Setelah makan, Rashid menggendong Ayu ke kamar mandi dan memandikan Ayu. Rashid sangat tergoda oleh kemolekan tubuh Ayu yang indah. Tapi karena Ayu sakit dibagian kewanitaannya, Rashid merasa bersalah akibat nafsunya yang berlebihan tak puas akan tubuh istrinya sehingga membuatnya terluka.
Maka ditahannya nafsunya dengan memandikan Ayu bagaikan sang ahli profesional yang memandikan pelanggannya yang malas mandi. Rashid menjadi bertanya - tanya Apakah profesi memandikan pelanggan itu membuat mereka terangsang atau tidak? Karena ia yang memandikan Ayu merasakan juniornya tegak berdiri dengan gagahnya. Tapi selama ini ketika melihat tubuh wanita lain, juniornya diam saja menikmati masa hibernasinya.
Mungkin mereka juga merasakan hal yang sama seperti dirinya ketika melihat tubuh wanita lain tanpa ada rasa tergoda. Untuk mengalihkan pikirannya dari kemolekan tubuh istrinya, Rashid sengaja mengajak ngobrol Ayu ketika mandi.
"Sayang kan sekarang tahu bahwa orang luar itu malas mandi, bahkan saking malasnya hingga mandi sendiripun tidak mau melakukannya, maunya dimandikan oleh orang lain. Jadi di beberapa negara, ada lho salon yang khusus untuk memandikan para pelanggannya. Bahkan ada jasa tukang memandikan orang yang dipanggil ke rumah" kata Rashid.
"Benarkah? Masa sih? Di Qatar juga begitu?" tanya Ayu.
"Bener donk. Tapi di negriku sih enggak, orang rambut pirang yang begitu" kata Rashid.
"Oh bule maksudnya. Ikh..Bener - bener malas ya. Kalau di sini salonnya hanya memberi jasa perawatan rambut dan message doang. Ada sih tempat saunanya tapi itu buat mandi sendiri. Oh iya baru keingetan, ternyata disini juga ada jasa mandiin orang juga kok, tapi orangnya sudah meninggal alias orang yang mandiin jenazah" kata Ayu yang nyengir lebar.
"Serem donk. Sewaktu dimandiin, pelanggannya ga bisa disuruh - suruh bolak balik badan. Kalau gerak sendiri gimana tuh?" komentar Rashid.
"Berarti bangkit dari alam mandi donk, kan belum dikubur" jawab Ayu.
"Dasar.." komentar Rashid
"Hehehe.."
" Eh jasa mandinya apa termasuk juga dengan jasa mandi plus - plusnya? Secara di sana kan seks bebas berlaku" tanya Ayu yang semakin penasaran.
"Secara kode etik sih seharusnya tidak, tapi kenyataannya tergantung pada individunya masing - masing sih" jawab Rashid.
"Tapi jangan salah lho, bayaran mandiin orang itu termasuk besar daripada salon rambut" timpal Rashid.
"Benarkah? Coba aja tahu sebelum ketemu Abang, Neng kabur aja ke Eropa jadi tukang mandiin orang" kata Ayu dengan jahil.
"Hush ngomong apa sih Sayang? Sekarang Neng kan sudah kaya, kalau mau ke Eropa tinggal bilang saja dan disana tak usah jadi tukang mandiin orang. Lebih baik mandiin Abang aja biar dapat pahala" kata Rashid yang membalas jahil Ayu.
"Ikh Abang genit. Mandi aja sendiri! Weeekkkkkkkk" kata Ayu yang meledek Ranshid dengan menjulurkan lidahnya keluar.
"Hahaha" Rashid hanya tertawa.
Setelah mereka mandi, mereka shalat dzuhur bareng. Lalu Ayu digendong Rashid lagi mengelilingi seluruh penthouse mereka, karena sebelumnya di lantai 1 hanya ruang tamu merangkap ruang dapur dan ruang makan yang dilihatnya saja, sedangkan lantai 2 sudah dilihatnya kemarin ketika Ayu dirias pengantin sebelum resepsi. Sedangkan ruangan di lantai 1 secara keseluruhan belum dilihatnya dan ternyata ruangannya itu kamar yang didesain sebagai mini bioskop dan karaoke yang kamarnya dirancang kedap suara dengan sofa yang nyaman bisa sambil tidur - tiduran, sedangkan 1 pintu lagi ke kamar mandi umum.
Walaupun sebagian ruangan sudah Ayu lihat, tapi Rashid memberikan tour singkat mengelilingi penthouse mereka secara keseluruhan. Ayu hanya menuruti saja tournya karena Rashidlah yang menggendongnya ke mana - mana.
Selain itu, ternyata akses ke penthouse itu ada 2 lift pribadi, satu lift khusus pemilik dan satu lagi untuk para pegawai housekeeping, bellboy, maupun roomservice, bahkan manajer dan koki sekalipun dapat mereka panggil untuk memasak langsung di penthouse mereka.
Setelah keliling penthouse sebentar, Ayu menelepon teman - temannya untuk mengundang mereka ke penthouse mereka karena Ayu dan Rashid sebagai tuan rumah yang mengundang mereka ke acara pernikahannya sehingga jangan sampai melupakan tamunya.
Ternyata teman - temannya kebetulan mau makan ke restoran LLOne yang berada di lantai 3. Atas anjuran Rashid, mereka dicegah dan ganti tempat makan siangnya di penthouse mereka saja.
Rashid menelepon resepsionis dan menginstruksikan supaya koki untuk masak di penthouse mereka.
Koki dan stafnya yang berjumlah 4 orang tiba lebih dulu daripada teman Ayu. Rashid mengarahkan koki ke dapur dan mereka langsung memasak. Disusul teman - teman Ayu yang datang 10 menit kemudian.
Keadaan penthouse yang sebelumnya sepi berubah menjadi ramai dengan penghuni dan tamunya yang mengobrol. Selama menunggu makanan matang, Ayu dan Rashid terpisah tempat duduknya.
Tadi malam ketika di resepsi pernikahan mereka, Rashid sudah berkenalan dengan wali Ayu beserta keluarga teman Ayu, sehingga sekarang sudah tidak canggung dan bisa mengobrol dengan mister Josef, kakek Xinxin dan Ayah Kirana bagaikan anggota keluarga. Rashid dapat mengikuti arah pembicaraan orang dewasa mengenai berita terkini dan mengenai dunia bisnis di Indonesia.
Sedangkan Ayu mengobrol dengan teman - temannya mengenai kehidupan masing - masing. Tadi malam mereka tak bisa mengikuti resepsi pernikahan Ayu dan ketika Ayu akad, sedikit waktu bagi mereka untuk mengobrol menceritakan mengenai kehidupan masing - masing ketika kuliah.
Xinxin sekarang kuliah jurusan kedokteran di Universitas Padjajaran Bandung, Aminah kuliah jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Bandung, sedangkan Kirana jurusan International Fashion Business di ESMOD Jakarta.
Diantara teman - teman Ayu, Kirana yang sangat mengalami perubahan drastis. Dulu di SMP tinggi badannya termasuk pendek, tapi sejak SMA pertumbuhannya semakin meningkat hingga kuliah tingginya mencapai 175 cm sehingga ia terlihat kurus dan kecantikannya semakin memancar. Berkat kecantikannya itulah sehingga agensi 2 Icons Management menjadikannya sebagai model mereka meskipun kulitnya tergolong sawo matang. Hampir dua tahun dunia modeling digeluti Kirana, baginya itu sebagai penghasilan tambahan disela - sela waktu sekolah atau kuliahnya.
Berkat pengaruh ibunya seorang tukang jahit rumahan, ia menjadi sadar akan dunia fashion apalagi kini sebagai model membuat Kirana menjadi semakin modis. Bahkan jurusan kuliah yang diambilnya mengenai tata busana walaupun awalnya ia tak berbakat membuat pakaian sendiri dari bahan menjadi pakaian, tapi ia berbakat menambahkan hiasan unik pada pakaian yang dikenakannya dan dapat mix & match sehingga cocok dan enak dilihat.
"Jadi bagaimana dengan kuliahmu Ayu? Pasti terbengkalai" tanya Xinxin.
"Iya, harus diurusin tuh kuliah elu ke kampus, mau diterusin atau cuti dulu" kata Kirana. Sekarang Kirana tampak luar cantik tapi tetap saja bicaranya blak - blakan.
"Ga tau juga nih, masih bingung" jawab Ayu.
"Sebaiknya diskusikan dengan kakak Rashid, sekarang kan kamu sudah menjadi istrinya" saran Aminah.
"Ya sudah terpikirkan akan mendiskusikan hal ini, tapi belum ada waktu yang pas" jawab Ayu.
"Iya juga ya, baru seminggu yang lalu kan kalian bertemu, masih banyak waktu untuk mendiskusikan hal ini" ucap Aminah.
"Maka sekarang nikmatin saja honeymoonnya. By the way, bagaimana rasanya keperkasaan suami elu itu? Apa besar sekali Mr.P nya?" tanya Kirana yang menyudutkan Ayu untuk membongkar rahasia urusan ranjangnya.
"Kalau itu.. Rahasia donk. Kalau penasaran, cepatan nikah saja! Nanti juga dapat merasakan" jawab Ayu yang mengelak pertanyaan Kirana.
"Yah elah..Elu payah. Tadinya gue ngarepin teknik - teknik bercinta yang oke nih" celetuk Kirana.
"Hust sembarangan. Dasar pikirannya ngeres aja. Awas kalau dipraktekin dengan para pria sebelum menikah, itu dosa lho. Aku aduin ke ibumu supaya kamu cepet - cepet dinikahin" ancam Aminah, lalu menjewer telinga Kirana.
"Aduduh..Sakit.. Kenapa sih elu jahat mulu ke gue sahabatmu yang baik bagaikan malaikat ini" kata Kirana.
Serempak mereka bertiga berkata "Hu..Malaikat dari hongkong"
Setengah jam makanan telah siap tersaji, sang koki menghampiri Rashid dan menyampaikan hal itu, lalu Rashid menghampiri Ayu.
"Makanan telah siap, ayo kita ke meja makan" Ajak Rashid yang duduk di samping Ayu, lalu dibisikinya Ayu "Mau digendong lagi?"
"Tidak usahlah, banyak orang" bisik Ayu pelan.
"Baiklah" kata Rashid.
Sejak bangun tidur Ayu selalu digendong oleh Rashid dan mengobrol dengan temannyapun Ayu hanya duduk di sofa, baru kali ini ia berdiri dan berjalan pelan - pelan dengan Rashid disampingnya yang siap menangkap tubuh Ayu jika kaki Ayu tak kuat menopang tubuhnya.
Walaupun selangkangan Ayu masih terasa ngilu, Ayu berusaha berjalan dengan wajar walaupun pelan - pelan.
Xinxin yang melihat gelagat Ayu dan Rashid, bertanya "Kakimu kenapa Ayu?" tanyanya.
"Tidak apa - apa, tadi dikamar mandi licin jadi jatuh akhirnya kaki keseleo" jawab Ayu.
"Kalau keseleo, harusnya kan diperban kakinya" komentar Xinxin.
"Sudah tadi pagi, lagipula cuma sedikit ko.
Tadi juga diistirahatin, setelah mendingan jadinya baru siang hari bisa hubungin kalian" kata Ayu dengan berbohong
"Oh gitu, dikirain kalian habis ehem - eheman hingga berjam - jam dan lupa waktu" tebak Kirana.
"Hust kamu ini" kata ibunya Kirana yang menjitak kepala anaknya.
"Aduduh.. Ibu.. Tubuhku ini merupakan aset yang berharga, gimana kalau aku cedera, nantj gagal photoshoot" keluh Kirana.
"Sejak kapan profesi model jadi hal yang penting? Biasanya kau suka malas - malasan kalau jadwalnya tiba" ujar ibunya Kirana.
"Anakmu emang pemalas kok" celetuk Kirana.
"Dasar" ucap ibunya Kirana.
"Sudah - sudah, yuk kita makan" ajak Ayu.
Mereka semua berkumpul di meja makan yang baru diseting meja kursinya oleh staf hotel karena sebelumnya mejanya tak mencukupi untuk menampung semua tamu undangan. Rashid Ayupun ikut makan lagi, walaupun tanpa nasi karena sebelumnya sudah makan siang, mereka berdua hanya makan soto babat yang menjadi salah satu menu makan siangnya.
Sejam lamanya mereka makan siang sambil berbincang - bincang hangat dalam satu meja besar bagaikan keluarga besar. Rashidpun dapat mengikuti arah obrolan mereka. Lalu mereka pamit untuk berangkat duluan mempersiapkan setingan tempat resepsi Ayu ke 2. Walaupun Ayu melarangnya karena sudah diserahkan ke WO, tapi mereka memaksa sehingga Ayu pun mengalah.