Lanjut cerita Hero baru. Vote dan Komentar ya!
Selamat membaca!
_______________________________________
"Coba ucapkan perlihatkan status." Kata Raja Vemarn.
"Pe-Perlihatkan... Status?"
******
Nama : Fazar Ananta
Ras : Manusia
Kelas : Summoner (Hero)
Level : 200
Str : 32
Int : 504
Dex : 496
Agi : 38
Vit : 45
Blessings
1. Arcane Wisdom : Memiliki Int dan Dex yang sangat tinggi.
2. Ancient Blood : Bakat alami untuk menguasai Summon Magic. Memiliki Ancient Tongue, yang membuatnya mampu berkomunikasi dengan monster apapun.
Skills
1. Summon Massive Low Ranked Creature : Memanggil makhluk lemah dalam jumlah banyak sekaligus. (Goblin, Dire Wolf, Rabid Wolf, Flaren, Turqorex, Orc, )
2. Summon Multiple Intermediate Ranked Creature : Memanggil beberapa makhluk tingkat menengah sekaligus. (Giant, Gryphon, Golem, Emerald Wolf, Wyvern, Minor Fire Dragon, Minor Water Dragon.)
3. Summon a High Ranked Creature : Memanggil seekor makhluk tingkat atas. Dibutuhkan Blood Contract dengan makhluk tingkat atas. (Belum ada)
4. All Barrier Magic.
******
"Seharusnya sekarang Tuan Fazar bisa melihat status anda sendiri." Sang Raja berujar.
"B-benar... Aku bisa melihatnya..."
"Kami penasaran. Apa kelas Tuan Fazar?"
"Uh... Summoner."
"Apa-!" Penyihir Tua terkejut mendengarnya.
"S-Summoner!? Luar biasa! Tuan Faza memang benar-benar luar biasa!" Raja terlihat kegirangan setelah mengetahui kelasku.
"E-eh? Apakah Summoner sehebat itu?"
"Tentu saja! Kelas Summoner adalah salah satu kelas dari sedikiiit kelas yang mampu melakukan magic terlarang dengan mudah. Summon! Konon, di setiap 100 tahun, hanya ada 1 Summoner di seluruh dunia ini! Dan sekarang, Tuan Faza adalah satu-satunya Summoner yang hidup di abad ini! Luar biasa! Menakjubkan!" Jelas Sang Raja.
"E-eeeehh..."
***
"Akhirnya... Hidupku bisa kuabdikan untuk seorang Hero..."
Relvi, menunggu Fazar di depan pintu kamar Fazar sampai acara makan malam selesai. Relvi merupakan Manusia Kucing yang seumur hidupnya telah dilatih untuk menjadi seorang Maid. Keluarga Relvi merupakan keluarga Maid dan Butler di Kerajaan Krauzer.
Dari sejak kecil, ia selalu mencintai dongeng tentang seorang Hero yang menyelamatkan dunia. Hingga saat ini, dia sudah berusia 18 tahun, dia masih bercita-cita untuk dapat menjadi Maid yang terbaik untuk melayani seorang Hero yang akan menyelamatkan dunia.
Dan tadi siang, betapa bahagianya ia ketika mendapatkan perintah langsung dari Raja Vemarn untuk melayani seorang Hero yang baru saja berhasil di-summon. Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi Relvi. Di dalam lubuk hatinya, dia berjanji akan melayani Hero tersebut dengan sepenuh jiwa raganya. Meski nyawa yang akan menjadi taruhannya.
"Oh, Relvi. Apa yang kamu lakukan di depan kamarku malam-malam begini?"
"Tuan Faza sudah selesai acara makan malamnya? Tentu saja saya berada di sini untuk melayani Tuan Faza. Sebelum Tuan tidur. Bahkan, jika Tuan Faza memintanya, saya akan dengan senang hati menemani Tuan tidur malam ini!"
"Nng... Jangan. Kamu tidak perlu melakukan sampai sejauh itu."
"B-baik, Tuan Faza. Sekarang, apakah Tuan Faza mau mandi dahulu? Atau mau langsung tidur?"
"Ngg... Sepertinya aku akan langsung tidur."
"Kalau begitu, izinkan saya menggantikan pakaian Tuan Faza!"
"Eennggg..."
"Ti-tidak boleh?" Relvi bertanya dengan tatapan sedih dan hampir menangis.
"Bo-boleh! Tentu saja boleh!" Faza tidak bisa menolak tatapan seperti itu.
Faza akhirnya menyerah untuk menolak permintaan Relvi yang ingin melayani dia sepenuhnya. Faza hanya bisa menikmati kecanggungan ini dengan diam seribu bahasa. Tapi, dia selalu melihat senyum di wajah Relvi. Senyum yang tulus. Senyum meskipun tidak ada orang yang sedang memperhatikannya. Fazar malah berpikir, apa ada yang salah dengan otak Maid ini??
"Sudah selesai, Tuan. Saya juga sudah membersihkan dan merapikan tempat tidur Tuan Faza. Saya akan selalu berada di depan pintu kamar Tuan Faza. Jika tengah malam atau pagi buta Tuan membutuhkan saya, silahkan panggil saya."
"Ti-tidak perlu, Relvi. Kamu kembali ke kamarmu saja."
"Tuan Fazar tenang saja. Saya sudah terbiasa melakukan ini." Ucap Relvi dengan tersenyum ceria kepada Fazar.
"Ba-baiklah kalau begitu. Aku tidur dulu."
"Selamat malam, Tuan Faza. Semoga tidur nyenyak." Relvi kemudian tersenyum dan membungkuk kepada Fazar.
"O-oh... Selamat malam."
"Saya permisi dulu, Tuan."
"U-uhm."
Relvi keluar dari kamar, dan menutup pintunya.
***
Hari ini, aku dikawal oleh Pasukan Khusus Kerajaan Balvara untuk pelatihanku dalam menguasai skill summon milikku. Kami sudah berada di sebuah padang rumput yang tidak begitu jauh dari ibukota kerajaan. Mereka memilih tempat ini, karena di sekitar sini tidak ada seorang manusiapun yang hidup. Dari pembicaraan saat makan malam sebelumnya, aku diberi tahu bahwa meskipun aku memiliki skill-skill summon yang tinggi, aku tetap harus melatih keterampilanku dalam menggunakannya.
Mereka juga mengatakan, bahwa level tertinggi yang dapat dicapai seorang Hero adalah 200, dan manusia biasa adalah 100. Berarti levelku mentok. Hanya dewa-dewi langsung yang dapat memberikan anugerah agar dapat meningkatkan level hingga 300. Untuk langsung menjadi level 200 sejak awal di-summon, aku termasuk luar biasa.
Ibaratkan game online, ada skill, dan ada skill level. Aku sudah bisa mengakses skill tingkat tinggi. Tapi, semuanya masih level 1. Malah ada skill yang belum bisa aku keluarkan karena masih ada persyaratan yang belum aku penuhi.
Semakin sering aku melatih skill tersebut, levelnya akan semakin meningkat. Jika aku sudah memenuhi persyaratan yang diwajibkan, maka aku akan dapat mengeluarkan skill summon tingkat tinggi. Begitulah yang terjadi padaku saat ini.
Aku berlatih, mencoba dengan skill summon tingkat rendah dulu.
"Summon Goblin!"
*Shaa shaa sshaa sshhaa shhaa*
Dalam sekejap, muncul 5 Goblin di hadapanku.
"Kihaaa!"
"Kakhiaa!"
"Khah!"
Eh? Suara Goblin seperti itu? Kenapa berbeda dengan yang pernah kulihat di anime? Suara mereka lebih... Imut? Apa, ya?
Ah, sudah. Mari lanjutkan. Aku ingin melatih kemampuanku untuk memberi instruksi kepada mereka dalam pertarungan. Jadi, aku butuh monster lain untuk mereka lawan.
"Summon Rabid Wolf!"
*Shaa shhaa*
"Gruuu!"
"Ggrrrrh!"
Muncul 2 Rabid Wolf di sebelah para Goblin tadi. Hanya 2? Sedangkan Goblin saja bisa 5 sekaligus. Kalau dilihat sekilas, memang fisik Rabid Wolf terlihat lebih kuat daripada Goblin. Mungkin, untuk sekali menggunakan skill, jumlah makhluk yang terpanggil bisa berbeda-beda, tergantung kemampuanku dan kekuatan masing-masing monster yang di-summon.
"Goblin, Rabid Wolf, bertarung!"
Aku perintahkan mereka untuk bertarung satu sama lain. Di dalam hati, kuperintahkan mereka untuk bertarung sampai mati.
"Khihaaaa!!!"
"Grruufff!!!
"Khaakhaaa!!!"
"Khiiii!!!"
5 Goblin, dengan senjata kapak batu primitifnya, bertarung mati-matian melawan 2 ekor Rabid Wolf. Korban pertama ada di pihak Goblin, yang lehernya digigit sampai hampir putus oleh salah satu Rabid Wolf. Perbedaan kekuatan antara 2 makhluk ini memang terlihat jelas. Biar adil, bagaimana kalau...
Satu Rabid Wolf, menyingkir.
"Rauuuff!" Salah satu Rabid Wolf lari dari medan pertempuran, ke sampingku, hanya dengan aku membatin saja.
Oooh! Aku bisa mengendalikan mereka hanya dengan memerintahkan mereka di dalam hati saja! Seru juga jadi Summoner haha!
Setelah itu, aku coba mengkoordinir empat Goblin sekaligus. Sementara Rabid Wolf kuinstruksikan untuk melakukan sesukanya saja.
Mundur! Serang! Menghindar! Berpencar! Lari! Dua ke kiri dan dua ke kanan! Serang secara bersamaan! Satu serang, tiga mundur! Dua lindungi yang satu itu! Satu serang dari belakang Rabid Wolf!
Empat ekor goblin tersebut melakukan semua yang kuperintahkan kepada mereka di dalam kepalaku. Mereka melakukannya persis seperti yang kuinginkan. Hanya saja, sering kali kemampuan fisik mereka tidak secepat dan sekuat yang kuperintahkan. Mereka memiliki batasan dalam melakukan semua perintahku.
Satu Goblin, lipat punggungmu ke belakang sampai kepalamu menyentuh pantatmu!
"Ngkiiik!"
Ah, seperti dugaanku. Monster yang aku summon, akan melakukan seluruh perintahku. Namun ada batasannya. Dia terlihat sedang berusaha menekuk punggungnya agar kepalanya menyentuh pantatnya, tapi tetap tidak bisa.
Ini artinya, saat memberikan perintah kepada monster summon, aku harus memahami batas kemampuan fisik dari masing-masing monster. Karena jika aku tidak memahaminya, bisa-bisa instruksi yang kuberikan tidak dapat dieksekusi dengan baik, atau malah menjadi senjata makan tuan.
Ahh... Melelahkan juga ini. Tak terasa, sudah berjam-jam aku bermain dengan makhluk summon dan membuat mereka saling membunuh satu sama lainnya. Setiap kali makhluk summon itu mati, tubuhnya langsung lenyap menjadi partikel-partikel magic setelah menunggu sekitar 10 detik.
Aku cukupkan sampai di sini dulu untuk saat ini.
"Tuan Fazar, silahkan diminum..." Relvi menghampiriku dan menyodorkanku jus buah yang sudah disiapkannya sebelum berangkat.
"Uh, terima kasih, Relvi."
"Saya senang melakukannya, Tuan Faza. Tidak perlu berterimakasih."
Senyum Relvi ini cantik sekali. Dan telinganya yang bergerak-gerak ketika tersenyum itu, terlihat imut sekali. Eh... Jangan-jangan aku mulai suka kepadanya? Tidak tidak. Aku harus profesional.
Kami kembali ke istana setelah aku selesai berlatih. Selama perjalanan menggunakan kereta kuda, Relvi selalu memperhatikanku. Dia mengelap keringatku. Dia memijat bahuku. Dia memberiku snack yang sudah dibawanya. Dia mengajakku mengobrol hingga lamanya perjalanan menjadi tak terasa. Dan dia, tak henti-hentinya menatapku sambil tersenyum.
Aku tidak pernah sedekat ini dengan wanita. Aku terkenal sebagai otaku freak di sekolah. Teman-temanku juga hanyalah cowok-cowok sesama otaku bau bawang. Semua perempuan di sekolahku selalu berusaha bagaimana caranya supaya mereka tidak berhubungan langsung denganku.
Tapi di sini, aku malah merasa sangat diperhatikan oleh seorang wanita. Meskipun dia adalah Maid yang memang sudah seharusnya bertugas untuk melayani, tapi aku merasa ada yang berbeda dari perlakuannya kepadaku. Apa hanya perasaanku saja?
Relvi, berapa ya umurnya? Aku tidak bisa menilai umurnya dari wajah dan fisiknya. Karena, ya... Dia adalah Manusia Kocheng. Heh, kenapa aku jadi memikirkan umurnya? Memangnya kalau aku tahu umurnya berapa, aku mau apa?
Ah sudahlah. Kami sudah sampai istana. Aku akan mandi dan beristirahat sebelum waktu makan malam. Raja Vemarn ingin mengetahui perkembanganku setelah latihan seharian ini.
Dan seperti yang sebelum-sebelumnya, Relvi selalu melayani dan memanjakanku.
***
"Yang Mulia Raja Vemarn, apa yang akan kita lakukan selanjutnya terhadap Hero itu?"
"Tenang, Rufius... Kita sudah memegang Kartu As. Kita tidak boleh terburu-buru untuk mengeluarkannya. Kita berikan waktu kepadanya untuk terus berkembang. Dan di saat dia sudah siap, baru kita mulai invasi ke Kerajaan Elysium."
"Maafkan hamba yang terlalu tergesa-gesa, Yang Mulia. Lalu, terkait rumor tentang Party Dark Edge yang memiliki kekuatan abnormal itu, apakah ada kemungkinan bahwa mereka akan menghambat langkah Yang Mulia?"
"Hm... Sangat tinggi kemungkinannya bahwa mereka akan menjadi penghambat dari rencana kita. Tapi, masalah itu bisa kita pikirkan nanti. Karena masih banyak yang lebih penting untuk dipersiapkan saat ini. Terutama mempersiapkan senjata rahasia kita ini. Sang Summoner. Kita harus mengerahkan segala upaya agar dia dapat menguasai teknik-teknik summon dengan cepat. Karena untuk dia yang saat ini, aku yakin dia tidak akan mampu melakukan banyak hal di medan pertempuran. Apalagi memastikan kemenangan kita."
"Seperti biasanya, Yang Mulia adalah raja yang sangat bijaksana dalam mengambil keputusan. Lalu, terkait Relvi, Maid yang ditugaskan untuk melayani Tuan Fazar, apakah Yang Mulia memiliki rencana di balik penugasannya?"
"Hahaha... Memang aku tidak salah mengangkatmu menjadi Kepala Royal Mage. Kau bisa melihat rencanaku di balik itu. Tapi, untuk detilnya tidak akan kusampaikan secara gamblang. Hanya saja, memang aku memiliki rencana tersendiri sebelum aku memutuskan untuk menjadikan perempuan itu sebagai Maid yang melayani Sang Hero."
"Yang Mulia Raja Vemarn, hamba akan mengabdikan diri seumur hidup hamba kepada Yang Mulia..." Ucap Rufius sambil membungkuk dan tersenyum dalam keadaan sedang berlutut di hadapan Raja Vemarn.
"Aku percayakan kepadamu untuk meningkatkan kemampuan Hero kita."
"Baik, Yang Mulia..."
***
"Hoaaahhhhh... Enak sekali tidur di kasur maha empuk ini..."
"Selamat pagi, Tuan Fazar..."
"Eh? Relvi udah masuk ternyata."
"Silahkan Tuan, saya sudah siapkan teh dan sarapan. Setelah itu, jika Tuan mau mandi, saya akan menyiapkan air panas segera."
"A-ah. Terima kasih, Relvi."
"Tuan tidak perlu berterimakasih. Saya--"
"--Kamu senang melakukan ini, bukan?" Kataku memotong perkataan Relvi.
"... Benar, Tuan." Relvi tersenyum, lalu menjawabku.
Setiap hari, setiap pagi, hal seperti ini sudah terjadi terus menerus. Aku benar-benar sudah menjadi babi gendut malas gerak sekarang. Tidak gendut sebenarnya, hanya perumpamaan saja. Karena semuanya dilayani. Bahkan Relvi pernah menawarkan diri untuk mencebokkanku ketika aku sedang BAB. Loyalitasnya sudah sampai pada taraf freak.
Rutinitasku selama di sini adalah latihan, latihan, dan latihan setiap hari, berjam-jam perharinya. Aku sudah bisa summon makhluk tingkat rendah seperti Goblin dan Orc sebanyak seratus dengan hanya 1 kali menggunakan skill. Sedangkan untuk summon makhluk tingkat menengah, aku sudah bisa memanggil maksimal 10 sekaligus.
Semakin aku berlatih, akan semakin mahir aku dalam menggunakan skill-skill summon milikku. Selain itu, aku juga meningkatkan kemampuanku dalam mengeluarkan skill bermacam-macam magic barrier. Dari yang tingkat bawah sampai yang tingkat atas.
Tentang skill barrier ini, aku sedang dalam tahap eksperimen untuk menciptakan barrier unik yang sangat keras dan sangat sulit untuk ditembus. Sedang aku uji coba menggunakan puluhan monster terkuat yang bisa aku summon, Minor Dragon, untuk mencoba menghancurkan barrier-ku.
Skill barrier yang sedang dalam tahap eksperimen ini, aku formulasikan dengan menggabungkan seluruh skill barrier yang kumiliki menjadi satu kesatuan. Barrier berlapis-lapis, ditambah dengan peningkatan konsentrasi energi magic yang kualirkan kepada barrier tersebut. Aku sendiri, memberikan skill ini nama Safe Haven.
Nama yang kubuat-buat sendiri, memang. Karena sebenarnya skill ini memang hanya gabungan dari seluruh skill barrier yang diperkuat sekian kali lipat untuk masing-masing lapisan.
Kenapa aku berusaha keras untuk meningkatkan skill barrier ini? Jawabannya simple. Karena semua makhluk yang aku summon, akan lenyap seketika jika aku, Summoner-nya, dapat dikalahkan duluan oleh musuh. Dengan adanya skill barrier, musuh akan kesulitan untuk menyentuhku.
Yaa... Lihat saja statusku. Meskipun sudah level 200, Vit dan Agi milikku masih terbilang rendah. Aku tidak kuat menahan serangan dengan damage yang sangat besar, apalagi untuk menghindarinya. Sambil melatih skill summon, aku juga melatih skill barrier. Sambil menyelam, gajah di pelupuk mata tidak tampak.
"Tuan Fazar... Sepertinya sudah waktunya untuk memulai latihan pada tingkat yang lebih tinggi lagi..." Rufius, Kepala Royal Mage Kerajaan Krauzer tiba-tiba berkata kepadaku, memutus lamunanku.
"Eh? Maksud Tuan Rufius... Yang itu?" Tanyaku.
"Ya, yang itu."
"Begitu, ya... Hmm... Mungkin memang sudah waktunya untuk melakukan itu. Hm, hm. Latihan pertarungan dengan monster sungguhan."
***BERSAMBUNG...***
_____________________________________________
Bagaimana? Kisah awal Hero baru ini sepertinya akan berakhir di chapter selanjutnya. Vote jika suka, komentar jika ingin berpendapat. Terima kasih.
Nama penting di chapter ini :
- Rufius, Kepala Royal Mage Kerajaan Krauzer
- Safe Haven, skill barrier unik dengan menggabungkan seluruh skill magic.