Mari vote dan komentar! Selamat membaca~
_______________________________________
"Ugghh... Hhhoooaaaaahhhh... Udah pagi lagi rupanya..."
Pagi yang biasa. Tempat tidur di Kamar Tamu Istana Kerajaan Elysium yang biasa. Atmosfer yang biasa. Hanya hari lain yang biasa. Termasuk di dalamnya selangkangan yang biasa terpampang di depan mataku. Juga perempuan-perempuan setengah bugil yang biasa tidur di sampingku. Terakhir, jepitan pelukan dua buah payudara besar di kepalaku, yang juga biasa.
Oh, satu lagi. Pemberontakan Hercules Junior di dalam celanaku. Hanya hal biasa yang terjadi setiap pagi.
Demikian pagi hariku yang biasa-biasa saja. Hari ini, hari terakhir Support Magic Training Course bagi Liviara, Sang Putri Kedua Kerajaan Balvara. Hari ini akan diadakan Post-Test tertulis dan praktek. Lalu ditutup dengan seremonial penutupan acara. Setelah itu, kami bisa memulai perjalanan untuk mencari monster-monster Elemental Spirit.
*Dokdokdokdok!*
"Arkaaa banguuuun nanti kita terlambaaaat! Dasar pemalaaaasss!" Teriak seorang perempuan dari luar kamar.
"Buset... Pagi-pagi, mata masih belekan, titit masi ngaceng, udah digedor-gedor... Liviara kampret! IYAAA SABARRR, KELOMANG!!!"
"Loh, kok kelomang!? Kamu itu kebooo! Jam segini masih tidur!"
Aku merasa, semakin lama bersama kami, Putri culun ini semakin santuy saja. Gaya bahasanya yang formal dan agak sombong ketika kami pertama kali bertemu juga sudah berubah menjadi bahasa yang agak santai.
Ah apapunlah. Yang penting pekerjaan sudah hampir selesai. Setelah ini, kami akan langsung kembali ke Istana Kerajaan Balvara. Naik naga. Biar keren. Biar ditonton banyak orang. Biar semua orang tercengang dan ketakutan. Kalau mereka ketakutan, mereka tidak akan mengganggu dan membuatku repot. Rencana yang sempurna fufufu...
Gadis-gadis yang tidur berserakan di kasurku terbangun karena suaraku dan suara Liv barusan. Setelah itu kami langsung mandi. Aku mandi duluan. Setelah aku selesai, baru semua gadis ini mandi bersamaan biar cepat. Kenapa aku tidak mandi bersama dengan mereka? Karena, jelas, itu adalah tindakan asusila. Dan aku juga tidak kuat menahan tekanan darahku yang meningkat pesat karena melihat terlalu banyak perempuan bugil sekaligus.
Bukan aku lemah, ya! Aku hanya memiliki hidung yang tidak begitu kuat sehingga sering mimisan kalau itu terjadi. Jangan meremehkan Arkanava Kardia, kalian para petani miskin!
Setelah semua orang siap untuk berangkat, waktu dimulainya Post-Test sudah tinggal 2 menit lagi. Kami memang kesiangan karena tadi malam begadang nongkrong di salah satu bar di Kota Syndas.
"Udah jam berapa iniiii!?" Liv marah-marah karena dia sudah hampir terlambat.
"Iya... Iya... Santai aja. Kita pake Teleportation Gate aja."
"Telepo... Apa?"
"Udah manut aja, kelomang tanpa cangkang. Eh, tapi kamu nggak boleh cerita tentang ini ke ayahmu, ya. Ini aku lakukan karena memang kita telat akibat kesalahanku. Dan cuman sekali ini aja. Janji?" Aku meminta Liv berjanji, walaupun aku kurang yakin kalau dia akan menepatinya.
"Iya... Aku janji. Tapi itu tadi apa?"
"Teleportation Gate." Kuucapkan skill tersebut, dan muncullah gerbang magic di dalam kamar tamu ini.
"Itu? Apa itu? Kamu nggak mau menculikku, kan? Arka nggak mau mencelakaiku, kan?" Tanya Liv kebingungan melihat sebuah gerbang magic tiba-tiba muncul di hadapanku.
"Halahhh bawel berisik. Kalo aku mau, udah dari dulu, kali... Kita masuk ke sini, ntar langsung nyampe di dalam kelasmu. Tapi kamu harus tetap tenang ya nanti... Jangan kayak orang kebingungan. Biar kita berempat keliatan keren."
"Ba-baiklah..." Kata Liv, terlihat agak ragu.
"Aku duluan, yaa!" Syla berkata dan langsung masuk ke gerbang tersebut.
"Aku juga duluan, Arka, Liv..." Ren menyusul.
"Sana kamu duluan, Liv."
"Kita berdua sama-sama masuknya!"
"Ah rempong amat dah ini bocah... Eh-ehh..."
Liv menggandeng lenganku dan menarikku untuk masuk bersamanya ke dalam gerbang teleportasi.
"Ayo pokoknya harus sama-sama!"
"Ettt tu-tunggu! Ini celana! Celanaku belum selesai dikancingkaaa~n"
Aku diseret ketika sedang berusaha mengancingkan celanaku. Untungnya, saat sampai di ruangan kelas Liv, aku sudah selesai mengancingkannya. Perempuan sialan.
"Halo, Liv! Loh, Arka kok mukanya panik gitu?" Sapa Syla yang sudah menunggu di depan gerbang keluar dari Teleportation Gate.
"Liviara akhirnya masuk juga..." Ucap Ren sambil tersenyum di samping Syla.
"Si kentut kelomang ini, aku lagi ngancingin celana udah ditarik... Eh, ekspresinya kalem aja oi Liv!"
"W-wah... Arka hebat..."
Kami sampai di kelas tepat sebelum Post-Test dimulai. Pengajar dan para peserta kaget melihat kami datang. Aku, Syla, dan Ren langsung menyingkir ke belakang kelas seperti biasa. Liv, diserbu teman-teman barunya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang Teleportation Gate-ku. Dia melirik ke arah kami, seperti memohon pada kami untuk menjelaskan dan menyelamatkannya. Tapi aku pura-pura tidak lihat. Mampoosss hahaha!
Post-Test tahap pertama, berupa ujian tulis. Tampaknya Liv bisa menyelesaikannya dengan mudah. Berikutnya, ujian praktek. Pengajarnya menjelaskan, bahwa ujian praktek kali ini membutuhkan sukarelawan. Bagi yang membawa pengawal, sebaiknya pengawalnya yang menjadi relawan. Bagi yang tidak punya, harus membayar relawan. Sudah disediakan relawan yang mau dibayar, jadi tinggal memberikan uang sesuai tarifnya saja.
Alasannya, karena dengan menggunakan orang yang dikenal, maka diharap akan membuat peserta lebih serius dalam melaksanakannya. Sebab, mereka akan memasang barrier kepada relawan tersebut, kemudian diuji dengan ditembak menggunakan Water Ball oleh seorang Pelatih.
Firasatku mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Arka! Semangat!" Ucap Syla, menepuk punggungku.
"Kami mengandalkan Arka." Ren pun tersenyum kepadaku.
"Loh, kok aku sih!? Kalian kan bisa!"
"Arka tega melihat seorang gadis lemah menjadi basah kuyup dan terluka jika barrier-nya tidak berhasil? Kalau iya, biar aku saj--" Ren.
"Tunggu. Hahhh... Ya ya ya aku aja yang jadi relawan."
""Yay!"" Mereka berdua melakukan high-five atas kemenangan mereka terhadapku.
Aku melangkah mendekati Liv yang sebentar lagi akan maju untuk ujian praktek di ruangan khusus yang dimiliki akademi untuk melakukan praktek pelajaran magic. Kulihat, Liv menoleh kepadaku.
"Hee..." Liv tersenyum licik.
"Awas aja. Liat aja kalo kamu aneh-aneh." Ujarku sambil membuat wajahku jadi cemberut.
"Bweeekk!" Liv mencibirku.
Perasaanku tidak enak.
"Liviara Shirfa Balvara, silahkan memposisikan diri dan relawan anda!" Perintah seorang Pelatih Penguji.
"Baik!" Jawab Liv dengan tegas.
Liv dan aku memposisikan diri seperti yang dilakukan peserta-peserta lain sebelum kami.
"Dua kali kesempatan. Jika salah satu saja berhasil, maka akan dinyatakan lulus!" Tambah Pelatih Penguji yang tadi.
Perasaanku. Semakin. Tidak. Enak.
"Bersiap! Mulai memasang barrier tingkat atas!" Penguji memberi aba-aba.
"Magic Shell! Angel's Embrace!"
Liv mengeluarkan 2 skill sekaligus kepadaku. Magic Shell, yaitu barrier yang melapisi seluruh permukaan tubuhku dan akan 1 hit dari menahan serangan sekuat apapun yang masih dalam batas kekuatannya. Batas damage yang bisa ditepis Magic Shell sangatlah tinggi. Untuk skill Water Ball, sudah pasti dapat nulifikasi semua damahe dan efeknya.
Berikutnya, Angel's Embrace. Skill buff def dan mdef yang sangat kuat. Durasinya singkat, tapi efeknya benar-benar kuat. Walaupun manusia biasa terkena Water Ball, jika sudah mendapatkan Angel's Embrace, dijamin tidak akan terluka ataupun memar sedikitpun.
"Siap?" Tanya Penguji.
"Ya." Jawab Liv.
"Water Ball!"
*Blob*
*Bhuuussssh*
Bola air sebesar bola basket tiba-tiba muncul di udara dan ditembakkan dengan cepat ke arahku.
Hmmm... Hal klise yang akan dilakukan seorang bocah yang iseng, dia akan menonaktifkan skill Magic Shell itu sesaat sebelum mengenaiku. Tanganku sudah siap di gagang Kuroshi, katana hitam pekat kesayanganku. Jika dia menonaktifkan Magic Shell agar aku terkena Water Ball, aku akan menebasnya secara vertikal agar terbelah dua dan tidak mengenaiku. Mudah...
"Cancel Magic Shell!" Teriak Liv.
HA!!! Sesuai tebakanku. Tapi, sayang sekali, Liv... Rencana busukmu sudah terbaca. Kamu masih 1.000 tahun terlalu cepat jika ingin mengerjaiku seperti ini.
*Shiink*
Kutebas Water Ball itu dengan kecepatan tinggi sehingga tak dapat dilihat dengan mata orang biasa. Semua orang yang ada di ruangan ini hanyalah orang biasa, termasuk Penguji itu. Water Ball terbelah menjadi 2 bagian dan berbelok ke kanan dan kiriku. Kulirik Liv. Bagaimana, Liv?
Eh? Liv tersenyum? Apakah dia berpikir, Arka memang hebat, atau berpikir, Arka melebihi ekspektasiku, begitu? Tapi, senyuman itu bukanlah senyuman yang menyiratkan pujian.
Senyuman di wajah Liv adalah senyuman licik, culas, dan brengsek. Senyuman menjijikkan. Aku membenci senyuman itu! Apa yang direncanakan perempuan begundal itu!?
"Castle of Refuge!" Skill tambahan dari Liviara.
What! The! FFFFFUCK!!!
Dia mengeluarkan skill barrier area yang dipersempit, mengelilingiku. Lebih tepatnya, mengurungku. Jika dia mengurungku dengan skill ini, berarti tujuan dia adalah supaya Water Ball yang sudah terbelah dua itu menabrak dinding dalam Castle of Refuge agar terciprat kepadaku seluruhnya?
Gawat, apa yang harus kulakukan!? Aku belum mengaktifkan Darkness Enhancement untuk dapat menghindar ataupun menerobos skill miliknya! Dan, tidak ada waktu! Hanya sepersekian detik lagi sebelum aku basah kuyup! Darkness Grip ataupun Darkness Creation tentu tidak sempat! Aaarrggh aku stres! Apa!? Apa yang harus kulakukan!?
*Byaaassshhh*
Aku terlalu lama berpikir. Sekarang aku jadi basah kuyup. Brengsek, Liv. Saat kulihat dirinya, dia menyengir dan mengangkat kedua tangannya. Memposisikan jemari di kedua tangannya membentuk angka 1 dan 0. Maksudnya 1-0!? Maksudnya skor antara aku dan dia adalah 1-0 dan aku kalah!? Aaaaaaahhh!!!
Aku terjatuh berlutut dengan kedua tangan menopang tubuhku di lantai.
"Li-... Liviara anak setaaaaannnn!!!" Aku berteriak sekuat tenagaku.
"Bweeekkk!" Dan Liv membalasnya dengan menjulurkan lidah kepadaku.
"Apa yang kamu lakukan!? Tu-Tuan baik-baik saja, kan?" Teriak seorang Penguji.
"Hahhh... Aku hanya basah kuyup. Aku baik-baik saja." Jawabku dengan suara lemah.
Kesal. Aku kesal karena dikalahkan oleh bocah ingusan yang baru belajar support magic. Ahhh kesallll!!!
"Yang kedua, saya akan serius!" Ucap Liv.
Akhirnya di kesempatan kedua dia serius. Dia harus lulus. Lagipula, aku sudah tidak bersemangat lagi. Bagaimana aku mau bersemangat jika sudah basah kuyup seperti ini?
Singkat cerita, Liv lulus dengan nilai nyaris sempurna. Satu-satunya yang membuatnya tidak sempurna adalah karena keisengannya terhadapku tadi. Bocah ini, dia rela tidak mendapatkan nilai sempurna hanya agar dapat mengerjaiku seperti ini. Otaknya di dengkul apa di bokong, ya?
Yah, sudahlah. Kalau dipikir-pikir, memang tadi aku yang kalah. Karena aku tidak berpikir lebih jauh ke depan. Mungkin ini untuk perbaikan bagiku ke depannya. Aku harus memiliki rencana jauh ke depan untuk mempersiapkan langlah-langkah yang akan kuambil dalam menghadapi pertempuran.
Aku harus menggunakan otakku lebih keras lagi...
BAH!!! Mana mungkin. Nanti malah otakku jadi kram dan blank. Bodo amat lah. Kasian otakku. Dia harus selalu dimanja. Karena dia sangat rapuh dan mudah rusak.
Syla membantuku mengeringkan seluruh tubuhku menggunakan magic api dan angin. Efek yang dihasilkan menyerupai hair dryer. Dalam beberapa menit, tubuhku sudah kering lagi.
Kita harus menghindari keadaan basah kuyup agar tidak terlalu lama berada dalam keadaan itu. Apalagi jika tidak sedang beraktivitas fisik seperti saat sedang berenang. Sebisa mungkin, segera keringkan tubuh jika sudah basah kuyup. Tidak jarang, orang akan demam setelah basah kuyup akibat kehujanan.
Kenapa demikian? Ada beberapa faktor yang memicunya. Pertama, kondisi basah kuyup secara mendadak akan menurunkan suhu tubuh kita secara mendadak juga. Hal tersebut dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah, terutama di kepala, yang dapat menyebabkan pusing atau sakit kepala.
Kedua, dengan adanya penurunan suhu tubuh yang cepat, daya tahan tubuh kita juga menurun. Jika daya tahan tubuh menurun, maka bakteri dan virus akan lebih mudah untuk menyerang kita. Bisa menyebabkan kita jatuh sakit.
Ketiga, penelitian menemukan bahwa di saat suhu tubuh menurun dan daya tahan tubuh menurun, virus akan lebih cepat untuk replikasi, yaitu cara mereka berkembang biak. Ditambah lagi, sel yang dijadikan tempat dan sumber daya untuk proses replikasi, menjadi lebih lama matinya pada suhu tubuh di bawah suhu normal (36-37 °C). Jika sel yang dijadikan tempat replikasi itu lama matinya, akibatnya virus semakin bebas berkembang biak.
Itu saja yang aku ingat tentang hal ini. Selebihnya, aku hanya tidur di kelas. Persiapan untuk war di malam hari dalam game mmorpg yang kumainkan. Motto hidupku dulu adalah... Jangan sampai belajarmu mengganggu game-mu.
Sehari berlalu. Penutupan acara sudah dilakukan kemarin sore.
Lunar Eclipse bersama Aesa dan Cyane telah mengalahkan Hydra. Sebenarnya, hanya berkat turun tangan dari Cyane lah mereka bisa mengalahkan Hydra tersebut. Selanjutnya, semua Misi Plat Gold sudah berhasil diselesaikan dengan mudah. Misi-Misi Plat Gold setelah itu, bisa diselesaikan dengan mudah.
Aesa, Cyane, beserta semua anggota Party Lunar Eclipse juga sudah memenuhi persyaratan untuk dapat mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat Petualang menjadi Plat Diamond. Kami semua mengantar Liv kembali ke Kota Arvena, Kerajaan Balvara. Rencananya, kami akan meminta Raja Arthos untuk mengatur ujian khusus lagi.
"Liv, abis ini, tugas pengawalan kami udah kelar, ya... Kami akan ngelanjutin petualangan kami."
"U-uhm."
Liv terlihat agak kecewa mendengar pernyataanku. Yaa, kami hanya para Petualang yang menjalankan misi saja. Tidak ada hal-hal yang sifatnya personal di dalam pekerjaan. Liv seharusnya paham itu.
"Liv, kapan-kapan kita jalan-jalan bersama lagi, ya..." Grista mencoba membangkitkan lagi semangat Lib yang telah menjadi layu.
"Um." Namun Liv hanya mengangguk, tetap sedikit murung.
"Nanti kami akan mampir lagi ke Istana Kerajaan Balvara." Ren menambahkan.
"Eh, Liv! Apa kamu mau ikut kami?" Syla, dengan ide tololnya.
Kenapa dia malah mengajak Liv untuk ikut berpetualang!? Liv kan Putri Raja Kerajaan Balvara. Dia mana bisa hidup berpetualang, kotor-kotoran, makan alakadarnya, dan camping di tengah alam liar. Liv ikut kami berpetualang? Tidak mung--
"Ya! Aku bisa meminta ayahku agar mengizinkanku ikut kalian berpetualang! Memangnya, kalian mau berpetualang mencari apa?"
Lah!? Dia mau ikut? Haduh. Nanti malah merepotkan di jalan! Dan aku tidak mau dia membawa segerombol pengawal lemah dan tak berguna yang hanya akan membuat kami jadi mencolok. Merepotkan sekali...
"Nggak tau, tuh. Si Arka yang punya ide." Jawab Syla.
"Arka ingin mencari monster-monster Elemental Spirit. Tapi kami tidak tahu apa yang diinginkannya dari Elemental Spirit itu." Ujar Ren menjelaskan.
"E-Elemental Spirit? Maksudnya, Elemental Spirit yang itu kan? Dryad, Undine, Sylph, dan... Salamander itu, kan!?"
"Nah, iya! Kalo nggak salah, Arka pernah bilang gitu dulu!" Jawab Syla.
"Ikuuuuuut! Aku akan memintabizin kepada ayahku walau bagaimanapun caranya! Aku mau ikut!"
Ampas daun sirih inang. Bebanku... Bebanku selalu bertambah!
"Loh, Arka kenapa ekspresinya seperti itu? Tidak suka ya kalau ada aku!? Arka pikir aku hanya seorang Putri Raja yang hanya bisa hidup di dalam kemewahan, tidak bisa mandiri, tidak mampu bertahan hidup dalam petualangan di alam liar, dan selalu harus dilayani dalam segala hal!? Pikiran picik dari otak kerdil!"
"....... IYA! MENURUTKU TEPAT KAYAK YANG KAMU BILANG!!!"
***BERSAMBUNG...***
_____________________________________________
Thank you! Arigatou! Terima kasih! Jangan lupa vote dan komentar, ya!