Cerita tentang Summoner sampai di sini dulu. Nanti saya lanjutkan lagi saat bentroknya dengan MC.
Sumpah, malas sekali hari ini. Minggu ini dan minggu depan saya nobatkan sebagai 2 minggu termalas sedunia. Jadwalnya libur libur kerja kerja libur kerja kerja libur libur kerja kerja libur kerja kerja libur libur. Jadi super malas untuk kerja...
Silahkan vote dan komentar! Selamat membaca!
_____________________________________________
"Kita akan berburu monster di pegunungan itu, Tuan Fazar. Pegunungan Cryom." Ucap Rufius sambil menunjuk ke arah pegunungan yang berada tidak jauh dari lokasi kami saat ini.
Rufius membawa Fazar ke sebuah pegunungan yang terletak di arah utara Kerajaan Krauzer. Di sana, mereka akan mencari sebuah sarang monster untuk ditaklukkan. Bukan sarang monster yang kuat. Bisa dibilang termasuk sarang monster yang agak lemah.
Sarang Bigfoot. Monster berambut putih kecoklatan di seluruh tubuhnya, yang menyerupai gorila. Mereka hidup di area pegunungan dengan suhu yang dingin. Monster ini termasuk monster kelas D peringkat bawah. Berukuran tinggi sekitar 3-5 meter, namun tidak memiliki skill khusus yang mematikan. Hanya kekuatan fisik yang cukup besar saja.
Untuk menaklukkan sarang Bigfoot ini, sekaligus melatih Fazar untuk mengendalikan semua makhluk yang di-summon, Fazar hanya diperbolehkan untuk menggunakan skill Summon Low Rank Creature.
Skill Summon Medium Rank Creature hanya boleh digunakan di saat keadaan terdesak saja, untuk memastikan kemenangan. Namun, Fazar dianggap masih gagal jika tetap mengeluarkan skill ini.
"Baiklah, Tuan Rufius. Apakah sudah diketahui posisi pastinya?" Tanya Fazar kepada Rufius.
"Itu adalah tugas Tuan Fazar untuk menemukannya."
"Oh... Saya pikir sudah. Baiklah kalau begitu." Kata Fazar dengan ekspresi tersenyum palsu.
Sebenarnya Rufius sudah mengetahui lokasi pasti dari keberadaan sarang Bigfoot tersebut. Namun dia harus melatih Fazar agar dapat menggunakan kemampuan dari masing-masing makhluk summon miliknya. Terutama dalam hal menggunakan indera milik makhluk summon.
"Bagaimana kalau dimulai dari sekarang, Tuan Fazar?"
"Hm. Baiklah. Summon Goblin. Summon Flaren. Summon Rabid Wolf. Summon Rabid Wolf."
Fazar sudah berlatih menggunakan indera makhluk summon miliknya sebelum ini. Hanya saja, dia belum pernah menggunakannya untuk kondisi pertempuran sesungguhnya. Indera makhluk summon yang dapat digunakan adalah seperti penglihatan dari Flaren (monster burung) yang terbang di ketinggian, penciuman Rabid Wolf dan Dire Wolf yang sangat tajam, serta Goblin yang memiliki pendengaran di atas rata-rata.
Dengan memanfaatkan indera dari makhluk summon sebaik mungkin, tidak akan sulit untuk bisa menemukan sarang Bigfoot di pegunungan ini.
100 ekor Flaren, 100 ekor Goblin, dan 100 ekor Rabid Wolf telah hadir di hadapan Tim Hero. Fazar memilih Rabid Wolf daripada Dire Wolf. Karena Dire Wolf hanya akan ter-summon sebanyak 25 ekor untuk sekali menggunakan skillnya saat ini.
Fazar lebih membutuhkan jumlah di atas kualitas. Semakin banyak jumlahnya, akan semakin mudah menemukan Bigfoot di pegunungan yang terbentang sangat luas ini. Dan Fazar juga harus melakukan ini seefisien mungkin untuk menghemat konsumsi mana.
Flaren, patroli di atas Pegunungan Cryom. Goblin naik ke punggung Rabid Wolf, lalu mulai berpencar dan menyisir Pegunungan Cryom.
Semua makhluk yang di-summon Fazar langsung mematuhi perintahnya. Pencarian di udara dan di daratan segera dimulai. Selama proses pencarian dimulai, Fazar senantiasa menggunakan mana-nya secara konstan untuk memberikan perintah dan mengakses masing-masing indera setiap makhluk yang digunakan dalam perburuan ini.
"Tuan Fazar, untuk sementara, kita beristirahat di kaki gunung ini saja. Saat lokasi pastinya sudah ditemukan, barulah kita mulai bergerak." Ucap Rufius.
"Saya setuju. Kalau begitu, aku akan fokus kepada monster-monster yang aku kirim." Fazar menyetujuinya.
"Pasukan! Dirikan tenda!" Perintah Rufius kepada Pasukan Pengawal yang ikut dalam kegiatan pelatihan berburu dan bertarung ini.
***
Sehari, dua hari, tiga hari sudah berlalu tanpa adanya temuan yang signifikan. Aku hanya menemukan seekor Bigfoot. Setelah mengawasinya selama seharian, sepertinya dia adalah Bigfoot penyendiri yang terpisah dari sarang, entah karena alasan apa.
"Bagaimana Tuan Fazar? Apakah sudah menemukan tanda-tanda dari sarang Bigfoot?" Tanya Rufius.
"Ugh... Belum. Mereka sangat sulit untuk dicari. Sepertinya mereka bersembunyi di suatu tempat yang sulit dijangkau. Apalagi, semakin tinggi makhluk summon milikku berada, semakin tebal saljunya. Membuat mereka menjadi kedinginan dan kemampuan bergeraknya berkurang. Hal ini-- tunggu."
"Oh? Sepertinya Tuan Fazar sudah mendeteksi sesuatu." Rufius membaca ekspresiku.
" Seekor Flaren telah melihat seekor Bigfoot masuk ke dalam sebuah gua di dekat puncak salah satu gunung yang ada di Pegunungan Cryom."
"Bagus sekali, Tuan Fazar. Latihan anda selama ini telah membuahkan hasil."
Goblin dan Rabid Wolf yang berada di sekitar situ, segera menuju ke sana. Yang jauh dari sana, lanjutkan pencarian ke arah lain.
Aku memberikan perintah baru kepada pasukan makhluk summon milikku melalui sesuatu yang menyerupai telepati. Atau mungkin memang telepati? Pokoknya seperti itu.
Tak terlalu lama waktu yang dibutuhkan 3 tim pencarian darat untuk sampai di depan gua tersebut. Mereka masuk ke dalam. Aku bisa merasakan kehadiran dari banyak Bigfoot di dalam gua yang cukup besar ini. Baunya... Suaranya... Hanya saja belum terlihat wujudnya. Aku harus menggerakkan Rabid Wolf dan Goblin ini dengan ekstra hati-hati.
Misi mereka hanyalah pengintaian. Bukan untuk bertarung. Jadi aku harus membuat mereka mengendap-endap agar tidak terdeteksi. Penyerangan dadakan akan lebih efektif dibandingkan ketika musuh sudah siap untuk menghadapi serangan yang akan datang. Aku ingin melakukan itu.
Goblin turun dari punggung Rabid Wolf. Rabid Wolf bersembunyi di balik bebatuan besar.
Goblin akan kugunakan untuk menyelinap masuk agar mendapatkan data dasar tentang kekuatan musuh karena tubuh mereka kecil. Berapa jumlah mereka? Apa senjata mereka? Bagaimana struktur dasar dari gua tempat tinggal mereka? Apakah ada pemimpinnya yang memiliki kekuatan jauh lebih besar?
Aku tidak terburu-buru. Harus tenang. Dari yang kudapatkan melalui Goblin-ku, jumlah mereka sekitar 100 ekor. Di dalam gua, terdapat 1 ruangan paling besar yang merupakan tempat pemukiman Bigfoot. Dan di tepiannya terdapat ruang-ruang kecil, sepertinya milik petinggi dari para Bigfoot. Seperti jendral perang, mungkin.
Dan ada sebuah ruangan yang lebih besar daripada ruangan-ruangan kecil lainnya. Di sanalah tempat tinggal Sang Alpha. Sang Alpha memiliki tubuh jauh lebih besar daripada Bigfoot pada umumnya.
Setelah beberapa jam kugunakan untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin, kuputuskan untuk berangkat ke sana dan memimpin pertempuran secara langsung di baris belakang. Tim Hero langsung berangkat dan meninggalkan 3 orang untuk menjaga camp.
Setelah perjalanan selama 5 hari 4 malam, akhirnya kami sampai di depan gua tersebut. Lama juga ternyata. Pegunungan Cryom sangat luas dan medannya sulit untuk dilalui dengan berjalan kaki.
Semua makhluk summon milikku sudah menunggu di perimeter gua sambil mengawasi selama kami masih belum sampai. Masih belum ada perubahan yang terjadi pada seluruh Bigfoot maupun gua yang mereka tempati.
Baiklah.
Game on.
"Summon Orc. Summon Orc. Summon Orc. Summon Orc. Summon Dire Wolf. Summon Dire Wolf. Summon Dire Wolf. Summon Dire Wolf. Summon Turqorex. Summon Flaren."
*Shaa shaaa shaa shaaa shaaa shaaa*
Dalam sekejap, 200 Orc, 100 Dire Wolf, 100 Flaren, dan 50 Turqorex telah hadir di hadapanku. Kuatur posisi mereka sedemikian rupa untuk pertempuran.
Turqorex, monster yang memiliki cangkang keras seperti kura-kura, namun dengan kepala khas karnivora menyerupai reptil bergigi tajam. Kuletakkan berbaris di bagian depan pasukan sebagai tank. Orc berada tepat di belakang Turqorex. Di bagian sisi samping, kuposisikan Dire Wolf untuk menyerang dengan cepat. Flaren standby untuk mengganggu serangan dan pergerakan Bigfoot.
Dari pengamatanku, Bigfoot bukanlah monster yang cerdas, meskipun masih memiliki kecerdasan hingga level tertentu untuk dapat membuat suatu organisasi simple di dalam populasi mereka. Jadi, aku akan menyerangnya menggunakan strategi ini.
Ah... Sudah lama aku tidak memainkan game RTS (Real Time Strategy).
Sekarang jantungku berdebar-debar.
Aku... Menyukai ini!
"Tuan Rufius, aku akan memulainya sebentar lagi. Mari kita mencari tempat yang aman." Ujarku kepada Tuan Rufius.
"Baiklah. Bagaimana kalau di sebelah sana?" Ucap Rufius sambil menunjuk suatu tempat yang sepertinya sudah direncanakan olehnya.
Sebuah batu besar yang cukup tinggi, di atasnya tertutup oleh dedaunan dan ranting sehingga membuat tempat itu sangat cocok untuk melihat area pertempuran. Dari bagian belakangnya, terdapat tumpukan bebatuan yang lebih kecil, memungkinkan kami untuk naik ke atas batu besar tersebut dengan mudah.
"Haha... Pastinya, Tuan Rufius sudah merencanakannya sebelum ini, bukan?"
Rufius hanya tersenyum menanggapi pertanyaanku.
Kami naik ke atas batu besar tersebut. Bagian atasnya datar dan lumayan luas. Seluruh Tim Pengawal Hero yang ikut dapat ditampung di atas batu tersebut.
"Baiklah, untuk memulainya... Summon Goblin."
*Sshhhaaaaaa*
Hadir 100 ekor Goblin di bawah batu besar tempatku berdiri sekarang. Ok. Ronde pertama, serangan ringan ke dalam gua Bigfoot.
Goblin, serang ke dalam gua!
Dengan satu perintahku, para Goblin yang baru saja ku-summon langsung berlari ke arah gua. Menyusup melalui celah-celah barisan Orc dan Turqorex. Lalu masuk ke dalam gua tanpa menunjukkan keraguan di wajah mereka. Fokusku langsung berpindah ke apa yang dilihat oleh para Goblin.
Gua gelap yang sudah pernah kulihat sebelumnya. Dipenuhi bebatuan alam di sana sini. Bukan merupakan tempat bertempur yang baik bagi makhluk-makhluk summon lainnya yang kupunya. Namun bagi Goblin yang memiliki tubuh kecil, mereka dapat melakukan hit and run dengan sangat efektif di kondisi medan seperti ini.
Itulah kenapa aku mengerahkan Goblin untuk serangan ini. Goblin memang lemah. Tapi tujuanku mengerahkan Goblin bukanlah untuk mengurangi jumlah Bigfoot di dalam sana sebanyak mungkin.
"Gaaaaaaahhh!"
Salah satu Bigfoot telah melihat kedatangan Goblin menuju ruang utama gua. Dia langsung berteriak memberitahu Bigfoot lainnya. Semua Bigfoot meninggalkan kegiatannya dan bersiap untuk menyerang balik para Goblin yang menyerang.
"Gyaaaaaahhh!!!"
"Huuurraaaahh!!!"
Aku dapat melihat semuanya dari mata Goblin manapun yang kuinginkan. Bentrokan sesaat lagi akan terjadi.
"Khiiiiikaaa!"
"Khaaaaa!"
"Keeekhiiiii!"
Pasukan Goblin milikku membalas war cry (seruan perang) dari Bigfoot dengan versi mereka sendiri.
*Bhuuugg*
*Traakk*
*Crraaakk*
*Baaakk*
*Kreekk*
*Dhuaag*
*Crookk*
Bigfoot bertarung sebagian besar hanya dengan tangan kosong. Sedikit sekali yang memakai batang pohon dan ranting besar untuk menyerang. Kufokuskan para Goblin untuk menyerang Bigfoot yang terlihat lebih lemah dan mudah dikalahkan terlebih dahulu.
Uhh... Tidak seperti perkiraanku. Kupikir, akan mudah saja mengendalikan para Goblin untuk berperang. Ternyata sulit. Ekspektasiku, aku dapat mengendalikan puluhan Goblin secara bersamaan. Tapi realitanya, mengendalikan satu ekor Goblin saja sudah sangat sulit. Pandangannya terlihat kabur karena semua monster bergerak dengan cepat dan tidak teratur. Belum lagi serangan mendadak yang membunuh Goblin hanya dengan satu pukulan keras.
Setiap Goblin yang kukendalikan dan kuhubungkan inderanya denganku, jika mati, maka otomatis aku juga kehilangan sensor penginderaan yang kuterima. Langsung berpindah ke Goblin lain yang terdekat. Bisa dibayangkan, perpindahan penglihatan yang begitu cepat. Membuatku menjadi pusing.
"Graaaaaaooooohh!"
*Braaak!*
Seekor Bigfoot meninju wajah Goblin yang sedang kukendalikan. Aku melihat tangan besarnya melesat cepat mendekati pandanganku, hingga menutupinya. Untuk sesaat, aku terkejut! Rasanya seperti wajahku yang ditinju Bigfoot! Seperti... Menonton film dengan menggunakan VR, hahaha!
"Tuan Fazar, apa yang terjadi?" Kudengar suara Rufius bertanya kepadaku dari sebelah kiriku.
"Ah... Oh, Goblin-ku dan Bigfoot sedang bertempur di dalam. Aku harus fokus dulu, Tuan Rufius."
"Ooh... Silahkan dilanjutkan, Tuan Fazar."
Aku tak membalas kalimat terakhir Rufius, tapi langsung melanjutkan kontrol atas para Goblin-ku.
Goblin bergerak, menghindar, dan menyerang dengan gesit. Tapi sayang, serangan kapak batu primitif Goblin masih terlalu lemah untuk melukai Bigfoot. Sebaliknya, Goblin langsung mati hanya dengan satu serangan Bigfoot yang tidak dapat dihindari atau tidak diketahui sebelumnya karena diserang dari belakang.
Dalam beberapa menit, pasukanku yang berisi 100 ekor Goblin sudah tinggal tersisa sekitar 30 ekor. Aggro (keagresifan) dari para Bigfoot sudah kudapatkan. Berikutnya, Ronde kedua. Kiting. Adalah strategi untuk menarik musuh-musuh yang sudah aggro ke suatu titik kumpul.
Goblin! Mundur keluar dari gua secara perlahan!
Perintah selanjutnya sudah kuberikan. 30 ekor Goblin yang tersisa, mundur secara perlahan sambil menghindari serangan dari para Bigfoot. Aku sengaja tidak menyuruh Goblin untuk mundur dengan cepat, karena takutnya aggro dari Bigfoot jadi terlepas dan sebagian jadi tidak mengejar Goblin keluar dari gua.
"""Ghooooaaaaaaahhhhh!!!"""
Yes... Bigfoot terpancing. Selama proses kiting, belasan Goblin mati. Tapi aggro Bigfoot yang sudah raged (mengamuk) telah kudapatkan. Mereka sudah dekat dengan mulut gua. Dan aku melihat sosok Bigfoot yang berukuran 2 kali lipat dibanding yang lainnya, dengan tubuh dipenuhi bekas luka, ikut mengejar sambil mengamuk.
Goblin! Lari keluar gua secepat mungkin! Orc, Dire Wolf, Turqorex, dan Flaren bersiap untuk menyerang dengan aba-aba dariku!
Perintah berikutnya telah kuberikan kepada Goblin. Pasukan penyergap yang berada di luar juga sudah kuperintahkan untuk bersiap menyerang.
Akhirnya, 8 ekor Goblin keluar dari gua. Mereka berlari terbirit-birit. Dan sesaat setelah semua Goblin yang tersisa keluar...
*Dugdugdugdugdugdugdugudugdug*
Suara hentakan langkah dari hampir 100 Bigfoot keluar dari gua sambil mengamuk menyerang Goblin dengan membabi buta.
Di depan gua, aku sudah membagi pasukan menjadi 3 unit. Dengan perbandingan yang sama, pasukan penyergap di luar kubagi menjadi 30% di kanan mulut gua, 30% di kirinya, dan 40% yang menghadap ke pintu gua.
Setelah semua Bigfoot keluar dari gua...
SERAAAAAANG !!!
Ronde 3, ronde penentu dimulai.
"""Graaaahhh!!!""" Turqorex mengaum membuka mulut bertaringnya sambil mulai menyerang Bigfoot.
"""Haaaaaarrrrrggghhh!!!""" Orc menyusul Turqorex untuk menyerang Bigfoot.
"""Ghooooaaaaaaaahhh!!!""" Tapi Bigfoot menyambut serangan pasukanku tanpa gentar.
Bentrokan terjadi. Turqorex bertugas sebagai tank yang menahan serangan Bigfoot sambil juga menyerang para Bigfoot. Dan Orc, menyerang Bigfoot dengan mengeroyok salah satu Bigfoot dengan 2 Orc.
Senjata yang digunakan oleh Orc adalah pedang logam yang lebar namun agak tumpul. Untuk merobek, sepertinya pedang tersebut tidak terlalu tajam. Namun karena pedang milik Orc itu berukuran cukup besar dan memiliki bobot yang berat, mereka dapat memberikan trauma serangan benda tumpul yang lumayan kuat.
Damage yang diterima para Bigfoot menjadi lumayan besar. Ditambah lagi, serangan tiga arah yang membingungkan mereka ini meningkatkan efektivitas serangan dari pasukan makhluk summon milikku.
"Gggrrrrhhh!!!"
"Gggrrrrruuuuuu!!!"
"Rrrauuff!!!"
Di sela-sela kekacauan, para Dire Wolf mencuri kesempatan serangan yang tak terduga kepada para Bigfoot. Menyerang titik-titik vital para Bigfoot sesuai dengan arahanku dan perkiraanku tentang lokasi-lokasi dimana titik vital mereka berada.
"Kyiiiiii kyiiiiiii!!!"
Untuk lebih merepotkan dan mengganggu pergerakan para Bigfoot, Flaren, monster burung kelas E yang beterbangan di atas area pertempuran, sering menyerang para Bigfoot dengan cakar dan paruhnya yang tajam. Kuarahkan agar Flaren fokus menyerang kedua mata dari Bigfoot.
Perlahan tapi pasti, jumlah pasukan Bigfoot semakin berkurang karena semakin banyak yang mati. Sementara pasukan makhluk summon-ku, tidak terlalu banyak yang mati.
Akan tetapi, ada satu hal yang sedikit membuatku cemas. Sang Alpha. Dia menerobos gempuran pasukanku dengan seluruh kekuatannya. Dia menatap ke arah kami. Sepertinya dia mengetahui bahwa salah satu dari kamilah yang memimpin dan sumber penyebab dari peristiwa ini.
Dia semakin mendekati kami. Menerobos pasukanku. Bukannya aku membiarkannya begitu saja, tapi aku sudah mengerahkan makhluk-makhluk summonku untuk menyerangnya secara bersamaan. Namun hanya dihabisi olehnya dengan mudah. Dia berlari ke arah belakang batu tempat kami berdiri, seolah mengetahui dengan pasti cara untuk naik ke atas sini.
Wah! Bahaya! Ini gawat! Dia bisa menyerang kami! Aku tidak bisa mengalahkannya hanya dengan makhluk summon tingkat bawah milikku!
"RRRAAAAAAAAAOOOOOOHHH!!!"
Sang Alpha Bigfoot sudah berada dekat dengan kami. Menaiki bebatuan di belakang batu besar tempat kami berdiri.
Ah... Aku akui. Kali ini aku kalah. Aku masih belum mampu mengalahkannya hanya dengan makhluk summon tingkat rendah.
Aku kalah.
Dan terpaksa...
"Summon Minor Fire Dragon."
*Shaaaa*
Bunuh dia.
""GRRROOOAAARRH!!!"
*CROOOKK*
Naga Api yang ku-summon langsung menggigit bahu dan leher Alpha Bigfoot. Setelah Alpha Bigfoot terkunci dengan rahang Sang Naga, Minor Fire Dragon langsung menyemburkan api dari pointblank kepada Alpha Bigfoot.
*FUOOOOSSSHHH*
Pada akhirnya, seluruh Bigfoot yang ada di dalam berhasil kubunuh.
Baiklah. Sekarang, aku masih harus terus berlatih meningkatkan skill summon, meningkatkan kekuatan makhluk yang ku-summon, meningkatkan kemampuanku untuk mengendalikan makhluk summon, dan menambah daftar makhluk yang dapat di-summon. Terakhir, aku harus mendapatkan High Ranked Creature untuk melakukan Blood Pact denganku agar dapat aku summon.
Aku masih belum bisa turun ke medan perang dengan kemampuan setengah matang seperti ini.
***BERSAMBUNG...***
_____________________________________________
Akhirnya, chapter depan kita kembali ke kisahnya Arka dan haremnya lagi.
Vote dan komentar!
Nama penting di chapter ini:
- Pegunungan Cryom.