Baca nggak baca, yang penting vote dulu woooy!
Ceritanya masih asyik atau sudah mulai boring sampai di sini?
Well, happy reading!
_____________________________________________
"Arka... Arka kenapa? Perasaanku kok tiba-tiba jadi nggak enak?"
Syla, tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak nyaman, sangat tidak nyaman, di dalam dadanya. Selain Arka, semuanya masih berada di dalam Darkness Cube, barrier pelindung yang dibuat oleh Arka sebelumnya untuk melindungi seluruh tim.
Tidak ada yang bisa melihat apa yang terjadi di luar sana. Pertarungan antara Arka dan Sylph. Untuk sesaat, semua berubah menjadi hening. Keheningan di luar bisa berarti dua hal. Yaitu, kemenangan Arka atau kemenangan Sylph.
Walau begitu, tidak ada yang dapat memastikannya. Jika hanya melihat dari Darkness Cube yang masih intak, kemungkinan besar Arka belum kalah. Tapi Syla tetap merasakan sesuatu yang tidak nyaman di hatinya.
"Syl, percayakan semuanya kepada Arka. Aku juga cemas. Tapi Aku yakin Arka pasti bisa mengalahkan Sylph. Dia kan Arka-nya kita!" Ucap Ren berusaha menenangkan Syla sambil memaksakan senyumnya.
"Ren... Aku pengen keluar dan bantuin Arka..."
"Jangan, Syl. Kalau salah satu dari kita keluar, itu akan semakin menyulitkan Arka karena dia harus bertarung sambil melindungi kita." Alasan logis diucapkan Ren, mencoba meyakinkan Syla.
"Nggak ada yang bisa kita lakukan, ya..." Ujar Syla, sedih.
"Kita berdoa, agar Arka dapat mengalahkan Sylph."
"A-Aesa juga akan berdoa untuk kemenangan Kak Arka!"
"Aku juga." Kata Grista.
"Kami selalu berdoa untuk kemenangan Arka." Kata Garen mewakili Lunar Eclipse lainnya.
"Semoga Arka berhasil mengalahkan Sylph. Dewi Gaea, berikanlah kekuatan bagi Arka agar dapat mengalahkan Sylph..." Liviara berdoa dengan hati yang tulus kepada Dewi Gaea.
"Aku tidak tahu apa itu berdoa. Tapi jika nanti aku merasakan energi Tuan Arka mulai melemah, aku akan keluar dan menyerang Sylph itu dengan seluruh nyawaku."
"Ruby juga! Tante Cyane! Gimana kalau sekarang kita bantu aja Arka? Ruby bosen menunggu gini!"
"Ho? Bukan ide yang buruk... Meskipun begini, kita juga monster kelas B yang sudah mendapatkan tambahan status dari Tuan Arka... Seharusnya kekuatan kita berdua tidak akan berbeda jauh dengan Sylph itu..." Jawab Cyane, tersenyum penuh hawa membunuh.
"Apa kalian yakin kalau kalian tidak akan menghambat Arka?" Tanya Ren kepada Cyane dan Ruby.
"Tenang aja! Ruby kan kuat!"
"Fufufu... Jangan meremehkan kekuatan seekor Dagon, Nona Ren... Apalagi Dagon sepertiku yang telah dihujani cinta dan kasih sayang oleh Tuan Arka! Ayo, Ruby!"
"Okaaay!"
Mereka langsung menerobos keluar dari Darkness Cube yang sudah mulai rapuh akibat kendali diri Arka yang telah hilang.
"Mohon bantuannya, Ruby, Kak Cyane..." Ucap Syla.
Setelah berada di luar Darkness Cube, baim Ruby maupun Cyane langsung berubah ke wujud asli mereka.
"Full-Scale Dragon Transformation! GRRROOOAAAARRRRRHH!!!"
"True Form! GGHHHAAAAAAAAHHHH!!!"
Ruby berubah menjadi naga yang berukuran sangat besar. Sementara Cyane, berubah menjadi wujud aslinya, Dagon, namun kini ukurannya menjadi lebih besar dari sebelumnya. Nyaris sebesar ukuran naga Ruby. Namun, di saat mereka akan menyerbu Sylph yang tidak mereka ketahui dimana posisinya, mereka terkejut melihat sesuatu yang sedang melayang tak bergerak di langit.
"Tu-Tuan Arka!?"
'Arkaaa!'
Arka, sedang melayang di udara. Tidak bergerak. Yang terlihat bergerak hanyalah aura hitam yang menyelimuti seluruh tubuhnya seperti api neraka yang membakar para pendosa. Arka, diselimuti oleh dark magic-nya sendiri. Ibarat kebocoran pipa gas di berbagai tempat, seluruh tubuh Arka mengalami kebocoran dark magic.
Tubuhnya tak lagi mampu membendung lonjakan energi dark magic yang begitu besar di dalamnya. Cyane dan Ruby hanya terdiam menyaksikannya. Mereka terdiam bukan karena bingung atau takut. Tapi kebocoran dark magic dari tubuh Arka, memberikan tekanan jiwa yang sangat kuat.
"I-ini... Kayak... W-waktu kami b-bertemu Tante Nenek Vi-Vioraze pertama k-kali..." Ucap Ruby terbata-bata.
"V-Vi-Vioraze!? G-God Dragon itu!?" Sambil gemetar pula, Cyane terkejut mendengar ucapan Ruby barusan.
Tidak heran kenapa serangan Sylph berhenti. Menerima efek samping dari ledakan kebocoran dark magic Arka, bahkan ia pun tidak dapat menahan tekanan berat yang dirasakan pada tubuh non-eksisten miliknya. Untuk bergerak saja sangat sulit. Apalagi untuk menyerang.
Dan saat ini, wujud Sylph menjadi tidak stabil. Kondensasi wind magic yang merupakan inti dari tubuh magisnya terlihat seperti kabut berwarna kehijauan yang bergetar di langit. Memperlihatkan bahwa kondisi Sylph sendiri sedang tidak stabil.
Setelah beberapa menit seperti itu, bagian-bagian tubuh Arka yang diselimuti api hitam terlihat mulai bergerak. Sedikit demi sedikit. Bagian demi bagian tubuh mulai bergerak.
"Gggrrrrrhhhh..."
Arka menggeram. Seluruh tubuhnya menjadi kaku. Dark magic yang dari tadi keluar dari tubuhnya, saat ini sudah mulai tenang. Dark magic yang sudah melingkupi tubuhnya masih ada, tapi gejolaknya mulai tenang.
"AAAAAAAAARRRRRRRGGGGHHH!!!"
Arka tiba-tiba berteriak. Lalu dia sengaja membuat dark magic-nya meledak ke area luas di sekitarnya. Ruby dan Cyane yang terkena ledakan itu menjadi terpental dan sulit untuk bangun lagi. Tubuh mereka terasa sangat berat. Seperti ditindih gunung. Gunung beneran ya... Bukan gunung nganu.
Setelah Arka selesai berteriak dan meledakkan energi magic miliknya, dia langsung menoleh tajam ke arah dimana terdapat kondensasi wind magic yang merupakan inti tubuh dari Sylph. Tanpa berpindah tempat, Arka menjangkaukan tangannya menuju Sylph. Sekilas, jelas terlihat bahwa jangkauan tangan Arka masih sangat jauh dari posisi Sylph berada.
Namun...
"Haaaaakkkk! Ghaaaaakkk!" Terdengar suara seorang wanita dewasa yang menjerit kesakitan.
"Gguuuaaaahhh!!!" Arka berteriak lagi, sambil mengepalkan telapak tangan yang diulurkan ke arah Sylph tadi.
"Khaaaakkk!!! Ampuuun! Ampuni akuuu! Maafkan akuuu! Aaaaakkk! Aku hanya monster bodoh yang tidak mengetahui kehadiran Demon Lord di hadapanku! Ampuni makhluk bodoh ini, Yang Mulia!!! Aaaaaaakkk!!! Hey kalian berdua di sana! Tolong aku--ghaaaakkk! Tolong aku! Akan kuberikan kalian apapun! Tapi tolong a--haaaakkkk!"
Sylph yang pada awalnya menyerang mereka, kini malah berbalik memohon meminta tolong kepada mereka untuk diselamatkan.
***
Dimana ini? Aku terbangun dan tidak mengetahui dimana aku berada saat ini.
Ruangan yang gelap gulita. Tak ada setitik cahayapun di sini. Bagaimana aku bisa berada di sini? Sudah sejak kapan dan berapa lama aku berada di sini? Kemana semua orang? Sylph... Dimana monster itu?
Begitu banyak pertanyaan di benakku. Tapi, kepada siapa aku mengharapkan jawaban atas pertanyaanku? Daripada bertanya tanpa ada jawaban, lebih baik aku mulai mencari jalan keluar dari tempat ini.
Ha?
Tubuhku tak dapat kugerakkan...
Rasanya seperti tidak ada tenaga sama sekali...
Ditambah lagi, rasanya seperti seluruh tubuhku sedang terjebak di dalam jaring penjerat. Aku terkekang di dalam ruang gelap ini.
Dimana Syla? Ren? Ruby? Aesa? Cyane? Liviara? Lunar Eclipse? Dimana mereka semua? Kenapa hanya aku sendiri yang berada di ruang gelap ini?
Aku mencoba memanggil mereka...
"..."
Tapi tak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulutku...
Kucoba sekuat hati untuk berteriak...
"..."
Tetap tak dapat kudengar suaraku sendiri...
Apa yang sebenarnya terjadi pada diriku?
Ah... Aku tidak ada semangat lagi untuk mencoba apapun sekarang...
Mungkin, aku tidur dulu sebentar. Kepalaku berat. Mataku rasanya kering sekali. Setelah istirahat, mungkin aku bisa mencoba lagi untuk keluar dari sini... Selamat tidur.
"... Arka...."
Eh? Suara itu... Syla? Suaranya terdengar kecil sekali. Apa mungkin karena posisinya lumayan jauh dari tempat ini?
"...... Arkaa....."
Suaranya... Semakin dekat...
"... Arka... Sadarlah....."
Sadarlah? Memangnya aku sedang tidak sadar? Kan aku belum tidur...
".... Arka... Ini aku..... Syla..."
Iya, aku tahu itu kamu, Syla... Tidak mungkin aku bisa melupakan suara seorang wanita yang aku sayangi begitu saja, kan?
"... A-Arka... S-sesak..... A-aku nggak b-bisa.... Be-bernafas..."
Syla? Kamu kenapa? Apa yang membuatmu sesak? Syla! Jawab! Sylaaaa! SYLAAAA!!!
"... Ar... Ka.... Kem..... Ba..... Li....."
Kenapa suaramu lemah seperti itu, Syla!? Jawab aku, Syla! Apa yang sedang terjadi kepadamu!? Aku cemas! Syla kamu kenapaaa!?!?
"Sy.... La..." Terucap namanya dari mulutku walaupun bibirku terasa kelu.
***
"T-Tuan Arkaaaa! E-enaaak! Tapi... I-ini bukan dirimu, Tuan! I-ini se-seperti aku sedang bercinta dengan orang la-lain! Aku t-tidak suka b-bercinta dengan orang lain selain Tuan Arka! Ghoookkk!"
Seluruh tubuh Cyane dicengkram dari jarak jauh oleh Arka yang sedang lepas kontrol, menggunakan dark magic. Lalu Arka menembakkan bola dark magic ke arah dada Cyane. Hal itu membuat Cyane berhenti mengoceh. Bola dark magic itu meledak dan membuat Cyane terpental. Seluruh tulangnya serasa remuk. Dia tak bisa bangun lagi.
"Arkaaaaa! Arka kenapa nyerang Tante Cyane!?" Ruby yang telah kembali ke wujud manusianya karena tidak mampu mempertahankan wujud magical seekor naga raksasa, berteriak kepada Arka.
"..." Namun Arka hanya diam saja, tidak menjawab Ruby maupun Cyane.
Dan dalam sekejap, Arka yang masih diselimuti dark magic, langsung mendekati Ruby. Ruby yang menatap kedua mata Arka, langsung terdiam ketakutan.
Kornea mata Arka bercahaya kemerahan. Dan sklera yang seharusnya berwarna putih, telah berubah seluruhnya menjadi hitam kelam. Dua buah tanduk panjang melengkung berwarna hitam legam telah tumbuh di dahi Arka. Sayap di punggung Arka yang awalnya berbentuk seperti sayap burung pun, telah berganti dengan sepasang sayap kelelawar hitam yang sangat lebar ketika dibentangkan.
Dari kedua bahunya, menuju rahang, melewati pipi, dan melintasi kedua matanya menuju kedua tanduk hitam di dahinya, telah ditutupi oleh lapisan berwarna hitam, membentuk seperti tato tribal. Energi dark magic benar-benar telah menguasai Arka.
"A-Ark--kyaaaahhhh!"
*Jedaaarrr*
Arka meninju wajah Ruby dengan kepalan yang telah diselimuti energi kegelapan. Ruby sempat menangkis dengan menggunakan Cursed Dragon Claw yang sudah teraktivasi di kedua tangannya. Tapi, ledakan energi kegelapan dari kepalan Arka tetap membuat Ruby terlempar jauh. Untung saja damage yang diterima oleh Ruby tidak fatal. Terima kasih kepada Cursed Dragon Claw pemberian dari Vioraze, True Dragon of the Darkness.
Karena Cursed Dragon Claw memiliki elemen yang sama dengan dark magic milik Arka, membuat damage yang diterima oleh Ruby menjadi berkurang drastis. Di dunia ini, efek superior dan inferior dari elemen sangat berpengaruh.
Untuk 4 elemen natiral, Water>Fire>Earth>Wind>Water.
Sedangkan Dark dan Light akan memberikan damage normal ke semua elemen tersebut, begitu pula sebaliknya. Tetapi, Dark dan Light, akan memberikan damage lebih besar kepada satu sama lain. Dan jika menyerang sesama Dark atau sesama Light, maka damage yang diterima menjadi sangat kecil.
Namun demikian, damage yang diterima oleh Ruby masih sangat besar walaupun serangan elemen dark dari Arka ditangkis oleh senjata elemen Dark juga milik Ruby. Untungnya, Ruby memiliki konstitusi tubuh yang sangat kuat. Jika dia hanya manusia biasa, maka serangan Arka tadi akan menghancurkan tubuhnya menjadi cincangan daging dan tulang kecil-kecil.
"A-Arka... Sakiiiittt..." Ruby mengeluh setelah terlempar jauh oleh satu serangan simple dari Arka yang sudah lepas kendali atas dark magic-nya.
Demon Arka, melihat Ruby masih bisa berbicara, langsung melanjutkan ke serangan berikutnya. Dia berpindah dengan sangat cepat. Dalam sekejap, jarak puluhan meter sudah dilaluinya. Dan dia sudah berada tepat di depan Ruby yang masih tersungkur di tanah.
Di langit, Sylph yang kondisinya sudah membaik karena tidak jadi dieksekusi oleh Arka, berusaha melindungi Ruby. Sylph kini memilih menggunakan wujud peri kecil miliknya, karena wujud itulah yang paling stabil jika digunakan untuk menghadapi tekanan energi dark magic yang sangat besar. Wujud anginnya, tidak akan mampu bergerak.
Sesaat sebelum Arka menembakkan dark magic dari tangannya ke kepala Ruby yang masih tertelungkup di tanah, Sylph mengeluarkan serangan yang dapat menghambat pergerakan Arka. Dia memunculkan tornado ramping namun sangat padat energi, dari bawah kaki Arka.
*Fuuuuussssshhh!*
Benar saja. Serangan itu bisa menghentikan Demon Arka dari membunuh Ruby. Ruby pun langsung melompat menjauhinya ketika mendapat kesempatan. Akan tetapi, yang membuat Demon Arka berhenti menyerang bukanlah karena tornado yang dikeluarkan Sylph. Melainkan karena amarahnya berpindah ke sosok yang mengganggunya barusan.
Insting hewani.
Arka tidak berpikir dengan logika lagi. Dia hanya mengandalkan insting hewaninya untuk bertindak. Saat ini, Arka hanyalah seekor monster yang sangat kuat.
'Sylaaa! Reeen! Arka-nya ngamuk! Tante Cyane udah nggak bisa bangun lagi! Ruby juga dipukul tadiii!'
Ruby memberitahukan situasi singkat yang terjadi di luar Perfect Cube menurut sudut pandangnya sendiri, kepada Syla dan Ren melalui telepati.
"Arka! Arka lepas kendali!"
Syla, yang menerima kabar dari Ruby, langsung berlari untuk keluar dari Perfect Cube melalui lubang pas badan yang telah dibuat oleh Cyane saat ia keluar dari Perfect Cube. Syla tak memikirkan keselamatan dirinya lagi. Dia hanya ingin menyelamatkan Arka dari keadaan buruk itu.
Ren, berlari menyusul Syla. Sebenarnya Ren tidak tahu harus berbuat apa dalam keadaan seperti ini. Tapi tubuhnya hanya mengabaikan semua yang ada di pikirannya. Dia berlari. Dia ingin menolong Arka walaupun tidak ada rencana apapun di kepalanya.
"Ren! Syla! Apa yang kalia--!"
"Garen! Biarkan mereka." Lukas menahan Garen yang berusaha menghalangi Syla dan Ren untuk keluar dari Perfect Cube.
Syla berlari sekencang-kencangnya. Ren menyusul agak jauh di belakangnya karena Ren memang tidak memiliki Agi setinggi Syla. Mereka berdua berlari menuju Arka yang masih dilingkupi oleh aura kegelapan dan tornado Sylph.
Melihat yang terjadi kepada orang yang dicintainya, Syla tidak kuasa menahan air matanya. Dia tak sanggup menahan perasaan sedih karena melihat kondisi Arka yang seperti itu.
"ARKAAAAA!!!" Syla berteriak sekuatnya memanggil Arka.
*BSSSHHH*
Di saat yang sama, Demon Arka mengayunkan lengannya secara ringan ke samping, membuat arus putaran tornado terkuat dari Sylph menjadi terdistorsi dan terpecah. Semudah itu dia melakukan dispell dari serangan terkuat Sylph.
Mata hitam-merah dari Arka melotot ke arah peri kecil di langit yang sedang panik. Sylph panik, karena dia baru menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan fatal. Dia menolong Ruby tanpa pikir panjang. Hal itu menyebabkan aggro dari Demon Arka berpindah kepada dirinya.
Demon Arka, sedikit menekuk kedua lututnya, lalu membentangkan sayap kelelawar di punggungnya, bersiap untuk terbang. Tujuannya jelas. Tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membunuh Sylph.
"RRRAAAAAAAAAAHHHH!!!"
Demon Arka berteriak keras, meluapkan amarah dari insting hewaninya. Setelah puas berteriak, ia langsung melompat untuk terbang.
Akan tetapi, tepat sebelum Demon Arka melompat dan terbang untuk membunuh Sylph...
*Prokk*
"ARKAAA!!!"
Syla melompat dan memeluk tubuh Demon Arka yang sudah terbalut dark magic. Syla berteriak sambil menangis memanggil Arka.
"Grrrhhh..."
Tapi, Demon Arka malah menggeram. Dia marah karena lagi-lagi ada orang yang menghambat pergerakannya.
"ARKAAA!!! SADARLAH!!!"
"Hurrrgh!"
Demon Arka melepaskan pelukan Syla dan mendorongnya hingga ia jatuh terhempas dan terduduk di tanah.
"Arka! Ini aku! Syla! Eekkkkhh!"
Tubuh Demon Arka bergetar dan berbayang untuk sesaat, namun hanya diam di tempat. Lalu Syla merasakan sesuatu mencekik lehernya dan mengangkatnya. Ternyata itu adalah Arka! Karena kecepatannya terlalu tinggi, Arka meninggalkan afterimage di belakang, di saat tubuh aslinya sudah berada di samping Syla dan mencekik Syla!
"Kkkkhhh! A-Arka.... Se-sesak.... A-aku nggak bisa... B-bernafas...." Ucap Syla yang sedang kesulitan bernafas karena dicekik oleh Demon Arka
"Grrhh! Gggrrrrrrhhhh! Ggrrraahh!!!"
Kondisi Demon Arka, mendengarkan ucapan Syla barusan, jadi terganggu. Dia menggeram lagi. Namun kali ini geramannya bukanlah karena kemarahan. Tapi karena menahan sesuatu.
Demon Arka menggeram sambil menggelengkan dan memegangi kepalanya. Dia menahan sesuatu, entah apa.
"Grrrhhh... Grrhhhaaaaaaa.... Gaaaahhhhhrrr...."
"Ar.... Ka...... Kem.... Ba.... Li...."
Syla masih berusaha memanggil Arka dengan suara yang lemah. Ia menggunakan seluruh sisa tenaganya yang masih ada, sambil terus bertahan di tepian kesadaran yang sudah mulai redup dan kabur.
"Shhrrriiiii... Laaarrrrrhhh....."
Demon Arka tampak seperti sedang berusaha mengatakan sesuatu dengan suara paraunya. Mendengar itu, Syla tersenyum lemah. Air mata di wajah Syla mengalir semakin deras.
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Ha? Udah baca? Thanks kalo gitu. Udah vote belum? Haaa?