Acara akad mereka selesai jam 12 siang. Acara selanjutnya resepsi pernikahan akan dilanjutkan malam harinya sehingga mereka dapat beristirahat terlebih dahulu.
Ketika akhirnya acara akad berakhir, tanpa malu - malu Rashid menggendong Ayu dengan gaya Bridal Style, mulai dari restoran tempat berlangsungnya acara tadi hingga naik lift pribadi yang menuju ke penthouse mereka.
Di lift hanya ada mereka berdua karena hanya sang pemilik yang dapat mengakses lift ini apalagi kamera pengawasnya sengaja di non aktifkan atas perintah Rashid sehingga di lift itu mereka memiliki privasi yang segera dimanfaatkan oleh Rashid.
Setelah pintu lift tertutup, tanpa menurunkan Ayu, Rashid langsung melumat bibir Ayu yang otomatis Ayu berontak karena dikira masih di tempat umum.
"Apa - apaan sih ciuman di sini? Nanti dilihat orang" keluh Ayu yang melihat ke arah pintu lift yang sudah tertutup lalu beralih ke arah atas takut ada kamera pengawas dan benar saja memang ada kameranya.
Rashid mendekatkan bibirnya ke telinga Ayu yang tertutup kerudung, lalu dibisikinya dengan nada mesra
"Tenang saja sayang. Lift ini pribadi hingga menuju penthouse kita jadi kita tidak akan bertemu dengan tamu hotel. Kamera pengawaspun sedang dimatikan sementara waktu. Lagipula kita sudah menikah, jadi bercinta di sinipun sah - sah saja. Bagaimana?" ajakan Rashid dengan menggoda.
"Tapi ini kan masih siang. Bukankah melakukan hubungan 'itu' dilakukan pada malam hari?" tanya Ayu dengan malu.
"Hubungan 'itu' tuh apa sayang? Aku gak ngerti" tanya Rashid, pura - pura tidak mengerti.
"Ya 'itu' tuh itu, hubungan intim. Masa gak tau sih?" komentar Ayu dengan kesal lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Maaf ya sayang.. Jangan marah donk! Habis gemez lihat kamu tuh lucu, apalagi kalau marah makin ngegemezin" rayuan Rashid.
"Lucu? Emangnya aku badut gitu" Ayu mengambek.
"Bkn lucu itu, tapi lucu imut. Ingin ku cium tiap kali melihatnya. Terutama bibir ini yang selalu menggodaku" kata Rashid yang jari telunjuk kiri menyentuh dagu sedangkan ibu jarinya menyentuh bibir Ayu bagian bawah. Sedangkan tangan kanan Rashid menopang tubuh Ayu.
Ayu yang takut akan jatuh karna tubuhnya hanya ditopang Rashid sebelah tangan saja, melingkarkan kedua lengannya di leher Rashid sehingga mereka menjadi semakin erat berpelukan.
"Apakah sama seperti kejadian tadi di atap?" tanya Ayu yang ingat akan kejadian tadi setelah akad nikah.
"Yups kamu benar sayang" jawab Rashid.
"Bisa tidak buang kata sayang?" pinta Ayu
"Baiklah istriku, kakanda akan patuhi semua permintaan adinda" kata Radhid.
"Aduh jadi makin aneh, nama saja deh" komentar Ayu.
"Baiklah, kalau gitu Neng aja. Nama depan Ayu kan Eneng. Kalau ke aku, bisa Mas, Kakak, Akang, atau Suamiku" usulan Rashid.
"Hm.. boleh deh Neng. Tapi kalau ke kamu apa ya? Kalau Mas kaya Emas logam mulia, kalau kakak kaya kaka kandung, kalau akang kaya sunda banget walaupun Ayu orang Sunda tapi bahasa Sundanya gak dipake, kalau Suamiku terlalu resmi. Bagaimana kalau Abang saja?" keputusan Ayu akhirnya.
"Cocok tuh, Abang dan pasangannya Neng jadi serasi" kata Rashid yang menyetujuinya.
Tak terasa mereka telah sampai di lantai teratas di penthouse mereka, maka pintu lift terbuka.
Rashid buru - buru jalan cepat sambil membawa Ayu dalam gendongannya. Lalu dibukanya kunci penthouse mereka dengan kartu kunci. Seketika pintu terbuka, Rashid melangkah masuk penthouse mereka sambil berkata "Assalamu'alaikum, selamat datang di penthouse kita" kata Rashid.
Pandangan Ayu mengitari isi salah satu ruangan penthouse mereka dari arah pintu masuk. Ruangannya begitu besar tapi terlihat ruangannya ditata senyaman mungkin untuk penghuninya sehingga tak terlihat kekosongan barang akibat ruangan luas maupun kepenuhan barang seakan terasa sesak, paslah menurutnya.
Lantai ruangannya berbahan marmer dengan dominan warna putih dengan serat - serat abu - abu dan coklat muda. Di ruangan itu terdapat 3 set sofa yang berbeda bentuk yang salah satunya sofanya berbahan kain menghadap cerobong pemanas ruangan seperti terdapat di luar negeri yang dekat dengan pintu masuk, salah satu set sofa menghadap tv, sedangkan set sofa yang lain berupa 2 sofa malas berbahan kulit sintetis yang menghadap ke arah luar jendela.
Selain itu ada juga ruang dapur dan ruang makan yang semuanya berada dalam satu ruangan yang luas tanpa sekat. Tangga gabungan besi dan marmer pun berada di sudut kiri ruangan dengan tangga yang melingkar, tapi tangganya tidak terlalu sempit, sepertinya bisa naik 2 orang sekaligus sehingga tidak terlalu seram naiknya.
Selain pemanas ruangan, terdapat juga AC yang sudah diinstal di langit - langitnya, selain itu diatasnya juga dipasang alat pemadam kebaran yang akan otomatis mengalirkan air jika terdeteksi asap atau panas api. Terlihat juga ada 2 pintu lagi, entah ruangan apa itu.
Sebelum Ayu keliling penthouse secara keseluruhan, Rashid membawanya ke lantai atas yang ternyata ada 2 ruangan yang salah satunya adalah kamar tidur mereka. Tanpa menutup pintu kamar, Rashid berjalan menuju ke ranjang.
"Tunggu! Tutup pintunya dulu" kata Ayu.
"Memangnya kenapa? Di sini hanya ada kita berdua saja" jawab Rashid.
Di pinggir ranjang, Rashid membaringkan Ayu di ranjang yang telah bertaburkan kelopak bunga mawar sehingga kamar mereka tercium wangi bunga mawar.
Ayu yang menyadari bahwa ranjangnya bertaburan kelopak mawar, mengambil salah satu kelopaknya lalu menciumnya, memang mawarnya wangi. Ia kira wangi mawar dari parfum ruangan, ternyata wanginya dari bunga asli.
"Aduh Neng sayang, ini kan hari pernikahan kita di ranjang, masa pikiranmu teralihkan ke yang lain? Nanti Abang cemburu dengan kelopak mawar lho" kata Rashid.
Ketika pandangan Ayu kembali ke arah Rashid, ternyata Rashid sudah bertelanjang dada. Kapan dia membuka bajunya? Cepat sekali. Padahal pikirannya teralihkan cuma sebentar.
Hati Ayu berdebar - debar melihat bentuk tubuh bagian atas Rashid yang dada dan perutnya berkotak - kotak bagaikan roti sobek dan lengannya terlihat otot yang kekar tapi kekekarannya pas, tidak menakutinya. Ayu yang pernah melihat pria berotot seperti binaragawan di tv membuatnya jijik dan menakutkan. Pria hidung belangpun ada yang salah satunya berotot hampir sama dengan Rashid, tetap membuatnya ketakutan. Kalau waktu ia tak segera memberi obat tidur, pastinya Ayu akan kalah dalam adu kekuatan.
Tapi entah kenapa otot di tubuh Rashid membuatnya merasa terlindungi dan tergugah ingin menyentuh dan meraba serta penasaran bagaimana rasanya akan terasa di saraf peraba di tangannya.
Apakah otot itu terasa keras ataukah lembut? Pikirannya itulah yang membuat Ayu tak sadar semakin mendekati Rashid seakan tersihir. Sedangkan Rashid merasa senang karena tubuhnya membuat Ayu terpana dan memandanginya dengan takjub sehingga membuat Rashid bangga akan tubuhnya.
Sebelumnya Rashid tak pernah memperdulikan dengan bentuk tubuhnya. Ia tak sengaja membentuk tubuhnya menjadi seperti ini. Ia hanya rajin berolahraga karena itu demi menjaga kesehatan dan membuat badan selalu fit berenergi sehingga kerja jadi lebih optimal. Hal ini karena bisnisnya menampung banyak tenaga kerja, kemakmuran mereka tergantung pada dirinya sehingga ia harus selalu sehat demi bisnisnya dapat berjalan dengan lancar.
Padahal jarang juga ia habiskan olahraga di tempat fitnes. Kebanyakan akan digantinya dengan naik tangga atau joging atau berenang atau sepeda atau pacuan unta maupun pacuan kuda atau bahkan latihan bela diri bersama para pengawalnya.
Olahraga apapun itu selama badannya banyak bergerak, akan dilakukannya disela - sela kesibukannya karena pekerjaannya sering membuatnya harus duduk selama berjam - jam yang membuatnya otaknya lelah dan otot badannya menjadi kaku. Oleh sebab itu dibutuhkan keseimbangan.
Tapi tetap saja olahraga merupakan bentuk keseimbangan raganya, bukan jiwanya. Dulu ia tak memahami bagaimana menyeimbangkan jiwanya sehingga tercapainya rasa kebahagiaan itu. Dulu ia mengira bahwa adiknyalah yang membuatnya bahagia karena kebahagiaan adiknya merupakan kebahagiaannya juga.
Tetapi sekarang ia telah memahami bahwa keseimbangannya yang lain, ada pada diri Ayu. Jika Ayu sedih maka ia akan turut bersedih, dan jika Ayu bahagia maka ia ikut bahagia. Oleh sebab itu, ia harus membuat Ayu bahagia sehingga ia menjadi bahagia juga.
Sekarang melihat Ayu yang terpana akan tubuh fisiknya, dan tak mau kalau Ayu terpana oleh tubuh sosok pria lain sehingga ia harus menjaga supaya tubuhnya tetap seperti ini.