Skip cerita yang tidak penting. Kita langsung lompat ke...
"Nice... Kalian semua udah jadi Petualang Plat Diamond juga. Lama bet. Lemah kalian semua. Cihh!"
"""Wooooooo!"""
"Arka belagu." Ujar Syla.
"Sombong itu wajib." Balas Arka.
Arkanava Kardia, 23 tahun, mantan Koas tolol, berkepribadian sombong, congkak, angkuh, mesum, cabul, brengsek, bajingan, pemalas, dan sok cool.
"WOY SANTAI AJA DONG NARASINYA, AUTHOR BANGSAT!!!" Teriak Arka, mengamuk kepada Author yang hanya berkata jujur apa adanya.
"Ini orang kenapa, ya? Nyombong sendiri, marah-marah sendiri... Kamu sakit, sayang?" Tanya Syla dengan ekspresi khawatir serius.
"Aku kesel sama Auth-- aaaaa... Udahlah. Ayo, kita cus menuju puncak tertinggi Pegunungan Cryom. Tapi tunggu dulu. Kenapa Yang Mulia Putri Rempong Liviara Shitfuck Balvara ikut naik ke punggung Ruby!?" Arka terlihat kesal.
"Shirfa! Namaku Shirfa! Dan lagi, memangnya aku perlu izinmu untuk ikut!?" Liviara balas membentak Arka.
"Hey kalian semua! Apa dia perlu izinku untuk ikut??" Arka bertanya, sangat percaya diri bahwa yang lainnya akan menjawab YA.
Dan jawaban mereka... Tentu saja.
"""Tidaaaaakkk!!!"""
"Woi! Aku bosnya!" Arka merespon.
"Sayang, udah nggak mau dikasih jatah lagi?" Syla dengan jurus andalannya.
Arka tidak bisa membalasnya.
"Arka, kalau tidak memperbolehkan Liv ikut, aku akan sedih..." Ren menggunakan jurus lainnya.
"K-Kak Arka, Aesa mau punya teman seumuran juga..." Aesa ikut mendukung Liv.
"Tuan Arka! Apapun yang Tuanku lakukan, hamba akan selalu melaya--" Cyane dengan ekspresi cabul, langsung dipotong Arka.
"-Kalo gitu, kamu balik terdampar ke pulau tak bertuan di tengah laut sana!" Potong Arka.
"Khuhhh... Kata-kata tak berperasaan itu... Haahh... Hahh... Tuan... Hahh..." Cyane kumat.
"Arka, nggak masalah, kan, kalau Putri Liviara ikut?" Tanya Grista kepada Arka.
"Menurutku juga nggak masalah, Arka. Bukankah Arka mampu melindungi Tuan Putri? Bukankah Arka hebat?" Garen ikut mendukung Liv, dan melontarkan sedikit pujian kepada Arka.
"Betul! Garen Betul! Tempat paling aman adalah di dekat Arka!" Fiana ikut menimpali.
"Arka... Mereka benar. Berada di dalam perlindungan Arka itu jauh lebih aman daripada berada di istana jika sesuatu hal buruk yang tak terduga terjadi." Ren memperkuat argumen mereka.
"Oh... Gitu, ya... Aku hebat, dan berada di dekatku adalah yang paling aman, ya... Yaahh... Mau gimana lagi, hahaha! Ayo, Liv! Kamu boleh ikut kami! Hahaha!" Jawab Arka, hidungnya kembang kempis.
Arka memang murahan. Gampangan. Dipuji sedikit saja langsung luluh. Cowok gampangan.
"Author berisik. Sirik yee! Eh! Tapi ada 1 syarat buat Liv."
"Apa?" Tanya Liviara ketus.
"Kalo kamu ikut kami, nggak ada lagi istilah Tuan Putri. Mulai sekarang, kamu cuman seorang gadis lemah biasa dan nggak akan dapet perlakuan lebih." Syarat dari Arka.
"Ok! Tapi aku bukan gadis lemah! Buktinya, satu-kosong! Bweeekk!" Liv mencibir Arka.
"Ugh... Bangkeee... Masih diinget aja. Awas aja. Ya udah, berangkat!" Arka memutuskan dengan kesal.
Akhirnya, Arka cowok gampangan berhasil dirayu oleh seluruh anggota tim yang terdiri dari 2 party itu. Liv, tanpa embel-embel Tuan Putri, ikut dalam petualangan mereka. Tapi kita flashback dulu kenapa pada akhirnya Liv diizinkan oleh Raja Arthos untuk ikut bersama Arka dan kawan-kawan dalam perjalanan yang berbahaya ini.
Padahal tadi saya sudah mengatakan untuk skip cerita yang tidak penting ini, ya... Tidak masalah. Demi word count.
***
"Ayahanda, Liv sudah pulang dari pelatihan. Sekarang Liv sudah resmi memiliki titel Support Mage."
"Putriku memang hebat..." Komentar Raja Arthos terhadap ucapan putri kedua-nya.
"Tapi, Ayahanda!"
"Oh? Ada apa, putriku?"
"Liv ingin ikut berpetualang bersama teman-teman dari Dark Edge dan Lunar Eclipse untuk berburu monster-monster Elemental Spirit!"
"He? ...... HEEEE??? Apa katamu barusan!?" Raja Arthos terkejut mendengar perkataan Liv.
"Be-berburu monster Elemental Spirit..." Jawab Liv tertunduk takut.
"Bukan! Bukan itu! Yang sebelumnya!"
Liv bergidik takut mendengar ayahnya berbicara keras.
"L-Liv ingin ikut berpetualang bersama teman-teman dar--"
"TEMAN-TEMAN!? KAMU... TEMAN!?!?"
"... I-iya... Dari Dark Edge dan Lunar Eclipse..." Suara Liv semakin terdengar menciut.
"ARKANAVAAAAAAAA!!! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN KEPADA PUTRIKU!?"
"He? Kenapa, Raja Arthos?" Arka terlihat bingung.
"Putriku... Sampai menganggap kalian sebagai teman... Apa yang sudah kamu lakukan selama hanya dalam waktu sebulan ini?"
"Ohh... Hehehe... Sedikit shock therapy saja, Raja Arthos..."
"Shock therapy!? Apa yang sebenarnya terjadi selama sebulan ini?"
Kemudian Arka menceritakan semuanya. Berawal dari serangan tak terduga oleh monster Guptera, hingga Liv berhasil mendapatkan banyak teman di kelasnya. Raja Arthos mendengarkan semuanya dengan sangat serius. Matanya sangat jarang berkedip ketika mendengar cerita Arka.
"Begitulah ceritanya, Raja Arthos..." Arka menutup penjelasannya.
"Arkanava Kardia..."
"Saya, Raja Arthos..."
"Apakah... Kau mau menikahi putriku, Liviara Shirfa Balvara? Tentu saja, kau akan kuberikan jabatan tinggi di dalam kerajaanku! Harta berlimpah, tidak perlu ditanya lagi. Fasilitas Kerajaan Balvara terhadap keluarga Royal. Semuanya! Bagaimana menurutmu?" Raja Arthos memberikan tawaran yang sangat menggiurkan.
"A-Ayahanda! Jangan bercanda!" Liv memprotes keinginan Raja Arthos.
"Hmm... Putrimu... Memang cantik. Secara fisik, dia hampir sempurna kecuali di bagian itu yang masih kurang..." Jawab Arka dengan wajah serius.
"Tenang saja. Dia masih 16 tahun. Bagian yang itu masih bisa tumbuh. Lihatlah ibunya! Bagaimana? Kau percaya, kan?"
"Ahh... Benar... Ratu Ristel memang memiliki itu yang mantap..."
"Ayahanda! Dan Arka! Apa yang kalian bicarakan!? Jangan bercanda dengan topik iniii!!!" Liv marah meskipun bingung dengan pembicaraan antara Arka dan Raja Arthos.
"Bagaimana, Arkanava Kardia?" Raja Arthos tidak mempedulikan protes dari putrinya.
"Tapi, terlepas dari bagaimanapun itunya akan tumbuh nanti... Saya... Menolaknya!" Jawab Arka tegas, menjulurkan lengan kanannya sambil menghadapkan telapak tangannya yang terbuka lebar kepada Raja Arthos. Sok keren anjay.
"A-aku... Ditolak... Oleh orang ini?" Mendengar jawaban Arka, Liv malah menjadi murung dan kecewa, entah kenapa.
"Hm. Kalau boleh tau, apa alasanmu menolak pernikahan dengan putriku?" Tanya Raja Arthos.
"Karena dia....... Bawel, judes, cerewet, pemarah, licik, curang, dan masih di bawah umur 18 tahun!"
"Kau-! Arkaaa! Jahaaaat! Arka bodooooh!" Kata Liv sambil berlari meninggalkan ruangan itu.
"Arka bodoh."
"Iya, tolol."
"Kok ada orang segoblok dia..."
"Batu..."
"Tak tertolong lagi..."
"Parah parah."
"Kronis sudah..."
Anggota Lunar Eclipse dan Dark Edge lainnya saling berbisik mengata-ngatai Arka. Sengaja bisikannya agak keras agar Arka mendengarnya.
"Loh? Eh? Kalian semua kenapa, sih?" Kata Arka.
"Hahahaha... Baiklah. Kalau begitu, 2 tahun lagi, kita akan melanjutkan pembicaraan ini, Arkanava..." Ujar Raja Arthos.
"Setuju, Yang Mulia." Balas Arka.
Setelah itu, Raja Arthos berbicara empat mata dengan Liv, yang saya sendiri juga tidak tahu apa saja isi pembicaraannya. Sebenarnya bukan tidak tahu. Tapi saya malas mengetiknya. Nah, salah satu pembicaraannya adalah Sang Raja mengizinkan putrinya untuk ikut Arka dkk. Malah, dia sangat mendukungnya, setelah mendengar cerita Arka sebelumnya.
***
"Oh, itu Pegunungan Cryom?" Arka bertanya kepada seluruh anggota Lunar Eclipse yang sudah pernah menjalankan misi di Pegunungan Cryom sebelumnya.
"Benar, Arka. Dan kalau tidak salah, puncak tertingginya ada di sana. Menurut cerita, beberapa orang pernah melihat sosok Sylph di lokasi sekitar situ." Jelas Garen.
"Gas! Ruby!"
"Grrraarrr!"
'Okaaay!'
Sylph, Wind Spirit, yang merupakan monster kelas B peringkat atas, adalah monster yang 100% tercipta dari energi magic elemen angin. Tidak memiliki wujud fisik yang jelas. Terkadang hanya berupa angin sepoi yang tak terlihat. Kadang berwujud seperti tornado raksasa. Dan sekali waktu, berwujud seperti peri kecil yang cantik dan imut.
Dan di saat mereka sudah berada di puncak tertinggi Pegunungan Cryom, mereka tak menemukan tanda-tanda kehadiran Sylph.
"Ooooiii! Sylph! Keluaaaaarrr!" Arka berteriak seperti orang gila.
"Ar, emangnya bisa dipanggil gitu?" Tanya Syla.
"Ada ide lain?" Balas Arka dengan pertanyaan lagi.
"Nggak! Hehee..." Syla tertawa dengan cuek.
"Bagaimana kalau Arka coba mendeteksi lokasinya dengan magic?" Saran Ren.
"Boleh dicoba... Darkness Sense." Arka mengeluarkan skill miliknya untuk mendeteksi kehadiran monster di sekitar dengan menyebarkan dark magic ke seluruh area di sekitarnya.
"Dingiiiiin! Kenapa nggak bilang kalau kita mau ke puncak gunung!?" Liv malah mengeluh kedinginan.
"Aaaahhh berisik, Liv! Aku lagi fokus!"
"Ar, bikinin dia baju pake dark magic-mu aja..." Saran Ren.
"Hahhh... Kan... Apa kubilang. Ngerepotin aja anak manja ini."
"Ya salah siapa nggak bilang kalau mau ke tempat sedingin ini! Kan aku bisa pakai baju tebal kalau tau mau kesini!"
"Darkness Creation : Fallen Exoskeleton."
"Eh? Eh!? Apa ini!?" Liv kaget ketika dark magic Arka menyelimuti tubuhnya.
Dalam waktu 1 menit, Arka sudah berhasil membuat exoskeleton yang sangat pas dengan tubuh Liv. Exoskeleton tersebut melindungi penggunanya dari seluruh serangan fisik dan magic, serta segala efek cuaca seperti cuaca dingin dan panas. Demi kenyamanan mata cabulnya sendiri, Arka sengaja mempertebal exoskeleton itu di bagian susu Liv.
"Kalian semua juga pake exoskeleton-nya." Kata Arka.
"""Baik."""
"Te-terima kasih... Udah nggak dingin..." Liv mengucapkan terima kasih kepada Arka dengan sedikit merasa tidak enak hati sambil memegangi exoskeleton yang membalut seluruh tubuhnya.
"Dah, ya... Diem semua. Anteng. Duduk manis. Aku mau nyari Sylph. Darkness Sense."
Setelah sekitar 10 menit Arka berkonsentrasi, dia tidak menemukan apapun yang merupakan tanda kehadiran Sylph. Yang ditemukannya hanyalah monster kelas F sampai yang tertinggi adalah kelas D di sekitar mereka berada.
"Ah. Gimana nih. Cuman ada monster kroco di sekitar sini. Jangankan Sylph yang kelas B. Monster kelas C aja nggak ada."
"Tuan Arka. Menurut yang hamba pernah dengar, untuk membuat Elemental Spirit menampakkan dirinya, kita harus membuatnya marah. Cara membuatnya marah adalah dengan mengusik daerah kekuasaannya."
"Maksudmu, kita hancurkan tempat ini, Cy?"
"Hahaha... Tuan Arka memang hebat. Bisa langsung memahami maksud dari perkataan hamba..."
"Err... Kok aku merasa jijik ya karena bisa ngerti isi pikiranmu, Cyane..."
"Aakkkhh! Tuan Arka, berhenti memujiku!"
"Fuck."
"Apa kita lakukan sekarang, Tuan Arka?"
"Semuanya... Kita hancurkan tempat ini! Kita bunuh semua monster yang ada di sini!"
"Tapi... Ah, nggak." Ren ingin membantah, namun tidak jadi.
"Beneran, Ar?" Syla memastikan lagi.
"Apa nggak masalah kalo kita ancurin semua?" Garen juga bertanya untuk memastikan.
"Arka, aku ingin mencoba kekuatan penuhku!" Fiana malah terlihat sedang menggebu-gebu.
"Ya! Semuanya nyebar! Hajaaarrr! Shikat miring!" Arka memastikan perintahnya tidak berubah.
"Okeee... Phoenix Sword! Hiyah hiyah hiyaaaaaaahhh!!!"
*Bwoosshh bwoosshh bwooosshh bwoooossshh*
Fiana adalah yang pertama mengeluarkan skill terkuat miliknya yang masih dalam tahap eksperimen. Dia menggabungkan prinsip skill Flame Saber dengan Phoenix Flame. Menghasilkan sebuah pedang besar yang membara, dengan sayap burung Phoenix di pangkal bilahnya.
Setiap ayunan pedang api magic di tangannya akan melontarkan magic api kuat selayaknya Phoenix yang lepas landas dari bilah pedang api tersebut. 4 ekor burung api terbang ke arah tebasan Fiana, menelanjangi lereng gunung yang awalnya tertutup salju dan es tebal. Menghanguskan pepohonan yang dilaluinya. Monster kelas D? Auto mati.
"Hahh... Hahh... Hahhh... Aku... Cuman bisa... Menembakkan empat Phoenix Flame... Berturut-turut..."
"Hahaha! Kamu harus lebih banyak latihan, Fi! Sekarang aku ya... Hupp hupp hupp huuppp! Raging Thunder God!!! Haaaahhh!!!"
Syla melompat jauh beberapa kali hingga berada lumayan jauh dari grup, lalu mengeluarkan tembakan panah magic elemen angin dengan kekuatan magic yang jauh lebih besar dan kuat ke langit. Awan tebal di arah tembakan anak panah tersebut langsung membentuk pusaran dengan bagian tengah yang bolong, memperlihatkan langit biru yang sangat bersih.
Anak panah yang dipenuhi magic tersebut, membuat semua ion yang terkandung di awan bergejolak. Warna awan menghitam. Suara gemuruh bergema. Dan bermunculan banyak sosok ular naga yang wujudnya terbentuk dari petir yang padat. Meluncur secepat kilatan cahaya menuju daratan dan menghancurkan segala yang dihantamnya.
*Dhuaarr dhuaaarr dhuar dhuar dhuar dhuarr dhuaarr dhuaarrr*
Selama 1 menit, fenomena itu terus berlangsung. Entah berapa ratus ekor ular naga listrik yang telah menyengat daratan di sekitar Syla. Dan Syla, hanya menari dengan indah diiringi dentuman keras di sekelilingnya. Ketika gemuruh petir berhenti, Syla pun berhenti menari dan mempertahankan pose seksi yang menggoda selama beberapa detik, lalu mencium ujung jemari tangan kanannya dan meniupkannya kepada Arka.
Seluruh daratan di sekitarnya selain radius 1 meter dari yang dipijak Syla, telah menjadi kawah luas. Gunung yang mereka pijak, bentuknya sudah menyaingi logo Apple.
"Syla! Naiiiissss!" Teriak Arka sambil mengacungkan jempol kepada Syla.
"Aesa! Ayo, giliranmu! Skill yang waktu itu, tapi sekuat tenaga! Ayo ayo!" Ren menyemangati Aesa.
"Aaa... Kak Ren... B-baiklah... Kalau gitu... Meteor Storm!" Jawab Aesa ragu-ragu.
"Kekuatan penuuuh!" Teriak Grista menyemangati.
Di luar atmosfer, entah darimana asalnya, muncul bebatuan besar menerobos menuju daratan. Selama proses penerobosan atmosfer tersebut, terjadi gesekan dengan udara dan menyebabkan batu tersebut menjadi panas, sangat panas. Tapi tidak hancur.
Batu-batu raksasa itu, menerjang ke arah Pegunungan Cryom, tepatnya di lereng gunung tidak jauh dari tempat mereka berada.
*WIIIIIIIUUUUUUUNNNGGGG WIIIIIIINNNNNGGGG WUUUUUIIIIIIINNNGGG*
*BLEGAARR BLEGAARR BLEGAAARRR BLEGAAARRRR BLEGAAAAAARRRRRR*
Belasan batu raksasa berpijar menghujani lereng gunung dan kaki gunung ini. Ledakan dahsyat akibat benturan yang sangat keras tersebut, membuat tanah dimana mereka berpijak menjadi bergetar. Gempa sesaat terjadi. Tak jelas apakah gempa itu berasal dari benturan meteor dengan tanah atau pergeseran lempeng tanah sebagai efek samping dari hujan meteor.
"Aesa mangstab djiwaaa!!!" Arka mengacungkan 2 buah jempol kepada Aesa.
"K-Kak Arka... M-m-makasih...?" Bahkan Aesa pun bingung menanggapi ucapan Arka, apakah itu pujian atau apa? Manusia di sini kan tidak mengerti istilah mangstab djiwa, dasar MC bego.
"BODO AMAT ANJRIT." Teriak Arka dengan nada penuh emosi.
"K-Kak Arka... M-marah sama Aesa... Hiks..." Aesa, merasa dibentak oleh Arka, langsung menangis. Memang Arka begonya dobel.
"Bukan, Aesa! Aku marah sama Author!" Kata Arka mencoba menutupi ketololannya.
"Hiks... A-Author?" Aesa menjadi bingung.
"P-pokoknya bukan sama kamu! Aku marah ke makhluk lain yang kasat mata, Sa! Ah, au dah. Serah lu, Thor." Akhirnya Arka menyerah, CIHH LEMAH!!!
Salah satu bagian dari Pegunungan Cryom sudah resmi menjadi kawah. Yang kemudian hari akan dijadikan sebagai tempat wisata. Seperti program pemerintah tentang lubang besar yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan batu bara yang kurang bertanggungjawab.
Sesaat setelah mereka selesai bersenang-senang mengacak-acak daerah sekitar sana...
"KALIAN PARA MAKHLUK RENDAHAN!!! APA YANG SUDAH KALIAN LAKUKAN DI WILAYAHKU!!!"
Terdengar suara wanita menggema yang tidak jelas darimana sumbernya.
"Eemmm... Sylph?" Tanya Arka sok polos.
"YA! AKU ADALAH SYLPH! PENGUASA DAERAH INI! KALIAN TELAH LANCANG MERUSAK DAERAH KEKUASAANKU!!! INI TIDAK HANYA AKAN BERAKHIR DENGAN KEMATIAN KALIAN!!! AKU AKAN MEMBUAT KALIAN BERHARAP BAHWA KALIAN LEBIH BAIK MATI SAJA!!!"
***BERSAMBUNG...***
_____________________________________________
Nama penting di chapter ini :
- Ratu Ristel
- Raging Thunder God
- Phoenix Sword