi akan terjadi suatu peristiwa penting sehingga kami harus mempersiapkan prajurit yang sangat tangguh untuk menghadapinya?"
Seharusnya aku tidak memberikan informasi tentang ini. Tapi anggap saja ini bonus dariku karena engkau sudah berusaha keras. Memang benar adanya, peristiwa yang akan terjadi sekitar 10 tahun ke depan. Kehadiran sosok yang akan memimpin Pasukan Demon dalam skala besar. Dibutuhkan banyak Pejuang Tangguh untuk membantumu dalam memenangkan peperangan itu. Untuk kekuatan sosok pemimpin mereka, jika dibandingkan dengan dirimu saat ini yang MASIH BELUM MAMPU mengendalikan 1% saja dari kekuatan yang engkau miliki, dia masih jauh lebih kuat.
"Haha... Kenapa mesti pake penekanan di bagian itu... Baiklah, aku mengerti. Aku hanya perlu melatih seluruh jiwa dan ragaku untuk dapat menguasai dan mengendalikan seluruh mana yang telah diberikan kepadaku ini, kan?"
Dan ingat, engkau harus melatih tunas-tunas muda kepercayaanmu di Akademi Ksatria Balvara. Mereka akan berkumpul di sekitarmu secara alamiah, seperti magnet dan serbuk besi, dengan engkaulah sebagai magnetnya. Engkau membutuhkan mereka, dan mereka juga membutuhkan dirimu. Latihlah mereka dengan nyawamu sebagai pertaruhannya. Dan tingkatkan terus kemampuan seluruh orang-orang terdekatmu juga. Terutama Putri Dark Elf dan Manusia Rubah.
"Sampai seorang Dewi Nyx berkata demikian... Aku mengerti, Dewi Nyx."
Untuk sekarang, tubuhmu masih perlu beristirahat selama proses penyesuaian dengan mana yang telah engkau gunakan kemarin. Setelah proses ini, engkau akan mendapatkan kemampuan pengendalian mana yang lebih besar lagi karena tubuhmu telah beradaptasi. Namun, sebaiknya jangan melakukan hal seperti ini terlalu sering. Karena jika tubuhmu dan jiwamu sudah terlalu terdistorsi hingga titik yang tak bisa dikembalikan lagi, maka engkau tidak akan bisa tersadar. Engkau akan jatuh dalam kondisi tertidur untuk selamanya.
"Seperti fase vegetatif orang yang coma gitu ya... Sama aja mati dong. Baiklah, terima kasih atas semua penjelasannya, Dewi Nyx..."
Beristirahatlah. Berkahku akan selalu bersamamu...
***
"Sy... La..."
Akhirnya aku terbangun lagi. Dengan suara sangat pelan, kupanggil Syla yang sedang tertidur di sampingku. Tetapi dia tidak terbangun.
'Demon Lord...'
Eh? Suara di kepalaku ini? Seperti telepati Ruby, namun suara yang berbeda. Suara yang pernah kudengar sebelumnya. Jangan katakan kalau itu suara... Sylph!?
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Saya sering bingung. Untuk panggilan terhadap seseorang atau sesuatu yang diagungkan itu, semuanya Yang Mulia kalau dalam Bahasa Indonesia. Atau ada istilah lain yang saya belum tahu?
Anyway, terima kasih sudah membaca. Silahkan vote dan komentar.